Opini

Tolak Pengabadian Ataturk untuk Nama Jalan, Berlebihan?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Endang Seruni (Muslimah Peduli Generasi)

wacana-edukasi.com– Pemerintah berencana untuk memberikan sebuah nama untuk ruas jalan di Ibukota RI, dengan nama tokoh sekuler Turki Mustafa Kemal Attaturk. Hal ini disampaikan oleh wakil gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria. Penamaan ruas jalan ini merupakan bagian dari kerjasama antara Indosat dengan Turki.

Rencana penamaan ruas jalan ini di daerah Menteng Jakarta Pusat. Rencana ini merupakan kelanjutan dari kunjungan
Bilateral Menlu Retno Marsudi ke Turki. Dalam konferensi pers Menlu mengatakan, pemerintah Turki telah memberikan nama jalan Ahmed Soekarno di Ankara. Tepatnya di depan kantor KBRI(CNN Indonesia,17/10/2021).

Akan tetapi rencana ini tidaklah serta merta diterima oleh sejumlah tokoh.
Ketua DPW PKS DKI Jakarta, Khoirudin mendorong pembatalan rencana pemerintah mengganti nama salah satu jalan di Jakarta dengan nama Ataturk. Keinginan pemerintah ini perlu dikaji ulang. Karena bisa menyakiti kaum muslim. Rekam jejak sejarah Mustafa Kemal Attaturk merugikan kaum muslimin dan peradaban manusia.

Senada dengan Khoirudin, Ketua Umum MUI Anwar Abbas menolak rencana pemerintah ini. Pihaknya mengklaim bahwa Ataturk merupakan tokoh yang mengacak-acak ajaran Islam. Banyak perilaku Ataturk yang bertentangan dengan ketentuan yang ada di dalam Al Qur’an. Ataturk menjadikan Turki maju dengan cara menjauhkan rakyat dari ajaran agama Islam. Menurut Anwar jika rencana ini terealisasi akan menyakiti hati umat Islam di Indonesia. Ia pun menegaskan bahwa Indonesia memiliki dasar negara yaitu Pancasila yang menjunjung Ketuhanan Yang Maha Esa (CNN Indonesia,17/10/2021).

Sementara itu pihak Nahdlatul Ulama (NU) menganggap reaksi protes ini berlebihan. Ketua Umum Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKi Syamsul Maarif menegaskan bahwa penolakan atas pemberian nama Ataturk sebagai nama jalan di Indonesia harus dilihat dari skala yang lebih luas. Yaitu sebagai tanda jalinan persahabatan antara Indonesia dan Turki. Menurutnya PKS dan MUI lebay dan memandang parsial saja (CNN Indonesia, 18/10/2021).

Rencana pemerintah ini menuai pro dan kontra di tengah- tengah masyarakat. Menurut pemerintah rencana ini merupakan langkah timbal balik atas kebaikan rakyat Turki yang mengabadikan nama Proklamator di negara mereka.

Masyarakat di ibukota telah mengetahui bahwa wilayah Menteng Jakarta Pusat, telah berjajar jalan dengan nama para pahlawan Nasional yang telah berjasa berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Jika salah satu nama itu di ganti dengan nama Ataturk dengan dalih kerjasama, tidaklah akan hal ini sangat menyakiti hati kaum muslimin. Terutama di DKI Jakarta. Yang penduduk aslinya adalah Betawi dan beragama Islam.

Sementara Mustafa Kemal Attaturk adalah tokoh sekuler yang meruntuhkan Kekhilafan Usmaniyah. Kemudian merubah Turki menjadi negara yang berbentuk Republik. Sejarah juga mencatat bahwa Ataturk adalah tokoh yang diktator. Ia mengubah Hagia Sofia menjadi museum, yang pada awalnya adalah sebuah masjid. Mengganti azan yang berbahasa Arab menjadi bahasa Turki. Melarang para muslimah di Turki untuk berkerudung untuk di sekolah-sekolah. Ataupun di kantor pemerintahan. Inilah Ataturk yang menghapus segala sesuatu yang berbau Islam di Turki.

Turki diubah menjadi sebuah negara yang kehidupan bernegaranya dijauhkan dari agama. Jelas semua tahu jika sebelumnya sistem Islamlah yang diterapkan di Turki. Kekhilafan Turki Usmani adalah perisai dan pemersatu umat Islam seluruh dunia. Namun Ataturk justru menghancurkannya dan menggantinya dengan sistem yang sekuler. Dan memaksa rakyatnya untuk mengikuti kemauannya. Ataturk pun mengajarkan bahwa semua agama di mata Tuhan adalah sama. Padahal sejatinya ini adalah pemikiran yang salah.

Ironisnya sebagian umat Islam di Indonesia justru menganggap keinginan umat Islam di DKi yang menolak nama Ataturk dinilai berlebihan dan lebay. Dengan dalih atas nama jalinan persahabatan. Untuk itu, tidakkah ada nama yang lain selain Ataturk?. Yang berjasa untuk kemajuan dan kegemilangan Turki.
Semisal Muhammad Al Fatih, yang menorehkan kegemilangan untuk peradaban di Turki. Seorang pemuda 21 tahun, hafizh Qur’an juga terjaga ibadahnya. Atas izin Allah ia mampu menaklukkan Kota Konstantinopel. Di tempat inilah peradaban Islam diukir.
Sosok seperti inilah yang patut diabadikan namanya. Seseorang yang mengabdikan dirinya untuk mengharapkan ridho Allah SWT.

Jika polemik ini bisa diurai dan dimusyawarahkan dikalangan petinggi negara, sehingga tidak mengundang kegaduhan di tengah- tengah masyarakat. Ataturk adalah sosok yang menjadikan peradaban Islam runtuh. Jadi sangat wajar jika kaum muslim di Indonesia pada khususnya merasa tersakiti hatinya, jika nama Ataturk diabadikan di ruas jalan di Jakarta.

Semoga hal ini bisa membuka pemikiran umat Islam yang belum memahami sejarah secara utuh. Karena pada faktanya Sejarah Islam dikubur dan dikaburkan oleh musuh-musuh Islam. Sehingga banyak terjadi kekeliruan dalam memahami masalah ini. Sudah saatnya umat membuka mata atas banyak kekeliruan yang terjadi.
Waallahu’alam bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 2

Comment here