Opini

Palestina Terus Membara, Umat Harus Bergerak Nyata

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Raodah Fitriah, S.P.

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Serangan udara yang dilakukan Israel pada Sabtu malam, 19 Oktober 2024 yang lalu, telah membantai 73 orang warga Palestina yang berada di daerah permukiman di Beit Lahia, Gaza Utara (News com, 20/10/2024). Melalui Vice of the United Nations High Commissioner for Human Right (UNHCR), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak Israel untuk mengikuti perintah pengadilan tinggi PBB untuk mencegah genosida yang terjadi di Palestina (Metrotv.news 21/10/2024).

Pemimpin Dunia Tidak Berkutik

Serangan zionis Yahudi makin menggila. Mirisnya, PBB hanya bisa mengecam dan terus mengecam selama setahun terakhir. Demikian pula pemimpin negeri muslim, yang sebagian bahkan hanya diam saja. Operasi militer terus terjadi dan bantuan kemanusiaan seolah tak membantu sama sekali, karena nyatanya korban terus berjatuhan.

Genosida ini bukan pertama kali terjadi, namun telah berlangsung lebih dari 75 tahun. Palestina menjadi rebutan kaum kafir dan dibantai habis-habisan, dihancurkan, tanahnya dirampas hingga tersisa hanya 20% saja. Selama itu pula para pemimpin negara-negara Arab diam membisu tanpa membantu membebaskan saudara muslim mereka dari serangan kaum kafir. Ini adalah bentuk pengkhianatan besar, terlebih mereka sebenarnya memiliki kekuasaan, pasukan dan persenjataan yang memadai.

Terjebak Sekat Nasionalisme

Nasionalisme merupakan paham yang mengagungkan identitas kebangsaan, sehingga para penganutnya harus meletakkan loyalitas tinggi pada bangsan tanpa memandang salah ataupun benar.
Sistem hari ini menjadikan nasionalisme sebagai senjata untuk membunuh kesadaran dan kepedulian sesama muslim yang berada di luar bangsanya. Nasionalisme memunculkan garis imajiner yang membuat mereka tak kuasa memberikan pertolongan, meski sebenarnya sangat ingin membantu. Nasionalisme bahkan menjadikan Islam dan pengikutnya sebagai penghalang dan common enemy (musuh bersama).

Nasionalisme menjadi penghalang kebangkitan umat dan membuat suatu bangsa hanya fokus pada kelompoknya sendiri. Kecintaan terhadap kekuasaan, jabatan dan materi membuat mereka mati rasa dan menjadi bangsa individualis yang hanya memikirkan isi perut mereka sendiri. Wajar saja, serangan yang dilakukan Israel akhirnya terus terjadi karena memang tidak ada yang mampu mencegahnya, selama masih ada sekat negara bangsa seperti saat ini.

Semua negara di dunia tunduk pada negara adidaya yang penuh dengan politik kepentingan. Mereka menjanjikan lapangan ekonomi (melalui pemberian utang luar negeri dan sebagainya), kemerdekaan berpolitik (melalui sekularisme, demokrasi, HAM, dan sebagainya) maupun membanjiri dunia Islam dengan budaya asing yang menggerus karakter khas pada pribadi muslim.

Paham kebangsaan mengambil tiga hal berharga pada kaum muslimin, yakni ukhuwah islamiyyah, penerapan syariat Islam kaffah dan penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Paham ini berhasil membentuk ikatan global yang menembus sekat-sekat negara. Paham kebangsaan juga berhasil membuat kaum muslim tidak peduli dengan permasalahan yang terjadi terhadap saudara muslim yang lain.

Islam sebagai Pelindung Bagi Palestina

Islam dalam naungan khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber hukum dalam kehidupan. Islam memandang bahwa kaum muslimin ibarat satu tubuh yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya) (HR. Bukhari dan Muslim).

Sejarah membuktikan, Palestina berhasil ditaklukkan dari kekuasaan kaum Nasrani dengan kekuatan pasukan kaum muslim. Penguasa kaum muslim saat itu terus-menerus melakukan peperangan untuk menaklukkan Palestina selama 200 tahun hingga akhirnya Palestina berhasil dikuasai kembali di bawah kepemimpinan sultan Shalahuddin Al-ayyubi.

Oleh sebab itu, pembebasan Palestina dari penjajahan Israel tidak akan mungkin terjadi kecuali melalui kekuatan pasukan militer di bawah komando seorang khalifah. Khilafah menjadi harapan dan solusi terakhir kaum muslim untuk melindungi setiap kehormatan dan kemuliaannya. Karena khilafah tidak akan membiarkan setetes darah kaum muslim ditumpahkan oleh para musuh Islam. Khilafah juga takkan membiarkan sejengkal pun tanah kharajiyyah (milik kaum muslimin) dikuasai oleh musuh-musuh Islam.

Islam tidak melarang hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Allah SWT firman dalam QS Al-Hujurat: (13) “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti”. Namun Islam melarang paham nasionalisme, karena ia termasuk di antara seruan-seruan jahiliah.

Rasulullah saw. mengecam keras sikap berbangga-bangga dengan ashabiyah jahiliah, “Sungguh hina kaum yang membangga-banggakan nenek moyang mereka; atau mereka itu akan menjadi lebih hina di sisi Allah daripada seekor ju’al (sejenis hewan) yang mengais-ngais sampah dengan menggunakan hidungnya.” (HR Ahmad dan ath-Thabrani).

Umat harus dibentuk kesadaran dan dibangun kekuatannya agar dapat terus bersuara dan menuntut pemimpin negeri muslim segera menerapkan syariat Islam kaffah sebagai aturan kehidupan. Dengan begitu, mereka juga akan mau dan mampu mengirimkan pasukannya dengan sepenuh kekuatan untuk berjihad di tanah Palestina, serta memperjuangkan hak dan membela saudara seiman yang ada di sana. Hal ini adalah amal yang sangat luar biasa besar pahalanya dan ada begitu banyak pujian serta keistimewaan untuk mereka yang turut serta membela Palestina.

Wallahu a’lam bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 14

Comment here