Opini

Kapitalisme Lahirkan Malin Kundang Masa Kini

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Leihana (Pemerhati Umat) 

wacana-edukasi.com– “Seorang ibu mampu mengurus sepuluh orang anak sendiri, tetapi sepuluh anak belum tentu mampu mengurus seorang Ibu”.

Itulah meme yang sering terlihat di media sosial untuk menggambarkan cinta seorang ibu tanpa syarat dan tanpa batas pada anak-anaknya tetapi cinta anak memiliki batas dan syarat pada orang tuanya. Gambaran ini benar adanya, terlebih di masa saat ini pada kondisi serba sulit dengan himpitan ekonomi banyak Malin Kundang versi modern terlahir kembali membuang dan menelantarkan orang tua yang sudah renta karena kondisi ekonomi dan cara pandang yang salah dalam berbakti pada kedua orang tua.

Salah satu berita viral yang banyak berseliweran akhir-akhir ini di media sosial adalah tentang seorang ibu berusia 65 tahun bernama Trimah asal Malang yang dititipkan di panti jompo karena anak-anaknya sibuk bekerja sebagai tukang ojeg dan tidak mampu membiayainya karena himpitan ekonomi. seperti yang diungkapkannya saat diwawancarai oleh TV one 31 Oktober 2021 dia mengatakan “Karena ia masih numpang sama mertua, anak 4, kondisi Covid ini tidak bekerja” (viva.co.id, 31/10).

Kasus Ibu Trimah bukan yang pertama kalinya anak mengabaikan orang tuanya bahkan pernah terjadi kasus anak membuang ayahnya di jalanan dekat jalan Iskandar Muda Banda Aceh, bahkan pria yang dibuang oleh anaknya itu dalam keadaan sakit sehingga dua hari setelah dibuang anaknya pria itu di temukan sekarat oleh Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKSK) Dinsos Aceh, Misra Yana SPsi MSi dan tak lama kemudian pria yang tidak diketahui namanya itu meninggal dunia.  (acehtribunnews.com3/4/2020).

Kasus-kasus anak menelantarkan orang tuanya tidak hanya terjadi di tanah air, melainkan juga di negara tetangga yang juga menerapkan sistem kapitalisme. Seperti yang terjadi di Malaysia seorang ibu yang bernama Aisyah diminta menunggu di kursi di depan sebuah toko dan putrinya berjanji akan kembali menjemputnya. Namun putrinya tak kunjung kembali karena sejak awal memang berniat membuang ibunya di tempat perbelanjaan. Berita ini sempat viral di media sosial Malaysia pada bulan oktober tahun 2019 lalu. (tribunnews.com, 21/10/2019).

Kisah pilu lansia dibuang di jalan dan atau diserahkan ke panti jompo dengan alasan anak tidak sanggup merawat adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme.
Sistem ini bukan hanya memproduksi kemiskinan massal tapi juga mencontohkan pola lepasnya tanggung jawab negara terhadap kewajiban meriayah rakyat. Seperti yang banyak terjadi di negara Barat adanya pola hubungan orang tua dan anak serba bebas. Ketika anak berusia dewasa tidak lagi harus memanggil orang tua dengan panggilan ayah atau ibu, cukup berlaku dan menyapa layaknya teman. Hal itu dipandang sebagai budaya yang terbuka dan menghargai anak secara setara. Karena Sistem kapitalisme menganut kebebasan dan menjunjung tinggi kebebasan individu terjadi kesalahan persepsi ketika anak berbakti dengan menanggung biaya hidup orang tuanya generasi ini dilabeli stigma sebagai generasi sandwich yang harus menanggung biaya hidup dua generasi yaitu orang tua dan anaknya. Sehingga tidak heran dari sistem ini dihasilkan anak durhaka yang mati fitrah karena tiadanya pemahaman tentang memuliakan orang tua dan akibat kerasnya tekanan hidup yang memaksa anak yang ingin berbakti pun berlepas diri karena tak kuat dengan tekanan ekonomi.

Dalam Islam khususnya sistem khilafah menjamin lahirnya insan yang paham tanggung jawab terhadap orang tua, dan mencontohkan bagaimana negara menunjukkan tanggung jawabnya terhadap rakyatnya. Bagaimana negara meriayah rakyatnya yang sudah tidak mampu mencari nafkah dan tidak ada lagi kerabat yang mampu membiayai, disinilah negara bertanggung jawab penuh atas kebutuhan pokoknya. Dan dalam Islam berbakti pada orang tua atau biru walidain adalah wajib sehingga pelaku yang dengan sengaja mengabaikan kewajiban tersebut pun berdosa. Seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya….(Terjemah Al-Qur’an surat luqman:14)

Kemiskinan dan kesulitan ekonomi tidak dapat dijadikan alasan untuk berbuat durhaka pada orang tua. Sebagaimana Akhlak mulia yang dicontohkan oleh seorang sahabat yang terkenal di langit karena baktinya kepada ibunya. Yaitu Uwais Al-Qarni yang dikenal fakir dan memiliki penyakit sopak (belang-belang kulitnya) tetapi bertekad memenuhi keinginan ibunya untuk pergi berhaji dari Yaman ke Makkah. Uwais menabung bahan makanan dan berlatih fisik agar mampu menggendong ibunya pergi haji dari Yaman ke Makkah karena ketiadaan biaya untuk membayar kendaraan. Bakti mulia seorang anak seperti Uwais hanya ditemukan dalam Sistem Islam yang mulia.

Oleh karena itu untuk berhenti memproduksi Malin Kundang masa kini sudah saatnya kembali ke sistem Islam kaffah dan meninggalkan sistem kapitalisme yang membuahkan kerusakan.

Wallahu a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 18

Comment here