Opini

Tawuran Remaja Akibat Sekularisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Wa Ode Vivin (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI– Sungguh prihatin melihat fenomena yang ditayangkan dalam media sosial baru-baru ini, yakni aksi tawuran remaja di Palembang yang menyebabkan tewasnya anak muda. Yang menjadi sorotan tajam kasus tawuran tersebut adalah temuan penyidik, yang menemukan bahwa para pelaku menggunakan delapan buah senjata tajam serta tiga unit sepeda motor.

Tawuran merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan untuk melukai lawan dengan menggunakan alat maupun tidak. Problem tawuran seakan sudah menjadi budaya di Indonesia yang terus diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Pasalnya sudah puluhan tahun lamanya kasus tawuran seolah tidak pernah padam. Dari hari ke hari, beritanya terus saja muncul di berbagai media massa. Tak peduli puasa ataupun hari raya, tak peduli dalam kondisi wabah pandemi maupun dalam kondisi normal, tawuran tetap saja terjadi. Meski tubuh rawan terluka, nama baik dan masa depan dipertaruhkan karena bisa saja tertangkap polisi dan masuk bui, namun para pelaku seakan tak perduli dengan perihal tersebut. Bahkan resiko terbesar bagi mereka adalah kehilangan nyawa, tapi tidak juga membuat jera meski telah banyak korban yang berjatuhan.

Berdasarkan fakta di atas, perkara tawuran tak lepas dari corak didikan saat ini yang sangat dipengaruhi oleh cara pandang sekularisme-liberalisme, yaitu paham yang memisahkan agama dari kehidupan, sehingga menghasilkan kebebasan yang kebablasan dalam diri manusia. Alhasil, manusia bebas berbuat sesuka hati tanpa takut perbuatan mereka dapat merugikan orang lain. Seperti remaja yang kerap tawuran, bahkan sampai menghilangkan nyawa individu.

Sangat berbeda jika diatur dengan cara pandang Islam. Islam memandang bahwa mendidik seorang anak merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter anak. Pola didikan dalam Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan manusia menjadi beradab, bermanfaat, dan bermartabat. Menanamkan pendidikan Islam pada anak sejak dini berarti ikut mempersiapkan generasi yang berkarakter, karena anak-anak adalah calon generasi bangsa yang diharapkan mampu memimpin bangsa.

Pendidikan dalam Islam merupakan usaha nyata dan terstruktur secara sistematis. Semua itu untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai hamba dan Khalifah di bumi ini. Adapun tujuan pendidikan dalam Islam untuk melahirkan generasi bersyaksiyah (berkarakter atau berkepribadian) Islam, menguasai pemikiran Islam dengan handal, menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi dan memiliki keterampilan yang tepat guna.

Sedangkan dasar pendidikan Islam adalah akidah Islam. Dasar akidah Islam inilah yang berpengaruh dan menjadi rujukan dalam penerapan kurikulum pendidikan. Seperti sistem belajar mengajar, kualifikasi pengajar, pengembangan budaya dan interaksi semua penyelenggara pendidikan.

Pendidikan dalam Islam memadukan tiga peranan yang sangat penting untuk melahirkan generasi unggul sebagai aset negara, yakni:

Pertama; keluarga. Dalam keluarga, Islam memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan syariat Islam yaitu dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Sejak dini anak dipahamkan untuk mengenali dirinya sebagai hamba yang wajib taat kepada Allah SWT. Sehingga selama hidupnya akan sadar bahwa dirinya terikat dengan syariat Islam. Dengan didikan yang benar anak tidak akan kehilangan jati dirinya melainkan tumbuh sesuai fitrahnya sebagai manusia yang berkarakter kuat, mandiri dan mampu bertahan hidup dalam kondisi apapun. Mampu menyelesaikan masalah, baik persoalan pribadi ataupun problem yang terjadi dalam masyarakat berdasarkan aturan Islam.

Kedua; masyarakat. Islam memerintahkan agar masyarakat saling tolong menolong satu sama lain. Amar makruf nahi mungkar dijalankan, bukan sekedar saling mengingatkan dalam hal kebaikan namun juga aktif dalam mencegah segala kemungkaran. Sehingga tercipta suasana dalam masyarakat yang penuh dengan keimanan. Hal ini akan berdampak baik bagi remaja karena anak adalah peniru ulung, jika keluarga dan masyarakat baik maka yang ditiru hanya hal-hal yang baik. Begitu pun peran pendidikan di lingkungan sekolahnya akan melahirkan generasi yang baik dari sisi kepribadian maupun penguasaan ilmu pengetahuan. Dampaknya peran remaja dapat dirasakan di tengah-tengah masyarakat, baik dalam menegakkan kebenaran maupun menerapkan ilmunya.

Ketiga; negara. Dalam hal ini, negara wajib menyediakan pendidikan berbasis akidah Islam. Maka dari lembaga pendidikan ini akan lahir generasi yang berkepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan ajaran Islam.

Demikian pendidikan dalam Islam yang telah terbukti mencetak generasi yang saleh dan salehah, cerdas, kuat tangguh serta paham akan ilmu agama dan dunia. Oleh karena itu jika ingin memiliki remaja sebagai generasi yang paham agama, hebat dan mampu diandalkan, solusinya hanya satu, terapkan Islam dalam setiap aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pendidikan. Maka segala bentuk kenakalan remaja akan mampu dipadamkan oleh Islam. Wallahu a’lam bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 22

Comment here