Oleh: Rismayana (Aktivis Muslimah)
Wacana-edukasi.com, OPINI–Lagi-lagi jagat media sosial dihebohkan dengan berita kasus mutilasi seorang perempuan yang berada di Mojokerto. Kasus ini mendapat sorotan yang luar biasa karena pelaku adalah orang terdekat korban (pacar). Kronologi penemuan potongan tubuh yang dimutilasi ini, bermula adanya laporan seorang warga yang sedang mencari rumput untuk pakan ternak. Penemuan ini di sekitar jalur Pacet-Conger di atas ketinggian tikungan Gotekan.
Warga yang sedang mencari rumput menemukan potongan telapak kaki kiri. Hasil temuan ini dilaporkan warga ke pihak kepolisian. Pihak kepolisian Mojokerto yang diwakili Kasi Humas Polres Mojokerto Iptu Suryanto langsung bergerak menelusuri pencarian potongan mayat yang lain. Berkat bantuan warga dan relawan dan juga anjing pelacak akhirnya potongan mayat tersebut dapat ditemukan. Dan identitas mayat tersebut dapat diungkap oleh pihak kepolisian dengan ditemukan potongan telapak kanan tangan dengan pengecekan dari pihak keluarga korban. (suara.surabaya.net, 6/9/2025).
Menurut hasil identifikasi yang dilakukan pihak kepolisian terungkap bahwa potongan jasad tersebut adalah seorang wanita yang berinisial TAS (25), yang merupakan warga desa Made Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Menurut keterangan pihak keluarga, korban sudah jarang berkomunikasi dengan pihak keluarga. Pihak keluarga juga membenarkan bahwa korban tinggal bersama dengan kekasihnya di Surabaya.
Setelah ditelusuri pihak kepolisian jejak mayat korban berinisial TAS, ditemukan di kamar kost yang disewa korban dengan pelaku. Akhirnya pihak kepolisian menetapkan Alvi kekasih korban sebagai dalang pembunuhan TAS. Pihak kepolisian berhasil menangkap pelaku Alvi di rumah kost. Setelah ditangkap dan diintrogasi Alvi mengaku tega membunuh kekasihnya karena merasa marah dan kesal karena tuntutan gaya hidup korban yang hedonis. Puncaknya ketika tersangka Alvi pulang tengah malam tidak dibukakan pintu oleh korban. Sehingga terjadi percekcokan yang mengakibatkan pelaku gelap mata, hingga pelaku tega menusuk leher korban hingga tewas. Setelah itu Tersangka Alvi yang telah dirasuki setan sanggup memutilasi jasad kekasihnya di kamar mandi dengan menjadi ratusan potongan. Ujar Kapolres Mojokerto AKBP Ihram Kustanto setelah pelaku berhasil diinterogasi. (Detik.news, 8/9/2025).
Mengapa pelaku tega membunuh dan memutilasi korban, padahal mereka mengaku pasangan kekasih dan sudah tinggal bersama tanpa ikatan yang jelas (Kohabitasi).
Lagi-lagi inilah buah dari penerapan sistem sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan, yang mengakibatkan seseorang merasa bebas bertindak sesuai dengan keinginannya. Seseorang akan bebas melampiaskan dan meluapkan rasa cinta dan sekaligus rasa marah ketika ia kecewa.Tidak perduli apakah perbuatan tersebut Halal atau haram. Inilah tren yang terjadi yang menimpa anak muda buah dari hasil sekulerisme yang menganggap kohabitasi (hidup serumah tanpa ikatan yang jelas) atau masyarakat biasa menyebut kumpul kebo hal yang lumrah. Dalam kehidupan masyarakat sekuler-liberal saat ini aktivitas pacaran di kalangan anak muda sudah dianggap wajar dan bukan lagi hal yang tabu.
Inilah kehidupan yang dijalani pasangan Alvi dan TAS, sebelum terjadi peristiwa pembunuhan yang berujung memutilasi. Kedua pasangan ini memutuskan hidup serumah tanpa ikatan yang jelas, mereka berbagi tugas layaknya sebuah keluarga. Mereka tinggal bersama tanpa adanya paksaan sama sekali. Mengapa banyak kalangan anak muda yang berpacaran nekat memilih kohabitasi (kumpul kebo) tanpa ada ikatan yang jelas?
Karena penyakit dari sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan, di mana standar halal dan haram tidak lagi dijadikan sebagai patokan dalam beraktivitas, maka kumpul kebo di kalangan anak muda banyak dijadikan alasan untuk lebih mengenal pasangan sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Dan hal ini juga wajar dalam pandangan masyarakat sekuler liberal yang membebaskan budaya pacaran bukan lagi hal yang tabu. Selagi tidak menganggu orang lain.
Inilah cerminan buruk dari hasil penerapan sistem sekuler, yang mana negara berlepas diri dari tanggung jawab dalam membentuk pemahaman yang benar kepada rakyatnya. Yaitu dengan membiarkan pergaulan bebas di kalangan remaja semakin marak. Bahkan mendukung aktivitas pacaran dan perzinaan itu sendiri dengan alasan hak setiap individu.
Bagaimana Islam memandang tren kumpul kebo yang dilakukan remaja saat ini?
Hal ini jelas berbeda dengan penerapan dalam sistem Islam, dalam Islam negara jelas berperan aktif dalam membentuk kepribadian Islam rakyatnya. Yaitu negara (Khilafah) akan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (Kaffah) dengan melalui sistem pendidikan berbasis aqidah Islam. Dengan cara menerapkan sistem pergaulan Islam di tengah tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dengan penerapan sistem pergaulan di tengah-tengah masyarakat, ini akan bisa mencegah anak remaja melakukan tindakan yang diharamkan agama. Karena mereka sudah dibekali dengan ketaqwaan individu dalam diri mereka. Mereka akan takut mendekati zina. Seperti yang Allah ingatkan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat (17: 32), yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Dengan penerapan sistem pergaulan Islam dan didorong ketaqwaan individu dan juga adanya kontrol masyarakat sebagai pengingat dan pencegah pergaulan bebas, ini akan mencegah para remaja bertindak sesuka hati apa lagi membunuh. Karena sistem sanksi dalam Islam bagi pelaku Jarimah (pelanggaran terhadap hukum syariat) akan memberikan efek jera bagi pelaku. Sehingga kecil kemungkinan mereka tidak akan berani melanggarnya.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Views: 13


Comment here