Opini

Kondisi Gaza Makin Parah, Tak Cukup dengan Solusi Boikot

Bagikan di media sosialmu

Penulis : Alesha Maryam

Wacana-edukasi.com, OPINI–Sejak 18 September 2025 Gaza terisolasi akibat listrik, internet, dan telekomunikasi padam. Di saat yang sama ribuan tank israel mengepung wilayah itu yang padat penduduk dan Jalur Salah al-Din dibuka sebagai koridor evakuasi untuk mengosongkan kawasan tersebut.

Fakta menunjukkan meskipun berbagai negara telah menjatuhkan kecaman dan embargo, Israel masih bersikap tidak bergeming. Belgia secara resmi menghentikan impor dari Israel, sementara Spanyol menetapkan larangan senjata dalam bentuk undang-undang serta menutup akses pelabuhan dan wilayah udaranya bagi kapal maupun pesawat yang membawa persenjataan ke Israel. Norwegia juga mengambil langkah divestasi dari sejumlah perusahaan yang terdaftar di Israel. Di tingkat Uni Eropa sedang dipersiapkan sanksi terhadap para pejabat sayap kanan serta penangguhan sebagian kerja sama perdagangan yang selama ini dijalankan dengan Israel.

Di luar arena politik gelombang protes pun meluas, misalnya di Hollywood lebih dari 4.000 orang menandatangani seruan boikot terhadap perusahaan, festival, dan penyiaran yang terkait dengan Israel hanya dalam waktu sepekan, sementara di dunia olahraga aksi serupa terlihat pada ajang balap sepeda dan turnamen catur.

Terputusnya Komunikasi

Komunikasi serta layanan darurat di Gaza terputus, itu akan melemahkan koordinasi warga sipil, sehingga untuk respons medis dan informasi terkini tentang kondisi warga Gaza menjadi terhambat dan sangat sulit diverifikasi informasi mereka.

Desakan untuk warga Gaza bermigrasi itu akan mempercepat berpindahnya penduduk secara massal, sehingga akan menimbulkan tantangan kemanusiaan jangka panjang dan lagi akan menimbulkan pertanyaan tentang keamanan serta sifat sukarelaan proses tersebut. Desakan itu pula mendorong pengosongan Gaza melalui jalur evakuasi, ini juga akan menimbulkan kekhawatiran bahwa perpindahan penduduk ini bukan hanya bersifat sementara, melainkan akan dimanfaatkan Zionis untuk merombak demografi dan kontrol wilayah secara permanen. Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil cenderung mencerminkan prioritas nasional Israel yang mengutamakan kontrol, stabilitas dan strategis, sehingga tekanan eksternal seperti boikot terbukti tidak efektik untuk merombak kebijakan di Gaza. Israel tetap bergeming dengan gelombang boikot, karena Israel menetapkan tujuan akhirnya dalam “Protokol Zionis” yaitu membangun Negara Israel Raya dengan menjadikan Palestina sebagai pusat kekuasaannya.

Kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Israel tampak semakin intensif dan merenggut nyawa serta tempat tinggal banyak warga sipil dan jelas bahwa kecaman diplomatik semata tidak akan cukup untuk menghentikan pola serangan yang menimbulkan korban besar.

Kalo kita cermati semua ini, jelas alasan untuk membantu Gaza adalah pengiriman militer. Serangan Zionis membabi buta dan mencapai titik kritis keselamatan warga Gaza. Dahulu kita sibuk mengkritik Mesir yang enggan membuka pintu perbatasan dengan Rafah. Tetapi setelah dilihat jalur evakuasi dan penyelamatan warga Gaza yang itulah yang di bombardir Zionis. Dari sini upaya licik Zionis Yahudi terlihat inginnya mereka menguasai Gaza sepenuhnya. Blokade dan kelaparan kronis yang dialami warga Gaza sepertinya belum cukup untuk memuaskan rasa rakus mereka terhadap tanah Palestina yang sebenarnya sebagian besar sudah mereka kuasai.

Terlihat karakter Zionis yang arogan dan suka berkhianat, sangat tidak layak untuk didukung apalagi menggaung solusi dua negara. Pemimpin negeri-negeri Muslim tidak semestinya menunda untuk mengerahkan pasukan militernya untuk menghadapi Zionis, karena dari awal penduduk Palestina itu dijajah oleh Zionis. Solusi yang dapat menyelesaikan ini adalah mengusir habis Zionis dari bumi yang Allah berkahi itu.

Tentara Muslim di Bawah Komando Khilafah

Tidak tegasnya penguasa negeri-negeri Muslim yang dibuktikan dengan enggannya mereka untuk mengirim pasukan militer ke Gaza adalah karena secara ideologis mereka membebek pada Amerika Serikat dan ideologinya yaitu kapitalisme. Alasan nasionalisme membuat sekat-sekat negeri-negeri muslim supaya menjadi negara bangsa yang lemah dan tidak bisa/berat untuk menurunkan militernya ke Gaza. Padahal, kewajiban dan tanggung jawab terdepan untuk berjihad membela Gaza dan Palestina keseluruhan ada pada negeri-negeri kaum muslim terdekatnya.

Yang dibutuhkan rakyat Gaza sekarang bukanlah omongan yang mengecam ke Zionis, tapi sikap pasti yaitu menurunkan militernya ke Gaza. Kehadiran Tentara Islam di bawah komando Khilafah sangat dinantikan sekarang. Dari pada itu seharusnya penguasa negeri muslim dan umat harus bangkit dan bersatu untuk mengembalikan Khilafah sebagai Perisai Umat dan membebaskan Palestina dari cengkraman Israel.

Sepanjang sejarah Islam, Yahudi adalah kaum yang paling keras permusuhannya kepada kaum Muslimin. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah dalam QS. Al-Maidah : 82 “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” Ayat ini menunjukkan bahwa sejak dahulu hingga sekarang, permusuhan mereka terhadap umat Islam begitu nyata dan terus berlangsung dalam berbagai bentuk, baik melalui tipu daya, makar, maupun permusuhan terbuka.

Apa yang terjadi dengan kondisi umat Islam di Gaza saat ini nyata adanya. Sejak awal pendirian negara Israel, kaum Yahudi secara spontan merampas tanah kaum Muslimin, mengusir penduduk asli, dan menindas mereka dengan kekuatan militer. Serangan demi serangan dilakukan tanpa henti, menelan banyak korban jiwa yang tidak terhitung jumlahnya. Sementara itu, dukungan negeri-negeri beras semakin memperkuat kezaliman mereka, dan negeri-negeri kaum muslim seolah menutup mata akan hal penderitaan rakyat Gaza, Palestina.

Pemboikotan saja tidak akan menghasilkan kebebasan bagi Gaza. Hanya Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah yang akan mampu melumpuhkan Israel dan membebaskan Gaza, Palestina dan seluruh manusia dari makar jahat kaum zionis Israel. Wallahu a’lam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here