Opini

Pemuda Cerdas Up to Date Politik, Seperti Apa?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Desi Wulan sari, M.Si.

(Pegiat Literasi Revowriter dan Pengamat Sosial Masyarakat)

Sebagai generasi penerus sebuah peradaban tentu memiliki nilai tertinggi dalam dirinya. Sebuah nilai yang layak untuk menjadi seorang calon pemimpin umat di masa depan, dengan integritas tinggi, mulai dari kemantapan akidah, tsaqofah, ilmu agama, ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Melihat femonema anak muda saat ini, sungguh memprihatinkan. Tanpa landasan akidah yang kuat dalam dirinya dan dijauhkan dari syariat. Mereka lebih mementingkan diri sendiri yang minim manfaat dalam kehidupannya. Bagaimana euforia dunia begitu mereka agungkan hanya demi sebuah prestise, status sosial dan gaya hidup ala sekuler yang tengah marak. Tujuan hidupnya dipengaruhi oleh pemikiran sekuleris, mulai dari pendidikan, pekerjaan, keluarga, dan masyarakat, hingga akhirnya diikuti dalam kehidupan bernegara, telah mewarnai pemikiran dan kepribadiannya.

Kondisi memprihatinkan para pemuda ini, seakan terlihat enggan untuk ikut berpartisipasi dalam ranah politik. Dengan mengabaikan hak mereka untuk bersuara, mengacuhkan urusan-urusan negara dan masyarakat yang timbul akibat faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktornya, karena kurangnya rasa percaya terhadap perwakilan dan partai-partai politik yang ada. Bukan tanpa sebab, “pertunjukan” politik dan politikus hari ini seakan hanya sekedar mempeperlihatkan perebutan kekuasaaan saja, bukan pada tujuan kemaslahatan rakyat.

Masuknya sekulerisme dalam sistem negara juga membuat pemikiran para pemuda semakin lemah pada kebutuhannya terhadap politik. Anggapan-amggapan seperti politik urusan pemerintah dan pejabat negara saja, politik bukan tanggung jawab dirinya, politik bukan bagian dari proses beragama, dsb. Pemikiran itulah yang membuat para pemuda hanya fokus pada apa yang “diperintahkan” untuk dirinya, yaitu mengejar pendidikan setinggi mungkin, bekerja mencari gaji yang besar, menikmati gaya hidup hedonis, menikmati informasi dan hiburan melalui teknologi yang semakin canggih, dsb.

Pada akhirnya, ketidakpercayaan dan melemahnya pemikiran politik mereka, membuat anak muda hanya berpikir praktis, seperti saat memilih calon pemimpin hanya berdasarkan figur ketimbang partai politik. Sebuah survey menunjukkan, kebanyakan para pemuda masih bingung antara melihat perlunya perubahan politik dan ketidak pahaman terhadap sistem politik alternatif. Meski menganggap politisi dan partai tidak mampu mengatasi persoalan, namun masih berharap penyempurnaan praktik demokrasi menjadi solusi. Dilansir dari Media.com, hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat.”Sikap mereka tidak begitu yakin bahwa politisi mewakili aspirasi masyarakat,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Minggu (21/3).

Sejatinya yang dibutuhkan oleh para pemuda hari ini adalah sebuah kepercayaan. Jika bukan dari partai politik ala kapitalis, maka mereka mempercayai adanya politik alternatif yang didasari dari sebuah sistem yang mampu merubah keburukan politik ciptaan Barat, menjadi politik hakiki penuh kebaikan bagi rakyat ciptaan sang Khaliq,

Para pemuda cerdas yang memiliki best values dalam dirinya, senantiasa merasa perlu meng- up to date dalam setiap pemikirannya, tidak hanya seputar dirinya sendiri tapi juga seputar politik negeri, mereka akan terus bangkit dan memahaminya. Termasuk politik Islam yang telah ada dalam agamanya sendiri. Dengan memahami konsep dan arti politik Islam, membuat mereka semakin menyadari pentingnya politik yang tidak bisa dipisahkan dari proses kehidupan seorang manusia sejak lahir. Pembentukan pribadi Islam yang diperkuat oleh akidah, syar’iyah dan akhlakul karimah menjadi pondasi dasar seorang pemuda sekaligus politikus generasi emas harapan bangsa. Karena pemuda inilah yang akan merubah sebuah negara dengan perubahan hakiki, yang mampu menghhadapi tantangan zaman dan bisa membelokkan mereka dari perubahan hakiki.

Seperti layaknya seorang pemuda bernama Mush’ab bin Umair, yang pandai berorasi dan mampu menjadi delegasi Nabi untuk menjalankan tugas politiknya kepada masyarakat Madinah saat itu. Rasulullah saw melihat kecerdasan Mush’ab sehingga mengutusnya untuk tugas besar. Mush’ab menyadari bahwa dirinya hendak menangani persoalan paling besar saat itu. Ia bertanggung jawab pada masa depan Islam di Madinah kelak.

Begitupun sosok pemuda terkenal lainnya, Muhammad Al Fatih sebagai penakluk konstatinopel. Keyakinannya pada Islam sebagai agama dalam proses kehidupannya, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kecerdasannya sejak belia sudah terlihat berkat didikan orang tua dan kakeknya sesuai syariat. Di bawah naungan Daulah khilafah Islam, berbagai fasilitas dan isntitusi yang bertujuan mencerdaskan umat, tersedia dengan baik dan lengkap, seluruh rakyat dapat menikmatinya dengan mudah tanpa beban biaya apapun. Menjadi sosok pemuda cerdas dan bertakwa, serta peduli pada problematika umat, akan selalu membawa generasi yang sadar politik, karena Islam memang tidak pernah memisahlannya dari kehidupan seorang muslim.

Maka, hari ini rakyat sedang menungu peran negara, peran besar sebagai petanggung jawab dalam mengurus urusan rakyat. Negara akan selalu memberikan fasilitas terbaik tanpa pamrih, juga memberikan fasilitas penunjang keilmuan, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai modal dasar calon pemimpin bertakwa demi terwujudnya generasi gemilang di masa yang akan datang.

Wa’llahu a’lam bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 3

Comment here