Surat Pembaca

Sudah Hidup Petani Terjepit, Pupuk Dipersulit

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com — Kondisi para petani saat ini memprihatinkan. Harapannya yang bertumpu pada hasil panen tidak dapat terwujud. Menanami sawah mereka penuh dengan hambatan dan kendala, salah satu penyebabnya adalah kelangkaan pupuk bersubsidi.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kondisi pandemi Covid-19 telah ikut memporakporandakan ekonomi mereka, masih ditambah menanggung sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi.

Dikutip dari Lensaindonesia.com, bahwa kelangkaan pupuk bersudsidi telah terjadi di wilayah Kabupaten Madiun dalam beberapa bulan ini. Hal ini terjadi karena alokasi pupuk bersubsidi dari pusat berkurang, begitu Parna, S. P (Kasi Disperta) menjelaskan. Melalui tenaga-tenaga penyuluh turun langsung ke lokasi mensosialisasikan kepada para petani untuk mulai menggunakan pupuk organik mendampingi pupuk anorganik subsidi (5/2021).

Pengurangan subsidi pupuk ini terjadi di semua wilayah Indonesia yang terkenal sebagai negeri agraris. Pengurangan yang memang disengaja oleh pemerintah pusat untuk mengurangi anggaran subsidi hingga 50 % untuk menghemat anggaran. Petani diberikan solusi yang memberatkan yaitu memakai pupuk non subsidi atau pupuk organik.

Hal ini jelas membuat hidup petani makin sengsara, karena harga pupuk non subsidi dan pupuk organik jauh lebih tinggi harganya, sehigga sulit untuk dijangkau. Akibatnya hasil padi petani tumbuh kurang sehat dan akan mengurangi hasil. Bahkan ada yang rusak sebelum masa panen.

Kelangkaan Pupuk Wajar Terjadi di Sistem Salah

Jerit petani tidak lagi bisa mengugah nurani pemerintah. Ragam protes para petani yang sejak tahun 2020 hingga saat ini terus diabaikan. Sejumlah petani mendatangi DPRD Jember karena memprotes pengurangan subsidi pupuk sebanyak 50 persen (Kompas.com, 2/3/2020).

Sudah lama sejak pengurangan subsidi pupuk ini bergulir, membuahkan kesengsaraan petani yang makin sulit menghidupkan lahannya sendiri. Mereka membutuhkan bantuan dan perhatian dari pemerintah. Namun pemerintah seakan lepas tangan dari kesulitan para petani ini.

Hal yang wajar terjadi pada sistem kapitalisme-liberal yang diterapkan saat ini. Sistem yang berasas materi ini akan selalu menghitung untung rugi dalam kondisi apa pun.

Kelangkaan subsidi pupuk merupakan buah dari penerapan sistem salah yang mengharamkan adanya subsidi karena akan menghambat pasar bebas, maka lambat laun subsidi yang awalnya dibatasi (dikurangi) pada akhirnya akan dihilangkan.

Selain itu dampak kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan pemerintah yaitu tidak boleh menolak produk asing dan melakukan proteksi terhadap industri, termasuk pertanian. Alhasil pupuk organik dan non subsidi yang menguasai pasar. Sistem rusak ini telah memberikan peluang besar bagi kapitalis menguasai seluruh hajat masyarakat.

Cara Islam Melindungi Petani

Berbeda dengan Islam yang menerapkan aturan (sistem) dari Sang Pencipta segala sesuatu. Ketika diterapkan justru akan memberikan kebaikan bagi semua orang, baik muslim maupun non muslim.

Pemimpin adalah pelayan negara bagi rakyat, maka dia akan mengurusi semua kebutuhan rakyat dengan amanah dan tanggung jawab kepemimpinannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari).

Pemimpin dalam Islam itu disebut khalifah dan negara yang dipimpinnya biasa disebut khilafah.

Khilafah dalam menangani pangan negara, bertanggung jawab memfasilitasi produksi pertanian sehingga berjalan sebaik-baiknya. Juga akan mengatur kuota impor pangan untuk menjaga stabilitas harga di sektor pertanian. Semua diupayakan untuk menjamin pemenuhan pangan bagi seluruh individu rakyat.

Dalam hal ini, khilafah akan berupaya memaksimalkan produksi lahan pertanian melalui dukungan penuh kepada petani dengan memberikan bantuan, baik modal, benih, pupuk, bahkan ketersediaan lahan pertanian.

Dari sini terbukti bahwa sistem politik pangan Islamlah yang mampu menyelesaikan ragam permasalahan masyarakat, khususnya para petani.
Pangan yang aman dalam negara akan mampu menyejahterakan masyarakat, juga bisa menjadi pengendali impor dari negara lain. Bahkan saat khilafah mencapai kegemilangannya, mampu menjadi penyuplai bantuan pangan bagi seluruh dunia.

NS. Rahayu (Pengamat Masalah Sosial)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 20

Comment here