Opini

Khilafah Makin Berkibar

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Novianti

wacana-edukasi.com– Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan data yang dirilis katadata.co.id (04/03/2022) bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi-Ma’ruf Amin menurun yaitu di tingkat 67.6%. Lalu muncul survei tandingan yang dimuat newsdetik.com (06/03/2022) bahwa 71% responden mengaku puas dengan kinerja pemerintahan saat ini. Hal semacam ini sudah biasa dalam sistem demokrasi yang menggunakan media sebagai alat untuk mempengaruhi opini publik.

Tetapi jika melihat fakta, problem sosial masih marak terjadi, demoralisasi kian parah, polarisasi antar umat beragama makin tajam, bertambah sulitnya kehidupan masyarakat. Potret kegagalan negara yang tak terbantahkan.

Namun, syahwat berkuasa tidak surut meski dihujani kritikan berbagai kalangan. Untuk menutupi kegagalan, negara mencari kambing hitam dengan memunculkan isu radikalisme sebagai pengalihan opini publik. Kelompok umat Islam pengusung khilafah jadi sasarannya.

Upaya ini bertambah nyata akhir-akhir ini. Misal dengan diviralkannya kelompok Khilafatul Muslim (KM) dan penangkapan pemimpinnya. Disinyalir kelompok yang beranggotakan 14 ribu orang ini dipandang berbahaya karena menyebarkan idiologi khilafah untuk mengganti Pancasila.

Padahal, organisasi yang dipimpin Abdul Qadir Hasan Baraja ini sudah berdiri sejak 1997. Tidak terdaftar sebagai ormas, hanya sebagai yayasan yang terdaftar di Kemenhumkam. Jadi, mengherankan jika baru dipersoalkan sekarang.

Tetapi kriminalisasi khilafah terus digencarkan. Pengamat terorisme, intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengatakan KM adalah kelompok berbahaya karena berpengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat. (bbc.com, 09/06/2022)

Kemudian bendera tauhid dipajang pada acara deklarasi Anies sebagai capres. Peristiwa ini dikait-kaitkan dengan HTI, ormas yang sudah dibubarkan dan dikenal konsisten menyuarakan penegakan khilafah. Kapolres Metro Jaksel, Kombes Pol Budhi Herdi Susanto menyebutkan jika bendera yang dikibarkan adalah bendera HTI akan terkategorikan sebagai tindakan pidana. (liputan6.com, 10/06/2022)

Publik terus digiring untuk anti khilafah dan capresnya juga harus anti khilafah. Seolah-olah khilafah adalah musuh utama bagi negara ini.

Khilafah Menurut Barat

Apa yang kita saksikan hari ini yaitu monsterisasi khilafah bukan hal yang aneh. Ini merupakan skenario Barat dalam rangka menahan laju kebangkitan Islam.

Tahun 2018, survei Alvara Research Center menunjukkan sebagian milenial atau generasi kelahiran akhir 1980-an dan awal 1900-an setuju pada konsep khilafah aebagai bentuk negara. Meski tujuan survei untuk mengetahui potensi konservatisme dan radikalisme, namun nama khilafah makin dekat dengan telinga umat Islam.

Barat sudah melihat khilafah sebagai kekuatan yang mengancam hegemoni mereka terutama Amerika. Dalam dokumen berjudul Maping The Global Future yang dkeluarkan Dewan Intelijen Nasional Amerika (National Inteligent Council/NIC) Desember 2014 menyebutkan khilafah sebagai tandingan Barat.

Jika khilafah tegak, akan menjadi mimpi menakutkan bagi Barat. Peradaban sekuler kapitalis terkubur, eksploitasi SDA dan SDM di negara-negara muslim berakhir yang artinya Barat berada di ambang kebangkrutan.

Karena itulah, Barat melakukan berbagai cara untuk menampilkan wajah khilafah sebagai monster yang merusak kedamaian dan keberagaman. Dibentuk ISIS, dibuat konsep muslim moderat, dideraskan bahaya radikalisme dan ekstrimisme. Tidak lain tujuannya agar umat Islam tetap diperbudak sesuka-suka Barat.

Khilafah Bukan Ideologi

Barat menuduh khilafah sebagai idiologi padahal khilafah adalah institusi pemerintahan yang dipimpin seorang khalifah. Sistem pemerintahan yang dibangun di atas idiologi Islam. Artinya membenci khilafah sama dengan membenci salah satu ajaran Islam.

Barat berusaha mengaburkan konsep.khilafah agar umat Islam dijauhkan dari pemahaman politik. Upaya pengaburan dan penguburan khilafah oleh Barat menunjukkan sisi lain bahwa Barat meyakini khilafah akan tegak.

Henry Kissinger dalam pidatonya di Konferensi Hindustan Times di India pada 6 November 2004 mengatakan Islam fundamentalis ancaman sesungguhnya karena ingin mengubah masyarakat ramah Barat yaitu muslim moderat menjadi muslim kaffah.

Tonny Blair, mantan PM Inggris mengungkapkan kecemasannya terhadap sebuah gerakan yang akan melenyapkan Israel dan mengusir Barat dari Dunia Islam. Gerakan yang ingin menegakkan Daulah Islam tunggal yang menerapkan Syariat Islam melalui institusi khilafah.

Seorang komentator Amerika, Karl Vic di Washington Post menulis laporan panjang tahun 2006. Ia mengulas bahwa khilafah yang sering diserang presiden Amerika George Bush, benar-benar sedang menggema di tengah-tengah mayoritas muslim.

Inilah yang menyebabkan mengapa negara ini terus dihebohkan dengan berita radikalisme dan fitnah keji yang selalu diarahkan pada pejuang khilafah. Umat harus dijauhkan dari mereka karena ketika penegakkan khilafah sudah menjadi suara mayoritas umat, siapapun yang berkuasa tidak bisa menolaknya.

Namun, meski makar-makar Barat datang silih berganti tidak akan mampu menghalangi bunga-bunga peradaban yang mulai tumbuh. Ia menyebarkan semerbak di antara busuknya sistem demokrasi. Upaya menghalagi tegaknya khilafah ibarat menahan terbitnya matahari. Allah sudah berjanji di dalam QS. An Nuur ayat 55, kekuasaan akan diberikan pada orang-orang beriman.

Wallahua’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 9

Comment here