Opini

Pemuda Apatis Menghasilkan Politik Dramatis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Siti Saodah, S. Kom (Aktivis Pemerhati Remaja)

Wacana-edukasi.com, Pemuda adalah tonggak dari sebuah peradaban. Di tangan pemuda arah tujuan bangsa akan terlihat. Pemuda memiliki peran strategis dalam kemajuan suatu negara. Maka pemuda sudah selayaknya mampu untuk melek terhadap perpolitikan bangsa.

Menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia yaitu Burhanudin Muhtadi ia mengatakan menurut survei Maret tahun 2021 tentang isu-isu  sosial politik bangsa ditemukan banyak anak muda yang tidak toleran dalam hal perpolitikan dibandingkan praktik ritual sosial keagamaan. Ia pun menambahkan sebanyak 50 persen netral terhadap islam sebagai kelompok agama mayoritas.

Pernyataan tersebut dimaksud bahwa Indonesia harus diperintah sesuai hukum/syariat islam. Bahkan dikatakan orang islam Indonesia harus mendapatkan hak istimewa dibandingkan agama lain (m.republika.co.id).

Pemuda hari ini dimandulkan dengan aktivitas hedonisnya. Kalangan pemuda dibuat apatis dengan perpolitikkan bangsa. Mereka tak peduli terhadap nasib bangsa mendatang seperti apa. Pasalnya mereka hanya tahu kehidupan mereka baik-baik saja meskipun terpampang nyata para pejabat melakukan korupsi.

Namun sebagian lagi pemuda masih berharap pada politik demokrasi praktis. Mereka berharap melalui demokrasi muncul para pemimpin bangsa yang lebih baik. Sayangnya pemimpin baik hanya sebatas figuritas. Praktiknya hal itu hanya pemanis dalam pemerintahan sehingga bermunculan pejabat yang mulai menyalagunakan wewenangnya demi kepentingan kelompok atau pribadi.

Sudah jelas perpolitikkan kita saat ini hanya dipegang oleh mereka para pemain lama. Kalaupun muncul pemain baru maka ia akan dengan muda disetir oleh para seniornya. Begitulah wajah demokrasi, kepentingan kelompok adalah nomor satu. Rakyat hanya dianggap angin lalu dan hiburan saat akan kampanye.

Ditambah politik negeri ini juga dipegang oleh para elit pengusaha yang memiliki modal besar. Sehingga ketika kampanye para pemilik modal ini akan menyumbangkan dananya demi kepentingan bisnis mereka pribadi. Jadi aturan yang dibuat oleh para pejabat jelas akan berpihak kepada mereka dan menguntungkan mereka. Begitulah sistem politik demokrasi yang membutuhkan dana besar demi mencapai puncak kekuasaan.

Sistem demokrasi yang sejatinya buatan manusia ia banyak kekurangan dan terbatas. Ia tak akan mampu membawa kemaslahatan bagi seluruh umat. Ketika ada aturan yang tak sesuai kehendak kepentingan kelompok maka ia akan ubah dan dibuatlah sesuai kepentingan tuannya.

Dibutuhkan peran pemuda dalam mengawal perpolitikkan bangsa. Jika pemuda hanya diam (Apatis) maka akan menghasilkan politik penuh dramatis. Pemuda memiliki jiwa yang kuat, semangat dan pemikiran yang cerdas sehingga mampu membawa perubahan bangsa.

Dalam islam pemuda adalah ujung tombak peradaban. Ia akan dibina oleh negara menjadi pemuda yang berpemikiran cemerlang. Bukan hanya pemikiran saja ia akan dibina menjadi pribadi yang shaleh dan shalihat sehingga ketika ia menjabat dalam pemerintahan ia akan melakukan amanah sesuai dengan hukum syara. Rasa takut dia terhadap Allah akan tinggi karena semua aktivitasnya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT.

Pemuda cemerlang berkepribadian shaleh dan shalihat hanya ada ketika aturan Islam mampu diterapkan secara sempurna dalam seluruh kehidupan. Dibutuhkan seorang khalifah yang mampu memimpin pemuda menjadi seorang ulama yang cemerlang.

Waallahualam bisshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here