Remaja

Money is Power, Really?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Isma Kim

“Lu punya duit, lu punya kuasa”

Sebuah parodi yang rame di timeline sosmed kita. Akibat viralnya potongan video YouTube Ardan Achsya dengan judul Tentang Manusia dan Akalnya dari Bayem Sore. Banyak yang memparodikannya, meski kalimat lengkapnya menurut netizen sulit dicerna maknanya.

Tapi, eh, tapi! Kalo kita telusuri maknanya lebih jauh, keknya apa yang bilang ada benernya juga, Besti! Sebab, sekarang apa-apa butuh duit. Yang berduit dia yang berkuasa. Yang berduit yang bisa memiliki segalanya, katanya begitu.

Aslinya? Emang, iya. Mau sekolah aja, yang berduit gampang banget masuk sekolah impian. Lulus sekolah, cari kerja? Mudah jika punya duit. Apa-apa aman dan lancar jika punya duit. Kursi kekuasaan bisa dibeli, seperti yang diutarakan Fahri Hamzah yang menyebut bahwa butuh dana jumbo untuk membiayai orang dalam kontestsasi politik.

Jerat hukum pun juga bisa dibeli. Asal punya duit, korupsi dilakoni untuk membisukan para penegak hukum. Bahkan, kalo di tengah-tengah masyarakat sudah bukan rahasia lagi. Pengurusan administrasi negara akan semulus jalan tol jika ada duit. Aneh, bukan?

Tapi itulah realita hidup dalam jerat kapitalisme sekuler. Saat itu juga peran agama terpinggirkan oleh manusia. “Nggak usah bawa-bawa agama” atau “kalo mau bicara agama, di Masjid aja”. Begitulah kira-kira suara nyaring manusia yang sudah terjerat sekuler dalam hidupnya.

Akibatnya, peran agama makin jauh dalam kehidupan. Sehingga muncul ide kapitalisme yang menuhankan materi semata. Kaya jadi ukuran kesuksesan. Tak ayal, makin berlomba-lomba manusia mengejar harta. Tanpa peduli rambu-rambu penting dari yang Maha Kuasa.

Sampai saat ini nih, Bestie uang jadi alat berkuasa. Yang kaya makin berkuasa, yang miskin tak berdaya. Itu tuh jadi penyebab, standarisasi pemuda adalah orang yang sukses dari segi harta.

Mereka lupa akan jati dirinya sebagai penerus peradaban umat. Di tangan merekalah nasib peradaban ini ada. Karena terselimuti oleh kapitalisme sampai lupa akan tugas utama yang sebenarnya.

Bestie, kalo mau dipikir lagi di dunia ini mungkin bisa saja kamu beli segalanya. Tapi, jangan harap dengan surga. Surga tak dapat dibeli meski uangmu bertumpuk-tumpuk. Dosa tak dapat dihapus dengan saldo di rekeningmu.

Semua manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya di dunia ini, Bestie.

Allah Swt. berfirman, “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra’: 36)

Lebih lagi punya harta, akan dimintai pula tanggung jawabnya kelak. Untuk apa kita gunakan di dunia ini, dan bagaimana cara memperolehnya.

Sebagaimana disebutkan dalam Sabda Nabi Saw. “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).

Maybe, saat ini ketika ‘lu punya duit lu punya kuasa’ tapi ingatlah ‘lu punya duit tapi tak ada bekal takwa, lu akan binasa’. Oleh karena itu, berbangga-banggalah manusia berharta untuk berbuat zalim, di yaumil akhir nanti tak akan ada yang bisa lolos dari hisab-Nya.

Wallahua’lam bisshowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 16

Comment here