Opini

Kegemilangan Islam dalam Membangun Infrastruktur

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Nia Umma Zhafran

wacana-edukasi.com, OPINI– Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin telah mendorong pembangunan jembatan Citarum penghubung wilyah Dayeuhkolot-Baleendah, Kabupaten Bandung. Pasalnya, Jembatan ini ditemukan adanya keretakan sehingga harus segera ditangani. Hal tersebut tentu membut warga khawatir. Jembatan Citarum ini sangat mendukung akses segala bidang serta digunakan masyarakat sebagai jalan mobilitas kehidupan sehari-hari.

Maka itu, ditargetkan ditahun 2024 pembangunan jembatan Citarum ini akan dirampungkan. Dorongan tersebut didukung oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna. Dana pembangunan Jembatan Citarum ini sumbernya dari APBN dan APBD Provinsi Jabar dan Kabupaten Bandung. Diaebut-sebut anggaran yang telah disiapkan sebesar Rp55 miliar (AyoBandung.com, 07/12/2023)

Kondisi keretakan jembatan penghubung Dayeuhkolot-Baleendah ini sebenarnya telah terjadi pada tahun 2021. Telah banyak masyarakat yang mengkritik keras akibat lambannya penanganan terhadap jembatan tersebut. Meski pada awal 2022 Pemprov Jabar telah membangun jembatan sementara menggunakan kontruksi bailey ( plat baja), namun jembatan darurat tersebut tidak memadai. Kendaraan dengan berat lebih dari 5 ton tidak boleh melewati jembatan. Padahal wilayah Dayeuhkolot-Baleendah merupakan daerah Perindustrian, sehingga banyak kendaraan bermuatan besar yang harus melintas jembatan tersebut.

Akibat banyaknya kendaraan yang melintasi jembatan ini sebagai jalur penghubung antarwilayah, kemacetan pun tak dapat dihindari. Diperparah dengan memasuki musim hujan sekarang, jembatan darurat yang terbuat dari plat baja meningkatkan resiko kecelakan karena kondisi yang licin.

Sebelumnya, Bupati Bandung telah mengumumkan rencana pembangunan Jembatan pada Maret 2023. Namun, masyarakat telah menyoroti lambannya respons Pemprov Jabar dalam menangani masalah jembatan ini yang telah menjadi urgensi bagi masyarakat. Hal ini yang mengundang kritik terhadap Pemprov Jabar, karena dianggap tidak mengutamakan keselamatan dan kepentingan masyarakat. (Hasanah.id)

Kasus jembatan yang rusak telah banyak terjadi di Negeri ini. Banyak akses jembatan yang sering digunakan masyarakat tapi tidak layak untuk digunakan. Mirisnya lagi banyak pelajar dan warga yang harus menyebrangi jembatan rusak dengan bertaruh nyawa agar sampai ke sekolah dan beraktifitas sehari-hari. Seperti yang terjadi di daerah Kabupaten Cianjur, Garut dan wilayah pedesaan lainnya.

Sungguh hal ini menunjukkan lemah dan abainya negara dalam membiayai infrastruktur, padahal negara seharusnya memberikan anggaran mutlak atas hal ini. Pasalnya, infrastruktur yang buruk akan mengancam nyawa masyarakat. Negeri dengan sumber daya alam ini, seharusnya mampu memberikan infrastruktur terbaik bagi rakyatnya. Infrastruktur yang mudah diakses oleh siapapun dan tidak berbayar.

Namun, lagi lagi penerapan sistem ekonomi Kapitalis menjadikan persoalan infrastruktur dikomersialisasi. Terjadinya infrastruktur yang mudah rusak layak menjadi pertanyaan, sudahkah anggaran yang dikeluarkan Negara benar-benar digunakan untuk membangun infrastruktur yang kokoh? Ataukah anggarannya sebagian dikorupsi? Demikianlah carut-marut pengelolaan infrastruktur dalam sistem kapitalis liberal. Apakah masih ada harapan dalam sistem Kapitalis ini?

Berbeda jika dikelola oleh sistem Islam. Islam sebagai agama yang sempurna, tak hanya mengatur urusan ibadah ritual saja, tapi mengatur seluruh aspek kehidupan. Umat Islam telah menorehkan sebuah keajaiban dunia atas sumbangsihnya di kota Cordoba, Spanyol. Jembatan Cordoba menjadi ikon kemajuan Islam pada abad 10 Masehi melebihi kota-kota lain yang ada di Eropa. Kota ini menjadi tempat perhatian dunia serta sesuatu yang mengangumkan. Meskipun Islam tidak lagi berjaya di Cordoba. Namun, beberapa peninggalan dari masa lalunya bisa disaksikan, termasuk keistimewaan kota Cordoba adalah Jembatan Cordoba yang letaknya membelah sungai Al-Wadi Al-Kabir. Jembatan ini dikenal dengan nama Al-Jisr dan Qantharah Ad-Dahr yang dalam bahasa Spanyol sekarang dinamakan Puente Romano.

Jembatan Cordoba melebihi jembatan-jembatan yang lain dari segi kemegahan bangunan dan kecanggihannya. Jembatan tersebut dibangun pada permulaan abad ke-2 Hijriah tahun 720 Masehi atau sejak 1400 tahun yang lalu. Jembatan ini dibangun oleh Gubernur Andalusia As-Samh bin Malik Al-Khaulani, dibawah kekuasaan Umar bin Abdul Aziz.

Bayangkan membuat bangunan sekokoh , serumit juga semegah itu ketika alat transportasi untuk mengangkat bahan baku masih sebatas unta, kuda dan bighal. Donald R Hill dan Ahmad Al-Hasan dalam bukunya yang berjudul “Islamic Technology and Illustrated History”. Mengungkapkan pengerjaan kontruksi selalu beriringan dengan telaah matematika dan science yang memerlukan para cendekiawan yang tidak hanya ahli konstruksi. Namun juga menguasai perhitungan matematika dan fisika yang rumit. Seperti yang tercatat dalam kitab “Al-i’lam Bi Manaqib Al-Islam” yang ditulis oleh Abul Hasan Muhammad bin Yusuf al-amiri. Para arsitek muslim telah membangun banyak jembatan. Tak hanya jembatan yang pondasinya tertanam di tanah naumun juga jembatan gantung bersuspensi yang terbuat dari tali dan kayu. Seperti yang terlihat di Persia hingga Maghribi (Maroko), Tunisia, Al-Jazair dan kawasan Afrika Utara.

Jembatan ini masih sangat kokoh membelah sungai Al-Wadi Al-Kabir. Karena hal inilah yang menjadikan jembatan tersebut sebagai salah satu kebanggaan peradaban Islam. Dukungan ilmu pengetahuan dan keteknikan yang cukup maju, mengembangkan jembatan megah yang mampu bertahan ratusan tahun sehingga diakui sebagai pencapaian besar dan sumbangsih peradaban muslim untuk dunia.

Demikian jika di zaman modern ini manusia berlomba-lomba membuat jembatan yang panjang dan kokoh, peradaban Islam sudah lebih dulu membuktikannya berabad-abad yang lalu bahkan jika dibandingkan dengan kualitas jembatan sekarang sangatlah jauh. Banyak jembatan gedung, jalan raya yang rusak meski baru saja dibangun. Hal ini disebabkan penguasa saat ini tidak serius dalam membangun dan adanga anggaran proyek yang dikorupsi. Mereka melakukannya tanpa mempedulikan kualitas bangunan dan kemaslahatan manusia.

Berbeda halnya dengan Khilafah yang menunjukkan betapa maksimal mengurusi Negara dalam membangun infrastruktur. Khilafah terus melakukan inovasi termasuk teknologi kontruksi jembatan. Hal ini sesuai dengan hadits Rasul SAW. “Imam(Khalifah) adalah raa-in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari).
Demikianlah mulianya hidup dibawah naungan Khilafah. Tidakkah kita merindukan kehidupan dibawah naungan Khilafah?

WalLaahu a’lam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 8

Comment here