Opini

Pahlawan Ekonomi, Bukan Solusi Peningkatan Ekonomi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Meitya Rahma

wacana-edukasi.com–Pekerja keras, tidak patah semangat untuk menggerakkan ekonomi keluarga. Agar asap dapur tetap mengepul, agar bisa menyekolahkan anak, agar bisa save uang. Ini yang dilakukan oleh semua orang terutama kaum bapak. Penanggung jawab ekonomi keluarga. Perempuan sebagai ibu yang ingin membantu perekonomian keluarga juga ikut membantu mencari nafkah. Untuk itu, seorang ibu dituntut juga bisa mandiri secara finansial. Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mendorong 1.500 ibu keluarga penerima manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) untuk berani mengubah nasib lewat berwirausaha.

Hal disampaikan oleh Mensos, dalam acara Sosialisasi Penguatan Perekonomian Subsisten sebagai Upaya Perekenomian Masyarakat di Pendopo Kabupaten Malang, Jawa Timur (detik.com,25/6/2022). Kegiatan tersebut untuk mendorong kemandirian finansial dan meningkatkan kesejahteraan KPM PKH secara bertahap. Mendorong para ibu KPM untuk berwirausaha. Maka Risma memutarkan video Gading Ogi Saputra yang merupakan remaja difabel asal Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Ia berprofesi sebagai pedagang keliling. Kisahnya menginspirasi banyak orang. Walaupun Ia memiliki keterbatasan fisik tapi tetap semangat mencari nafkah. Mensos Risma berharap agar ibu-ibu KPM PKH ini berani mengubah nasib. (Kompas.com, 26/6/2022).

Orang-orang seperti Inilah yang kemudian menjadi para penggerak ekonomi rakyat. Penggerak ekonomi yang memiliki semangat pantang menyerah untuk memajukan ekonomi. Maka Risma pun menggagas peogram Pahlawan Ekonomi (PE). Risma mengatakan PE digagas untuk mengubah nasib warga yang kurang mampu. Melalui pemberdayaan UMKM, warga diajarkan dalam hal produksi, pengemasan, perizinan, hingga marketing. Untuk itu Menteri Sosial Tri Rismaharini juga membawa program Pahlawan Ekonomi (PE) di Surabaya menjadi percontohan nasional. Selain itu, Kemensos juga ingin UMKM berkembang secara nasional. Tahun ini, para Pahlawan Ekonomi dari Surabaya akan memulai menjadi mentor.

Mereka akan berkeliling mengenalkan strategi menjaga bisnis UMKM secara nasional. Diiajari pula marketing produk, branding, hingga packaging. Hasilnya, banyak pelaku UMKM sukses memasarkan berbagai produk hingga ke luar negeri hingga merekrut banyak pekerja.

Pahlawan Ekonomi ini merupakan salah satu program yang digagas oleh Mensos Risma saat masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya tahun 2010 lalu. Dimana para ibu rumah tangga dari keluarga kurang mampu diberi modal mengembangkan UMKM melalui pelatihan dan pendampingan komprehensif. Melalui program ini pula, para PE mendapat pelatihan manejemen keuangan. Sehingga, uang yang digunakan tak hanya habis untuk produksi namun juga bisa untuk keperluan mendesak lainnya.

Program Bu Risma ini nampak bagus. Dari program ini juga terlahir para Pahlawan Ekonomi. Para ibu-ibu yang bisa mandiri mengembangkan usaha melalui UMKM. Bisa dikatakan ibu juga bisa menjadi penyelamat ekonomi keluarga. Mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik. Disaat kondisi ekonomi seperti saat ini, apa-apa serba mahal. Maka program Pahlawan Ekonomi ini pun seolah-olah menjadi solusi perbaikan ekonomi rakyat, kususnya keluarga miskin. Lalu solutifkah program Pahlawan Ekonomi ini?

Program demi program dirancang oleh pemerintah untuk kemajuan ekonomi rakyat. Namun tetap saja belum bisa memberikan hasil yang signifikan. Masyarakat tetap saja dalam kondisi ekonomi yang belum membaik. Ibarat orang yang sakit, masih belum bisa duduk dan makan, tidak punya energi. Inilah gambaran rakyat ekonomi sulit. Apalagi dampak pandemi yang disusul dengan kenaikan harga bahan pokok membuat ekonomi rakyat kecil semakin merosot.

Memang Program PE ini di beberapa daerah dapat dikatakan sukses, bahkan Surabaya menjadi percontohan. Namun apakah sukses juga diterapkan di daerah lain. Akankah program PE ini tidak berdampak pada hal -hal lain. Alih-alih untuk memberdayakan para ibu dan solusi perbaikan ekonomi, namun malah menimbulkan masalah baru. Masalah baru yang timbul dari program pemberdayaan para ibu. Para ibu yang telah berdaya ini akhirnya memiliki kesibukan usaha. Kesibukan ini yang akan menyebabkan perhatian untuk keluarga berkurang. Masalah ekonomi keluarga terselesaikan, namun imbas dari program ini anak tidak terurus, keluarga kurang harmonis karena para ibu merasa mampu untuk mandiri. Akhirnya bukannya menyelesaikan masalah, tetapi malah menimbulkan masalah baru.

Solusi parsial di sistim kapitalis selalu menimbulkan masalah baru lagi. Hal ini dikarenakan mereka para stake holder tidak melihat akar masalah yang sebenarnya. Kemiskinan yang semakin meningkat adalah buah dari dari kebijakan dari sistim kapitalis. Kemiskinan bukan disebabkan dari individu rakyat semata, namun bagaimana negara mengurusi rakyat. Aneka program disusun untuk pemberdayaan rakyat, namun disisi lain kebijakan yang ada menyulitkan rakyat. Misalnya saja, kenaikan minyak goreng, harga sembako juga ikut naik. Maka program pemberdayaan itupun tak ada efeknya.

Selalu saja setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan bukan untuk kepentingan rakyat, namun malah mengutamakan para kapital ( pemilik modal). Pejabat atau para stake holder telah terbeli oleh mereka, para pemilik modal. Maka kebijakan pun distir sesuai keinginan para pemodal. Rakyat semakin terpuruk akibat kebijakan tersebut.

Sudah saatnya rakyat menyadari bahwa kebijakan saat ini sangat dzalim. Rakyat butuh sosok penguasa yang bisa mengayomi rakyat, berpihak pada rakyat. Karena sejatinya pemimpin adalah perisai dan pelindung umat. Sosok pemimpin yang seperti ini, hanya dapat ditemukan ketika sistim kapitalis sekuler ini tidak menjadi pegangan negeri ini.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 12

Comment here