Surat Pembaca

Pemimpin Kehilangan Empati

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA–Pernikahan anak presiden Joko Widodo Yakni Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono digelar sangat mewah di dua kota sekaligus, yaitu kota Solo dan Yogyakarta pada tanggal 10 dan 11 Desember 2022. Sejumlah mentri di Kabinet Presiden Joko Widodo pun nampak sibuk membantu persiapan pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono. Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera, Martani Ali Sera berkomentar memang tidak jadi masalah mentri membantu presiden dalam urusan pribadinya, namun ketika mereka lebih fokus mengurusi pernikahan anak Presiden akan menjadi pertanyaan dari publik (Tribunnew.com,10/12/2022).

Tidak hanya meminta sejumlah mentri untuk membantu dalam pernikahan anaknya, Joko Widodo dibantu aparat keamanan untuk menerjunkan ribuan personal TNI sebagai pengaman. Sebanyak 10.800 personal gabungan TNI-PolrI yang tersebar di kota Solo dan Yogyakarta. Selain itu, Polda Jawa Tengah juga mengerahkan 2 ekor anjing ras jenis belgian malitnoise dan golden retriever dalam pengamanan tasyakuran pernikahan Kaesang-Erina di Solo. Hewan ini dikerahkan untuk melaksanakan tugas strelisasi dan deteksi bahan peledak. Ratusan CCTV pun dipasang untuk membantu pengamanan resepsi pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono di Solo (Okenews.10/12/2022).

Miris! Ditengah rakyat mengalami kesulitan hidup, seperti harga barang naik, PHK massal imbas dari pandemi covid-19, gempa bumi dan masalah pelik lainnya, namun penguasa malah menggelar pernikahan mewah. Tak hanya itu, penguasa juga tak segan meminta bantuan sejumlah mentri yang membuat mereka tidak fokus untuk mengabdi kepada rakyat. Demikian pula, fasilitas negara seperti CCTV, ribuan personal TNI dan anjing pelacak. Ini tentu memperlihatkan penguasa tidak amanah terhadap fasilitas negara yang dipinjamkan kepadanya. Ini sekaligus membuktikan penguasa tidak empaty karena disaat rakyat kesusahan malah mengelar pernikahan anak yang begitu mewah.

Tak bisa dipungkiri bahwa semua yang dilakukan penguasa adalah buah dari sistem kapitalis-demokrasi. Pemimpin dalam sistem demokrasi menjadikan kebahagiaan jasadiyah atau materi sebagai orientasi hidupnya. Mereka abai terhadap tanggung jawabnya sebagai periayah urusan umat. Sebaliknya, penguasa malah berpesta pora ditengah kesusahan hidup yang menghimpit rakyat.

Hal ini tentu berbeda dengan pemimpin dalam sistem Islam atau Khilafah. Pemimpinnya memiliki sifat amanah dan sederhana dalam hidupnya. Penguasa dalam sistem Islam sadar bahwa kekuasan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Abdullah bin Umar mengatakan, Rasullah saw. berkata, “ ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemipinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka.” (HR. Abu Dawud).

Pada masa Umar bin Abdul Aziz pernah kedatangan tamu yaitu anaknya sendiri. Beliau bertanya kepada anaknya : apa yang kita bicarakan, apakah urusan negara apa urusan pribadi?, kemudian anaknya menjawab urusan pribadi. Seketika itu Umar bin Abdul Aziz langsung mematikan lampu karena termasuk fasilitas negara yang tidak pantas untuk menerangi mereka yang membahas urusan pribadi. Begitulah bentuk sifat amanah penguasa dalam Islam. Pada waktu menjabat sebagai Khalifah yakni Umar bin Khattab mendapatkan santunan yang kecil, kemudian beberapa orang Shahabat diantaranya : Ali, Utsman, Zubair, dan Thalhah berkumpul untuk memperbincangkan tunjangan Umar yang sangat sedikit agar ditambah. Mereka pun meminta bantuan Hafshah untuk menyampaikan usul tersebut kepada Umar. Mendengar hal itu Umar bukannya senang malah marah. Itulah bentuk kesederhanaan Khalifah.

Maka dari itu, sudah selayaknya pemimpin sekarang ini mencontoh penguasa dalam sistem Islam.Namun, mencontohnya saja tidak cukup tanpa dibarengi penerapan sistem Islam dalam bentuk negara. Oleh karena itu, marilah kita mengupayakan untuk terwujudnya sistem Islam di negara ini. Dengan sistem Islam niscaya tidak akan ada pemimpin yang kehilangan empaty karena mereka sadar, posisi penguasa adalah sebagai pengurus urusan umat. Wallau’alam Bisshowab.

Sri Retno Ningrum

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here