Opini

Premanisme Merajalela, Buah Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nurhalisa (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Mengapa premanisme masih berkembang pesat di luar sana? Mau sampai kapan penindakan tegas sering kali terasa lambat atau bahkan tebang pilih?. Dikutip dari (iNewsMedan.id, 24/5/2025) ketua Ikatan Alumni Fakultas Hukum USU ini menerangkan, bahwa barisan pengelola alumni dan para alumni yang tersebar di beberapa daerah mendoakan agar Jhon Wesli Sinaga dan Acensio Hutabarar yang saat ini menjalani pengobatan medis di rumah sakit Columbia Asia agar segera pulih kembali. Mereka juga mencerca insiden pembacokan terhadap Jhon Wesli Sinaga jaksa pada Kejaksaan Negeri Deli Serdang dan staf honor Kejari Deli Serdang atas nama Acensio Asilvanov Hutabarat.

“Insiden ini adalah tindak pidana penindasan besar. Insiden ini adalah sikap kasar kumpulan orang yang membuktikan masih maraknya premanisme di wilayah Sumatera Utara. Kita sangat sedih, mengetahui salah-satu alumni kita, jaksa Wesli menjadi korban dari insiden tersebut,” ungkap ketua Ikatan Alumni FH USU, Dr. Hasrul Benny Harahap, S.H., M.Hum, kepada jurnalis, (Senin, 26/5/2025).

Premanisme berarti gaya atau cara hidup yang tampak seperti preman dengan mengutamakan kekejian dalam bertindak. Istilah “preman” sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu, “vrijman” yang maknanya tidak memiliki ikatan pekerjaan atau orang yang bebas. Premanisme kian marak dibarengi dengan ekonomi yang makin susah. Susahnya lowongan kerja yang berdampak meningkatkannya angka pengangguran, dan rapuhnya tindakan hukum serta rendahnya integritas di masyarakat. (Wikipedia)

Aksi premanisme kian mengkhawatirkan dan meresahkan di masyarakat. Apalagi premanisme juga makin tumbuh di Indonesia. Seperti yang kita ketahui pada masa Orde Baru ketika ekonomi kian sulit dan tingginya pengangguran, ada kalanya mereka melakukan dengan tindakan intimidasi, pemalakan, bahkan ancaman yang membahayakan nyawa jika permintaannya tidak terwujud. Kemudian, aksi premanisme umumnya timbul karena tidak berhasilnya mediasi atau diskusi antar pihak yang berseteru, pengendalian emosi yang rendah menyebabkan kekejaman berupa pemukulan, tawuran, bahkan penyerangan dengan senjata tajam. Alhasil, sampai saat ini premanisme tak dapat dibereskan oleh para aparat yang harusnya dapat memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat.

Masalahnya, fenomena premanisme tidak muncul secara tiba-tiba tapi ada sangkut paut dari sistem yang memicu aksi tersebut, yaitu sistem sekuler kapitalisme sistem ini membuat kehidupan kian sulit, karena susahnya memperoleh lowongan pekerjaan, kesenjangan sosial, dan pastinya kemiskinan.

Sistem sekuler kapitalisme membuat peran negara hanya sebatas pengatur dan penunjang bagi keperluan investor. Lalu lahirnya program pro kapitalis yang mengabaikan kepentingan rakyat. Seharusnya, negara menjamin kebahagiaan rakyatnya. Jaminan yang dimaksud bukanlah mencukupi segalanya dengan bantuan sosial, tetapi seharusnya negara memfasilitasi akses dan layanan kepada rakyat untuk memenuhi kebutuhan mereka, semisal harga pangan murah, kesehatan dan pendidikan gratis, peluang kerja banyak, dan lainnya. Tapi sayang, negara saat ini tidak melaksanakan kewajiban tersebut, sehingga mendorong tingginya angka kriminalitas, termasuk aksi premanisme.

Selain itu, ketimpangan ekonomi kian memperparah kenaikan angka pidana dan kriminalitas, termasuk premanisme. Ketimpangan ekonomi melahirkan perasaan kecewa dan tidak adil di antara masyarakat akar rumput, sehingga menambah potensi perilaku agresif dan kriminal. Walhasil, sumber masalah munculnya budaya premanisme, aksi penganiayaan, serta prilaku kriminal yang dilakukan masyarakat tidak lain akibat diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang dikonfirmasi oleh penguasa melalui program-program yang tidak pro rakyat, semisal kenaikan tarif layanan publik, kenaikan harga pangan, pajak yang mencekik, dan sebagainya.

Sangat berbeda dengan sistem Islam, karena Islam mempunyai konsep hidup yang menyeluruh dalam menuntaskan masalah kehidupan, termasuk premanisme. Sistem Islam membentuk ketakwaan global secara menyeluruh. Landasan keadilan dan pengelolaan negara dalam mencukupi kebutuhan hidup masyarakat yang seimbang dan harmonis.

Di antara sistem Islam dalam merealisasi kondisi yang efektif dalam kehidupan masyarakat sebagai berikut:
Pertama, negara akan membentuk ketakwaan setiap individu dan komunal melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pola pikir (Aqliyah) dan pola sikap (Nafsiyah) yang sesuai aturan Islam. Kedua, negara juga akan menerapkan budaya amar makruf nahi mungkar. Ketika Islam menjadi landasan dalam menjalani kehidupan, masyarakat akan mempunyai kesadaran yang sama tentang perbuatan maksiat.

Ketiga, negara akan menegakkan sistem sanksi Islam. Untuk memastikan hukum bagi terdakwa tindak kejahatan, harus dilihat jenis pelanggarannya. Dalam Islam premanisme termasuk kategori jarimah (tindak kriminal) yang hukumannya diputuskan berdasarkan jenis kejahatannya. Jika terdakwa melakukan pembunuhan, bisa dijatuhi hukum bagi pembunuh, yaitu qisas. Jika terdakwa melakukan penganiayaan, ia dikenai hukum jinayah. Namun, jika kejahatannya tergolong takzir, maka hukumannya ditetapkan berdasarkan keputusan khalifah atau qadi.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah apabila orang terpandang di antara mereka mencuri, mereka membiarkannya. Namun jika orang lemah yang mencuri, mereka menegakkan hukuman atasnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa diterapkan hukum dalam Islam tidak memandang martabat sosial terdakwa, sangat berbeda dengan sistem saat ini yang penuh campur tangan politik dan kepentingan ekonomi. Tak hanya dari sudut pandang hukum, Islam juga memastikan keamanan melalui sistem ekonomi yang adil dan pengurusan negara yang amanah. Khalifah (pemimpin dalam sistem Islam) berkewajiban langsung atas keamanan seluruh rakyat, sebagaimana sabda Rasulullah: “Seorang Imam (Khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat, dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Premanisme adalah buah dari sistem yang rusak. Ketika sistem ekonomi, hukum, dan sosial tidak berdiri di atas dasar yang benar, maka kriminalitas akan terus beranak cucu. Islam kaffah hadir bukan hanya sekadar untuk memecahkan masalah, tapi akan memberikan solusi dan akan memberi jaminan nyata atas keamanan, keadilan, dan kebahagiaan hidup.

Oleh karena itu, masyarakat tidak cukup jika hanya menolak premanisme sebagai gejala sosial. Kita harus mulai mengganti pola pikir dari sekularisme menjadi Islam.
Karena hanya Islam yang mampu mewujudkan peradaban di mana rasa aman bukan hanya sebuah semboyan, tetapi kenyataan yang akan dirasakan oleh seluruh masyarakat di penjuru dunia. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here