Remaja

Cukup Sekali Jangan Diulangi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Heni Nuraeni (Muslimah Peduli Umat)

wacana-edukasi.com– Pergaulan remaja putra semakin hari semakin menjadi. Awalnya kenalan, menganggap sebagai teman biasa, tetapi lama-lama jadi teman spesial dan akhirnya pacaran. Dilanjut lebih intim lagi, tak jarang malah berakhir dengan penyesalan karena terpedaya bujuk rayu setan.

Ujungnya, hilang kehormatan satu sama lain.
Sungguh miris, banyak yang berprinsip, “Udah tanggung ngegas terus, ya, sekalian aja terjerumus.”

Berkubang dosa, malah ada yang bangga menepuk dada sebagai bagian dari pencapaian dalam bertualang di kehidupan kelam. Bahkan ada karakter remaja yang apabila sudah telanjur salah, tidak mau memperbaiki kesalahannya, malah kabur menjauh.

Bukan karena merasa yang dilakukannya benar, tetapi karena malu atau mungkin takut dimarahi orang tuanya. Tidak berfikir bagaimana caranya memperbaiki kesalahan tersebut, malah berfikir keras bagaimana melangkah lebih jauh dan mencari pembenaran atas apa yang dilakukannya. Ini tipe anak yang sebenarnya tahu bahwa yang dilakukannya itu salah, namun tidak mau disalahkan seutuhnya.

Biasanya karakter remaja seperti ini pandai mencari celah untuk menutupi kesalahannya. Remaja yang pacaran, malah berlindung di balik keumuman orang lain melakukan pacaran. Berani bilang bahwa yang dilakukannya masih mending ketimbang yang dilakukan kebanyakan orang.

Jika pun ditanya, kenapa tidak memperbaiki kesalahan? Orang yang seperti ini biasanya berkelit bahwa tidak ada gunanya memperbaiki, karena sudah telanjur banyak berbuat salah. Akhirnya memilih membenarkan apa yang dilakukannya karena merasa sudah telanjur jauh terjerumus.

Merasa telanjur terjerumus adalah sebagai bentuk protes. Tetapi orang seperti ini lupa, bahwa ketika salah arah namun tetap melawan itu akan terasa makin menyakitkan. Pacaran dan terus pacaran adalah salah jalan. Baik karena merasa nyaman atau karena telanjur terjerumus. Kalau tetap merasa harus terus jalan meski salah arah, hingga yakin ada yang salah dengan cara berpikirmu. Ibarat lagi di perjalanan, pastinya ada marka jalan atau rambu-rambu lalu-lintas.

Sudah tahu ada tanda dilarang parkir, eh malah tetap aja bandel memarkir kendaraan di situ dengan alasan sudah telanjur.
Bisa juga ketika di dalam perjalanan jauh kita membutuhkan peta digital yang dilengkapi GPS di smartphone.Meski peta tersebut tidak sepenuhnya detil, karena mungkin update-nya telat, tetapi sudah cukup menjadi panduan untuk menuntun perjalanan sesuai tujuan.

Lupa dan khilaf itu hal yang paling sering dialami. Namun, orang yang berpikir adalah orang yang belajar dari kesalahan. Jangan sampai diulang atau malah nafsu pengen nerusin kesalahan. Cukup sekali saja, jangan doyan nikmatin maksiat.

Setiap orang bisa berbuat salah. Namun, bukan berarti kemudian telanjur basah ketika berbuat salah, sehingga terus menerus berbuat salah. Sebagai seorang muslim, seharusnya senantiasa berusaha untuk lebih baik.

Ketika khilaf dan melakukan maksiat itu menghampiri, segera bertaubat, tanpa tapi.

Minimal istighfar dan langkah berikutnya berupaya untuk tidak mengulangi dan bahkan akan berusaha menjauhi dan menghindarinya. Kalau bisa, memang cukup sekali berbuat maksiat. Sebab, meski ada pintu taubat, bukan berarti menganggap enteng perbuatan maksiat dengan alasan nanti akan bertaubat setelah maksiat.

Di sini seorang muslim harus berpikir mendalam dan jernih. Harus ada remnya yang bernama takwa. Ketakwaan yang benar dan baik itu lahir dari akidah atau keimanan yang mantap. Ketakwaan atas dasar keimanan atau akidah yang kokoh juga akan melahirkan taat, tawakal, cinta, dan ridha kepada Allah.

Tawakal kepada Allah harus menjadi prinsip hidup. Cinta dan ridha pun senantiasa menyesuaikan dengan aturan yang Allah Swt. tetapkan. Itu artinya, seorang muslim seharusnya tidak berbuat maksiat berulang kali. Orang yang bertakwa bukan berarti tidak pernah berbuat salah. Akan tetapi sebagai manusia bisa berbuat salah. Jika kita melakukan kesalahan harus segera bertaubat dan meninggalkan kesalahannya.

Rasûlullâh Shalllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Lebih keren lagi, kalau sudah taat, tawakal, cinta dan ridha kepada Allah, akan menuntun untuk senantiasa ihsan dalam beramal. Amal terbaik akan senantiasa diupayakan. Kalau sudah begitu, maka bukan tidak mungkin jadi orang yang istiqamah di jalan kebaikan dan dalam kebenaran Islam. Ujungnya, ya mengharap keridhaan Allah untuk mendapatkan surga-Nya kelak dalam amal shalih yang kita semai sambil berharap rahmat dan ampunan dari Allah.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:

“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat [41]: 30)

Jadi, mulai sekarang, kalau ada remaja muslim masih pacaran, segera putusin. Sebelum ajal lebih dulu menjemput. Sebagai remajauslim wajib menyesal atas dosa yang sudah dilakukan. Jangan mengulangi lagi. Jauhi semua potensi yang bakal bikin balik lagi untuk ngelakuin hal nista tersebut. Banyak istighfar, banyak berdoa, dan perbanyak amal salih.

Wallahua’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 53

Comment here