Opini

Islam, Menjaga Fitrah Ibu

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Nurlela

wacana-edukasi.com– DPR RI saat ini tengah membahas soal Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA). Salah satu poin yang dibahas dalam RUU ini adalah soal cuti selama 6 bulan bagi ibu yang baru saja melahirkan. RUU KIA sendiri disebut telah disepakati oleh Badan Legislatif (Baleg) dan disetujui oleh 7 Fraksi di DPR. Anggota DPR dari Fraksi PKB, Luluk Nur Hamidah menyebutkan ada beberapa alasan kenapa RUU KIA ini dibahas, salah satunya karena banyaknya perempuan yang mengalami depresi pasca melahirkan yang berujung pada tindakan kekerasan terhadap anak. Dukungan terhadap RUU ini pun datang dari ketua DPR RI Puan Maharani yang meminta masyarakat Indonesia untuk memberikan dukungan agar RUU KIA ini bisa direalisasikan.
(DetikNews.com,19/06/2022)

Melahirkan merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan luar biasa bagi seorang perempuan. Tapi tidak semua ibu bisa merasakan kebahagiaan pasca melahirkan, bahkan tidak sedikit ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan (Postpartum Depression).

Depresi pasca melahirkan atau Postpartum Depression adalah salah satu kondisi kesehatan jiwa yang kerap dialami para ibu pasca melahirkan, dimana kondisi ibu yang masih dalam masa pemulihan secara fisik namun harus mengasuh dan membangun koneksi dengan bayinya. Kondisi ini kadang membuat para ibu yang baru saja melahirkan merasa gelisah hingga putus asa. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 10 persen wanita hamil dan sekitar 13 persen wanita yang baru saja melahirkan mengalami depresi di seluruh dunia. (suara.com)

Para ahli sendiri mengungkapkan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan ibu pasca melahirkan rentan mengalami depresi. Seperti di lansir di DetikNews.com, Guru Besar Psikiatri Fakultas Kedokteran UI, Profesor Dr. Sasanto Wibisono menyatakan stress di keluarga dan kepribadian ibu bisa mempengaruhi depresi pada ibu pasca melahirkan. Stress keluarga bisa berbentuk keadaan ekonomi yang kurang mendukung atau kurang nya dukungan orang terdekat pada sang ibu.

Banyaknya ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan di dalam sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan adalah hal yang wajar.

Penerapan sistem kapitalis dengan asasnya sekuler telah menghilangkan peran agama dalam kehidupan, akibatnya para orang tua baik suami maupun istri tidak memahami Islam secara utuh dan tidak memahami hak dan kewajiban orang tua terhadap anaknya. Sehingga banyak yang salah kaprah dan menganggap bahwa mendidik anak adalah kewajiban seorang ibu, padahal sejatinya seorang ayah pun memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak-anaknya.

Sistem kapitalisme juga telah menciptakan kemiskinan di tengah-tengah masyarakat. Kapitalisme yang begitu mengagungkan kebebasan, salah satu nya adalah kebebasan kepemilikan telah menjadikan kekayaan alam yang melimpah yang dimiliki negeri ini yang seharusnya dikelola untuk kesejahteraan masyarakat justru diprivatisasi dan dikuasai oleh kaum korporat. Kekayaan alam yang melimpah hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Akibatnya negara tidak mampu memenuhi kebutuhan asasi rakyat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan maupun keamanan.

Kemiskinan yang tercipta ditengah tengah masyarakat karena penerapan sistem kapitalisme memaksa para ibu untuk melaksanakan peran ganda dalam kehidupannya. Di satu sisi para ibu dituntut menjadi benteng keluarga, melindungi anak-anak, dan mengurus rumah tangganya. Namun di saat yang sama kondisi ekonomi yang semakin sulit memaksa para ibu untuk melangkahkan kakinya keluar rumah untuk bekerja mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan tidak sedikit para ibu yang harus menggantikan peran suaminya sebagai tulang punggung keluarga karena imbas krisis ekonomi yang berujung pada tindakan PHK.

Kondisi ini semakin bertambah parah manakala penguasa di negeri ini seolah menutup mata atas kondisi ekonomi yang semakin sulit yang dialami oleh rakyatnya. Padahal penguasa adalah pihak yang memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kewarasan rakyatnya yakni dengan menjamin terpenuhi segala kebutuhan asasi rakyat sehingga tercipta kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat.

Namun sayang penguasa seolah lupa akan kewajibannya untuk mengurus rakyat. Akibatnya kondisi psikologis Ibu mudah terguncang karena harus menjalankan dua peran sekaligus yakni sebagi ibu dan juga sebagai pencari nafkah. Alhasil ibu yang memiliki gambaran lemah lembut, penuh kasih sayang, pelindung bagi anak-anaknya, bahkan rela mengorbankan apapun demi anak-anaknya, berubah menjadi sosok yang begitu sadis karena banyaknya tekanan dalam kehidupannya yang berujung pada tindakan kekerasan terutama pada pihak yang paling lemah yakni anak-anak.

Hal ini berbanding terbalik dengan sistem Islam. Sebagai sebuah agama yang sempurna Islam memiliki seperangkat aturan yang paripurna untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Didalam Islam negara berperan sebagai perisai rakyat dimana negara akan melindungi rakyat dari segala marabahaya. Negara pun akan berperan sebagai periayah yang memenuhi segala kebutuhan asasi rakyatnya sehingga tercipta kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat.

Negara akan mengelola kekayaan alam yang dimiliki secara mandiri sehingga memiliki sumber pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan asasi rakyat, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Negara pun akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya agar setiap individu masyarakat terutama kepala keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sementara untuk wanita, Islam begitu memuliakan wanita. Islam tidak mewajibkan kepada wanita apalagi seorang ibu untuk mencari nafkah. Segala kebutuhan hidupnya akan dipenuhi oleh suami, wali, maupun negara, sehingga fitrah wanita tetap terjaga yakni sebagai ummun warobatul bait yakni ibu sekaligus pengaturan rumah tangga dan sebagai madrasah pertama dan utama dalam mencetak generasi cemerlang.

Jelaslah bahwa dalam sistem kapitalisme fitrah seorang ibu rentan tergerus. Sudah seharusnya rakyat dinegeri ini mencampakkan sistem kapitalisme dengan segala pemahaman yang merusak dan menerapkan sistem Islam, karena hanya dengan penerapan sistem Islam yang sempurna kesejahteraan rakyat termasuk kesejahteraan para ibu akan terjamin.

Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 51

Comment here