Opini

Hilangnya Peran Sekolah akibat Masifnya Islam Washatiyah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Moderasi Islam kian masif dideraskan di kalangan milenial. Yakni memasukkan pemahaman Islam moderat melalui sekolah madrasah. Para pengajar diberikan bekal pemahaman Islam wasathiyah dengan diikutkannya dalam berbagai agenda pelatihan dan workshop.

Hal ini dilakukan karena banyaknya kalangan milenial alias generasi muda yang dengan semangat membara melakukan hijrah bahkan turut memperjuangkan Islam kafah. Sesuatu yang sangat aneh. Bukankah aktivitas tersebut merupakan sesuatu yang positif? Semestinya kian maraknya gerakan milenial yang melakukan perubahan positif tersebut mendapatkan apresiasi, bukan malah dijegal sedemikian rupa.

Selain itu diarahkan pula bahwa para generasi mudalah yang melakukan berbagai aksi kekerasan, radikalisme, dan terorisme karena terlalu fanatik beragama. Islam moderat dianggap sebagai solusi tepat “melembutkan” para generasi muda agar tidak bersikap radikal. Dengan menampilkan wajah Islam yang ramah dan toleran, Islam wasathiyah kian dimasifkan ke kalangan milenial.

Dilansir dari kemenag.go.id pada 18 Februari 2021, Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Rahmat Mulyana menyampaikan bahwa Direktorat PAI akan mendorong penguatan moderasi beragama di sekolah. Dikatakan pula bahwa untuk mempercepat implementasi moderasi beragama, Direktorat PAI akan bekerja sama dengan berbagai organisasi masyarakat, organisasi guru, dosen, dan pengawas PAI. Direktorat PAI pun saat ini tengah menyiapkan sejumlah bantuan seperti bantuan kemitraan, bantuan pemberdayaan Rohis, dan bantuan penelitian moderasi beragama sebagai penggerak implementasi moderasi beragama pada lingkungan masing-masing.

Hilangnya Peran Sekolah

Sekolah memegang peranan yang cukup penting dalam mencetak generasi penerus perjuangan. Melalui sekolah, berbagai ilmu dan tsaqofah diajarkan dengan tujuan mampu membentuk individu memiliki kepribadian Islam, jiwa militan, dan berwawasan luas. Dari sekolah pula diharapkan lahir para pejuang demi tegaknya Islam dalam kehidupan.

Namun, dengan adanya program moderasi Islam di lingkungan sekolah khususnya yang berada di bawah Kemenag, menjadikan hilangnya fungsi sekolah yang sebenarnya. Sekolah tak lagi berperan mencetak generasi muda khoiru ummah. Sebaliknya, sekolah hanyalah sebagai alat pelicin kebijakan penguasa demi eksistensi kedudukan.

Bisa dibayangkan jika moderasi Islam kian terus dideraskan tentu akan membawa dampak pada kerusakan generasi. Generasi pemuda yang semestinya menjadi khoiru ummah akan berbalik menjadi generasi yang semakin terjauhkan dari Islam. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan generasi yang sudah tercekoki pemahaman Islam moderat ini menjadi musuh Islam yang siap menjegal perjuangan Islam kafah.

Pemuda Generasi Khoiru Ummah

Bahayanya dampak yang ditimbulkan karena pemahaman Islam wasathiyah ini sudah seharusnya segera dihentikan. Jika tidak dihentikan maka akan semakin banyak yang akan tertipu dengan topeng keramahannya. Selain itu tentu saja akan menghambat laju perjuangan Islam kafah karena kian derasnya arus yang dialirkan ke umat.

Sekolah yang sejatinya merupakan tempat penyemaian generasi muda khoiru ummah telah kehilangan arah. Sekolah telah dibajak dan beralih fungsi. Potensi pemuda muslim yang begitu besar pun akhirnya dialihkan menjadi pemuda boneka yang siap disetir oleh pemahaman Islam moderat.

Negara kafir penjajah betul-betul memahami potensi yang dimiliki oleh para pemuda muslim ini. Bagi mereka merupakan bahaya besar jika pemuda muslim memiliki pemahaman Islam kaffah karena akan siap berjuan demi kebangkitan Islam. Tentu saja dengan adanya benih-benih kebangkitan Islam yang dipelopori para pemuda akan mengancam kedudukan mereka di negeri-negeri muslim salah satunya Indonesia.

Pemuda muslim merupakan potensi besar yang dimiliki umat. Para pemuda inilah yang akan menjadi pejuang Islam yang senantiasa berada di garis terdepan. Sebagaimana sosok para pemuda pada masa kejayaan Islam. Tertoreh nama-nama para pemuda dalam sejarah kegemilangan Islam. Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, bahkan panglima penakluk konstantinopel Muhammad Al-Fatih juga merupakan seorang pemuda. Besar harapan kebangkitan Islam juga akan terwujud dengan besarnya ikut andil para pemuda dalam perjuangan.

Untuk itu, umat semestinya bergandengan tangan bahu membahu dengan segenap upaya untuk melakukan misi penyelamatan terhadap para generasi muda muslim juga mengembalikan peran sekolah sesuai fungsinya. Berjuang mengembalikan pemahaman Islam para pemuda yang sudah tercekoki dengan narasi sesat Islam wasathiyah. Bukan merupakan sesuatu yang mudah memang. Namun, jika bersatu padu dengan seluruh umat dari berbagai kalangan insyaallah akan mengantarkan pada keberhasilan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 51

Comment here