Syiar IslamTsaqofah Islam

Rajab 1443: Masifkan Gambaran Islam Kaffah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Carminih, S.E.

Rajab juga semestinya dijadikan sebagai bulan refleksi bagi setiap muslim. Apakah saat ini kita sudah menjadi sebaik baik hamba yang taat kepada Allah SWT, ataukah sebaliknya, menjadi hamba yang bebal terhadap hukum-hukumnya?

Wacana-edukasi.com — Bulan Rajab adalah bulan mulia, yang keutamaannya telah dijelaskan dalam Al Quran surat At Taubah ayat 36. Dalam ayat ini, Allah SWT berfirman mengenai bulan-bulan yang diagungkan, yang artinya:

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (untuk perang). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

Dijelaskan juga dalam hadist Rasulullah SAW, bahwa bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram. Terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”(HR. Bukhari-Muslim).

Salah satu kemuliaan bulan Rajab adalah akan dimasukkannya manusia ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berpuasa sehari pada bulan Rajab, maka dia seperti berpuasa sebulan. Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab selama tujuh hari, maka tujuh pintu neraka ditutup untuknya. Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sebanyak delapan hari, maka delapan pintu surga dibuka untuknya. Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sebanyak sepuluh hari, maka keburukannya diganti kebaikan.” (HR. Imam Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas).

Selain itu, Imam Ja’far Ash Shadiq juga pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Rajab adalah bulan pengampunan bagi umatku, maka perbanyaklah beristighfar di bulan ini, karena Ia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Bulan Rajab dijuluki dengan Al-Ashab (pelimpahan) karena pada bulan ini rahmat Allah dilimpahkan kepada umat-Ku, karena itu perbanyaklah mengucapkan Astaghfirullah wa as’aluhu al-taubah, yang artinya “aku memohon ampun kepada Allah dan aku meminta kepada-Nya agar diterima taubatku.”

Di bulan Rajab juga terdapat peristiwa besar yaitu Isra’ Mi’raj. Seperti yang telah kita ketahui, Isra Mi’raj merupakan peristiwa penting bagi Nabi Muhammad SAW. Beliau melakukan dua perjalanan penting, dari Masjidil Haram di Makkah, menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Lalu dilanjutkan menuju Sidratul Muntaha atau langit ketujuh. Rangkaian perjalanan Rasulullah SAW itu, terjadi hanya dalam satu malam.

Begitulah kemulian bulan Rajab, serta peristiwa penting yang perlu diingat setiap muslim. Oleh karena itu, dalam momentum Rajab ini, sepatutnya kita mengoptimalkan upaya dalam menggambarkan Islam kaffah, dan penerapannya dalam peradaban Islam. Kita juga harus sungguh-sungguh menunjukkan kemampuan Islam untuk menggantikan peradaban kapitalis sekuler.

Rajab juga semestinya dijadikan sebagai bulan refleksi bagi setiap muslim. Apakah saat ini kita sudah menjadi sebaik baik hamba yang taat kepada Allah SWT, ataukah sebaliknya, menjadi hamba yang bebal terhadap hukum-hukumnya?

Tak dimungkiri, bahwa kondisi umat muslim saat ini terpuruk dalam segala aspek kehidupan. Mereka terzalimi dan jauh dari kata adil dan sejahtera. Keadilan hanyalah ilusi, kesejahteraan bagaikan fatamorgana.

Kemaksiatan dipertontonkan secara nyata. Kegagalan kepemimpinan peradaban kapitalis sekuler dapat disaksikan secara telanjang. Tak terlalu sulit untuk mengungkap, karena banyak fakta yang berbicara, menyibak berbagai persoalan yang melanda. Hari ini umat sedang sekarat. Namun, kontestasi pilpres gencar digelar. Di mana naluri penguasa? Umat menjerit. Harga minyak melangit. Kini mereka disuguhi istilah minyak subsidi . Inikah cara penguasa untuk mengelabuhi rakyatnya?

Di sisi lain, umat muslim memiliki seperangkat aturan yang tak perlu _try and error_ lagi, karena berasal dari Allah SWT, Dzat Pencipta manusia, alam semesta beserta isinya, sekaligus pengatur kehidupan. Syariat Islam memiliki pengaturan dalam seluruh bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya, kesehatan, keadilan, hukum dan sebagainya. Kemampuan pengaturan yang penuh dengan kebaikan tak perlu diragukan. Karena pernah terbukti diterapkan dan bertahan hingga tak kurang dari 13 abad. Hal ini sangat relevan dengan kebutuhan umat akan kehidupan yang didambakan, menghantarkan pada kebaikan dan keberkahan.

Keberadaan Islam yang bukan saja sebagai agama ruhiyah, namun juga ideologi, jelas akan seimbang jika berhadapan dengan peradaban kapitalisme, yang belum seabad saja sudah oleng. Kesempurnaannya pasti sanggup menjadi solusi, pengganti peradaban kapitalisme sekuler yang telah rapuh, dan membahayakan eksistensi umat Islam sebagai umat terbaik, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam QS. Al-Imran ayat 110 yang artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.”

Wallahu a’lam bish-shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 7

Comment here