Opini

Gagal Paham Radikalisme, Racun dari Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Ummu Ahtar (Anggota Komunitas Setajam Pena)

Adanya isu bahaya radikalisme yang selalu dikaitkan dengan Islam militan menjadikan keresahan bagi masyarakat untuk belajar Islam lebih dalam. Di samping itu bersamaaan dengan gencarnya paham moderasi beragama masuk ke semua elemen.

Wacana-edukasi.com — Di tengah pandemi yang belum usai, kini publik digegerkan oleh pernyataan Direktur Deradikalisasi BNPT, Irfan Idris bahwa ide radikalisme dan terorisme mulai masuk ke beberapa elemen masyarakat penting. Diantaranya elemen masyarakat yang memberikan fatwa-fatwa atas kegelisahan atas persoalan kebangsaan. Sehingga, dia mengajak masyarakat untuk berhati-hati akan ajakan paham radikal yang mana selalu menggaungkan intoleran, penolakan NKRI, penolakan Pancasila serta ajaran khilafah yang tidak komprehensif.

Menambahi hal itu Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT, Brigjen Pol.Ahmad Nurwakhid mengatakan bahwa bahaya akan kejahatan terorisme tidak hanya mengancam keamanan masyarakat, tapi juga merupakan proksi untuk merusak citra Islam dan negara Indonesia. Sehingga dia meminta masyarakat lebih sadar akan bahayanya virus radikal ini dari virus COVID-19. Ia juga mengatakan waspada akan isu Islamofobia yang menjadi sejata ampuh paham ini untuk menghasut masyarakat (m.liputan6.com , 23/02/22).

Saat ini diklaim bahwa paham radikalisme yang begitu cepat dan mudah masuk ke semua elemen. BNPT mengajukan rancangan konsep pentahelix. Konsep ini menggunakan seluruh potensi dalam membentuk kekuatan nasional melawan ideologi radikalisme dan terorisme dengan merangkul lima elemen bangsa. Elemen itu yakni kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) pusat dan daerah, berbagai komunitas masyarakat (organisasi kemasyarakatan, pelaku seni dan budaya), akademisi, dunia atau pelaku usaha (badan usaha milik negara maupun swasta), serta media. Sehingga dengan kekuatan bersama semua elemen mampu menghambat laju paham radikal ini yang meracuni masyarakat , yang mana diklaim bisa merusak persatuan umat beragama.

Adanya isu bahaya radikalisme yang selalu dikaitkan dengan Islam militan menjadikan keresahan bagi masyarakat untuk belajar Islam lebih dalam. Di samping itu bersamaaan dengan gencarnya paham moderasi beragama masuk ke semua elemen. Mungkinkah paham paham radikalisme merusak bangsa atau ada apa di balik semua ini?

Apakah Isu Radikalisme untuk Teroris?

Menanggapi pernyataan BNPT akan bahaya radikalisme yang dikaitkan dengan khilafah adalah bagian dari terorisme sungguh dusta. Pasalnya, khilafah sendiri adalah bagian dari ajaran Islam. Di samping itu, fatwa MUI juga menyatakan sama bahwa khilafah adalah ajaran Islam. Ironisnya hingga kini rezim diam dan tutup mulut tak membenarkan hal itu. Sebaliknya banyak terjadi ulama dikriminalisasi atau bahkan dipersekusi jika berceramah yang sifatnya membawa agama dalam pemerintahan.

“Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (Riwayat Muslim).

Sejatinya Islam adalah agama yang komprehensif. Islam tak hanya mengatur ibadah ritual, namun ada aturan dengan diri sendiri (hablum binafs ), dan aturan yang mengatur interaksi manusia dengan manusia lainnya (hablum minannas). Di dalam aturan interaksi ini ada aturan sosial, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan. Hal itu sesuai ajaran Muhammad SAW saat berdakwah dari Mekah hingga menegakkan daulah Islam di Madinah.

Jika kita menanggapi mengenai isu radikalisme selalu dikaitkan dengan ajaran Islam militan. Seperti yang pertama intoleran, perlu kita mentataburi bahwa Islam tidak memaksa setiap individu atau nonmuslim masuk Islam ( Al Baqarah 256). Selain itu faktanya di negeri ini menghimbau akan pelegalan ucapan selamat natal serta perayaan tahun baru dari muslim ke nonmuslim. Maka, dari sini melanggar akidah Islam yakni lakum diinukum wa liya diin. Sehingga dugaan Islam intoleran itu salah.

Kedua, paham radikal dianggap mengancam keutuhan NKRI serta persatuan bangsa, namun sampai sekarang tak ada bukti secara nyata. Malah fakta bahwa Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sejak berdiri tahun 1965 sampai sekarang tak pernah dirisaukan oleh pemerintah. Padahal sudah banyak bukti kebengisan OPM menyerang atau membunuh secara sengaja masyarakat setempat dan mengancam keberadaan masyarakat serta membunuh TNI.

Ketiga, jika paham radikal sama dengan khilafah ini menentang pancasila sungguh bangsa ini munafik. Yang mana sejarah , pahlawan bangsa dengan semangat jihad menang melawan penjajah Belanda. Bahkan terdapat bukti bahwa ada keterikatan kerajaan Islam dengan khilafah Utsmani yakni Sulaiman Al Qanuni dalam perang melawan penjajah Belanda. Justru sebaliknya dengan penerapan khilafah semua ajaran Pancasila terlaksanakan.

Sehingga, sudah jelas bahwa paham radikal yang dimaksud bukan paham terorisme. Justru ini adalah senjata penjajah Barat atau kaum kafir yang takut jika Islam kembali merebut kekuasaannya. Jika rezim bumi pertiwi berlaku sama, maka jelas bahwa mereka bagian atau sekutu atau bahkan antek penjajah.

Solusi Polemik Bangsa hanya Islam

Gencarnya kampanya anti radikalisme disematkan dengan paham terorisme membuktikan rezim islamofobia. Takutnya rezim bersama dengan penjajah Barat akan bangkitnya Islam kembali menguasai dunia. Sehingga maraknya ide racun Islam ini sejatinya masyarakat kian kritis akibat banyaknya kebijakan rezim yang kian hari menyengsarakan rakyat. Sayangnya hingga hari ini rakyat masih menutup diri akan solusi Islam terbaik dalam mengatasi semua problematika umat.

Semua paham yang meracuni umat sejatinya bukan berasal dari Islam. Sebaliknya itu dari sistem Kapitalisme yang sampai saat in berkuasa. Sistem yang lahir dari akal manusia ini menghasilkan paham-paham perusak. Seperti paham sekularisme(memisahkan agama dari kehidupan), plurarisme( semua agama kedudukannya sama) serta liberalisme(kebebasan berfikir) yang semua itu menghasilkan materi belaka. Sehingga maklum jika sistem yang lahir dari akal manusia ini kian menampakkan kerusakan. Baik dari tata kelolanya yang sering berubah-ubah kebijakan, tidak sesuai naluri manusia dan menentramkan akal atau hati serta alam murka dengan datangnya bencana hingga pandemi belum usai.

Berbeda dengan islam, agama yang melahirkan aturan kehidupan. Yang bersumber dari Allah SWT yakni Al Qur’an dan As Sunnah. Menebar rahmat semesta alam (Al Anbiya 107). Sudah terbukti selama 14 abad menguasai dunia dan sebagai pelindung umat. Sehingga inilah solusi sebenarnya, yakni kembali pada kehidupan Islam.

Seharusnya masyarakat serta umat dunia bersatu kembali menegakkan Islam. Karena hingga kini umat semakin terjajah. Terjajah akan paham sesat, SDA yang dikeruk oleh penjajah atau swasta, kesenjangan ekonomi, serta terdzolimi kaum muslim di seluruh dunia seperti: Palestina, Suriah, Ughuir, Rohingya, India, dsb. Semua itu hanya bisa dilakukan dengan penerapan Islam kafah ke semua lini kehidupan dengan gencarnya dakwah Islam sampai tegaknya Daulah Islam (khilafah).

Kiranya ayat ini perlu direnungkan “….Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Al Maidah 50).

Wallahualam Bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 18

Comment here