Oleh Diyah Aulia Cahyani
(Mahasiswi STEI Hamfara—Yogyakarta)
Wacana-edukasi.com — Dunia dirundung pilu. Bagaimana tidak? Tanpa rasa berdosa, Palestina dibabat habis oleh Zionis. Kucuran darah para syuhada tanpa henti membanjiri tanah mulia itu.
Serangan demi serangan Israel terhadap Palestina terus diluncurkan. Tak pernah berakhir dari dahulu sampai sekarang. Betapa mirisnya melihat dunia yang masih terbungkam. Begitu juga para penjunjung HAM pun ikut membisu dan terdiam.
Berpuluh-puluh tahun mereka menderita, menjerit, dan disiksa. Berharap uluran tangan dari negara adidaya tetapi mereka selalu bermuka dua. Apa yang mereka lakukan selama ini untuk Palestina sejatinya hanyalah pencitraan semata.
Kini, banjir darah masih tetap berlanjut. Konflik yang berlangsung sejak Ramadan hingga setelah Idul Fitri itu menelan ratusan korban jiwa. Ada 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, terbunuh akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. Banyak pemukiman di Gaza yang luluh lantak akibat sebelas hari bombardir yang terjadi secara terus menerus (kompas.com, 21/05/21).
Tragedi ini bukalah yang pertama kalinya. Jika ditotal, dari dahulu sampai sekarang, mungkin bisa mencapai ratusan ribu jiwa melayang. Di mana suara PBB, Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, dan Prancis saat mengetahui akan hal ini? Di mana para penguasa muslim ketika mendengar kabar ini?
Tak Cukup hanya Gencatan Senjata
Setelah sekian lama Palestina merintih, lagi-lagi tidak ada satu pun dari mereka para penguasa negara yang bisa atasi masalah ini. Alih-alih menyelesaikan masalah, mereka ajukan gencatan senjata.
Sudan menyambut baik deklarasi gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Dikutip dari Reuters, Kementerian Luar Negeri Sudan juga mengapresiasi upaya Mesir, regional, dan internasional untuk mencapai kesepakatan ini (kumparannews, 22/05/21).
Uni Emirat Arab (UEA) siap memfasilitasi perdamaian Palestina dan Israel, seusai keduanya sepakati gencatan senjata (serambinews.com, 23/05/21).
Terlihat jelas! Gencatan senjata yang diusulkan berbagai pemimpin dunia Islam membuktikan tidak adanya pembelaan secara sempurna terhadap saudara muslim kita di Palestina.
Tindakan seperti ini justru mengesankan untuk membiarkan Zionis berlindung dan memulihkan kekuatan di balik istilah gencatan senjata dan perdamaian. Semakin menegaskan keengganan pemimpin negara muslim untuk mengirimkan militer dan memberi solusi yang jitu untuk menghentikan pendudukan dan mengusir Zionis dari bumi Palestina.
Ilusi Gencatan Senjata
Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza terjadi pada Jumat (21/05/2021) dini hari, tetapi masih ada ketegangan di Yerusalem Timur di mana polisi Israel menyerbu kompleks Masjidilaqsa dan menembakkan gas air mata ke arah warga Palestina setelah Shalat Jumat (21/05/2021).
Kantor berita Aljazeera, Sabtu (22/05/2021), melaporkan bahwa dari pendudukan Yerusalem Timur, penyerbuan kompleks Masjidilaqsa oleh polisi Israel tidak terduga dan mencerminkan betapa rapuhnya gencatan senjata itu (cnbcindonesia, 22/05/21).
Telah terbukti, bahwa sesungguhnya gencatan senjata bukan solusi. Mudah bagi Zionis laknatullah ingkar janji. Memang seperti itu wajah asli mereka, tak dapat dimungkiri. Maka kita butuh lebih dari gencatan senjata, tak bisa andalkan para penguasa sekarang untuk atasi masalah.
Khilafah Tuntaskan Konflik Israel—Palestina
Palestina mutlak milik kaum muslimin. Hanya saja, pada perjalanan sejarah yang panjang barat membantu Yahudi untuk menguasai Palestina dan mengusir penduduk Palestina sampai saat ini.
Segala solusi yang ditawaran Barat untuk menyelesaikan konflik Palestina—Israel tidak mampu mengembalikan Palestina menjadi milik kaum muslimin. Pembebasan tanah Palestina jelas mustahil bergantung pada Barat, yang sudah pasti berpihak pada Israel. Suatu hal bodoh jika berharap pada negeri Islam yang tunduk pada kepentingan Barat.
Untuk membebaskan tanah mulia ini tentu butuh kekuatan militer hebat yang mampu menumpaskan tentara Israel dan sekutunya. Pastinya, kekuatan militer itu harus datang dari luar Palestina.
Sayangnya, berharap pada negeri muslim saat ini ibarat punuk merindukan bulan. Hanya Khilafah Islamiah yang mampu menghadirkan kekuatan militer. Ikatan akidah Islam akan mempertemukan cita-cita kaum muslimin di Palestina dan semangat jihad tentara kaum muslimin dari khilafah, dalam satu perjuangan mulia membebaskan tanah yang merupakan kiblat pertama kaum muslimin dari penjajahan Barat.
Hanya Khilafah Islamiahlah yang layak dijadikan harapan untuk menyudahi konflik tiada akhir Palestina—Israel, melindungi kemuliaan rakyat Palestina, serta menghadirkan dan menjamin kesejahteraan sekaligus keamanan.
Wallahu a’lam bishshawab.
Views: 286
Comment here