Cerpen

Labrak

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Tri Purwasih. P (C.L.F)

Bip bip bip
Ponsel Bu Sumi berbunyi tak berselang lama setelah Bu Sumi mengirimkan pesan ke grup Majelis Taklim perumahannya. Jari jemarinya dengan sigap membukanya. Dahinya agak berkernyit ketika tahu siapa si pengirim pesan, Bu Tejo, ratu gosip se komplek.

“Assalamu’alaikum, sepertinya saya sudah lama nggak nampak ibu datang wirid?”

“Wa’alaikumussalam, iya jeng sejak awal pandemi saya memang nggak datang,” balas Bu Sumi.

“Kenapa nggak datang bu? Saya tengok ibu rajin kali share ilmu di grup. Tapi datang wirid kok nggak rajin juga?” sontak emosi Bu Sumi bergejolak.

Lagi pandemi kumpul-kumpul cari mati apa, batin Bu Sumi.

Tak langsung dibalasnya pesan itu. Akal sehatnya masih bekerja meski otaknya mulai mendidih. Bu Sumi mencoba mencari jawaban yang pas, supaya tidak bikin gaduh. Bisa panjang urusan kalau buat masalah sama Bu Tejo.

“Baik jeng, terima kasih sudah diingatkan,” ketik Bu Sumi. Tak lupa emoticon smile, meski sebenarnya wajahnya sedang merah membara.

***

Malam harinya, Bu Sumi langsung curhat dengan suaminya. Pak Bagong sudah menebak, pasti ada yang nggak beres karena sejak pulang kerja tadi sore muka Bu Sumi sudah cemberut. Biasanya saat Pak Bagong pulang kerja, selalu disambut dengan senyuman manis. Pak Bagong yang sedang menyeruput kopinya di teras siap-siap jadi tampungan uneg-uneg Bu Sumi.

“Tahu nggak pak, tadi siang Bu Tejo melabrak ibu. Awalnya dia kirim pesan, kok sudah lama nggak nampak ibu datang wirid. Trus nanya lagi, rajin share ilmu ke grup tapi kok nggak rajin juga datang wirid. Dah tahu lagi pandemi, pakai nanya segala kenapa nggak datang.”

Bu Sumi yang duduk di samping Pak Bagong mulai menumpahkan uneg-unegnya. Sampai ngos-ngosan karena ngomong dalam satu tarikan nafas.

“Nggak usah diladenin bu. Udah diemin aja,” Pak Bagong menenangkan istrinya.

“Iya, ibu pun paham. Jangan sampai punya masalah sama Bu Tejo. Bisa panjang urusan. Makanya tadi ibu cuma balas, baik jeng, makasih sudah diingatkan. Alhamdulillah Bu Tejo nggak balas lagi,” jawab Bu Sumi dengan nada suara yang mulai melembut.

“Syukurlah ibu balas gitu,” ujar Pak Bagong.

“Iya pak alhamdulillah banget tadi ibu masih bisa berfikir jernih, padahal sudah emosi juga tadi”, jawab Bu Sumi.

“Ibu nggak mau bernasib sama kayak Bu Juminten. Gara-gara masalah sepele jadi berbuntut panjang,” tambah Bu Sumi.

Ingatan Bu Sumi kembali ke kejadian dua tahun silam. Badannya pun bergidik kala mengingat kejadian itu. Kejadian dua tahun silam sudah cukup jadi pelajaran buat ibu-ibu komplek jangan sampai punya masalah dengan Bu Tejo. Sebaiknya mengalah saja, jika ingin hidup tenang dan damai.

***

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 17

Comment here