Opini

Covid Menyapa, Negara Harus Waspada

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Phihaniar Insaniputri

wacana-edukasi.com, OPINI– Covid kembali menyapa Indonesia, walau memang sebenarnya virus ini belum benar-benar pergi dari negara ini. Infeksi ini kembali menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa pekan terakhir menjelang idul fitri. Peningkatan kasus Covid-19 ini kemungkinan besar didominasi oleh varian Arcturus atau Omicron XBB.1.16, seperti apa yang dikatakan oleh Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta, Ngabila Salama. Namun untuk memastikannya lebih lanjut perlu dilakukan surveilan sequencing genome. Saat ini di wilayah DKI Jakarta sendiri telah ditemukan 10 kasus Covid-19 varian Arcturus (Kompas.id). Varian Arcturus ini pertama kali muncul di India pada akhir Januari 2023 dan hingga saat ini telah menyebar ke 31 negara1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di laman resminya pada Jumat 22 April 2023 menyatakan bahwa Covid varian Arcturus telah menjadi variant of interest atau varian dalam pemantauan karena kontribusinya dalam peningkatan kasus infeksi secara global2.

Padahal sejak awal 2023 positivity rate Covid-19 mingguan nasional cenderung terus menurun hingga akhir Februari 20233. Data dari Kementerian Kesehatan per 29 April 2023 menunjukkan bahwa kasus harian bertambah 2.074 orang. Ini merupakan angka tertinggi semenjak sepuluh bulan terakhir. Positivity rate juga meningkat menjadi 14,76%. Kasus meninggal pun mengalami peningkatan sejak awal bulan April dan yang paling signifikan terjadi pada tanggal 28 April 2023 dengan jumlah 37 kematian. Menyusul adanya peningkatan ini pihak Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril selaku juru bicara menghimbau masyarakat untuk kembali waspada akan ancaman penularan Covid. Masyarakat diminta untuk kembali disiplin menerapkan protocol kesehatan dengan memakai masker dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Hal itu disampaikan pemerintah melalui rilis Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, pada Selasa (2/5/2023)

Meskipun demikian, Presiden Joko Widodo menilai bahwa peningkatan kasus infeksi Covid-19 di Indonesia masih terkendali karena jumlah kasus di negeri ini belum melewati batas yang telah ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Indonesia (WHO) yaitu lebih dari 8000 kasus4.Beliau menghimbau agar masyarakat tidak panik namun tetap waspada dan menekankan pentingnya vaksinasi dalam menghadapi tren peningkatan kasus infeksi Covid-19.

Lalu, apakah cukup penanganan kenaikan kasus infeksi hanya dengan himbauan-himbauan dan peringatan kewaspadaan? Perlu diperhatikan bahwa saat ini masyarakat di Indonesia khususnya merasa bahwa Covid-19 bukan lagi menjadi ancaman bagi kesehatan, bahkan bisa jadi ada masyarakat yang merasa bahwa Covid-19 ini sudah menghilang, sehingga mereka mulai beraktivitas seperti biasa tanpa mengindahkan protocol kesehatan. Terlebih masyarakat yang sudah divaksin cenderung merasa lebih aman dari penularan. Saat momen lebaran beberapa waktu lalu juga terlihat betapa banyaknya masyarakat yang abai dengan aturan tidak berkerumun.

Oleh karena itu tidak cukup rasanya jika Pemerintah hanya menyuarakan himbauan-himbauan saja. Perlu penanganan yang lebih real sehingga membuat masyarakat kembali waspada dan juga terlindungi. Bagaimanapun negara harus bertanggung jawab atas keselamatan rakyatnya. Kasus infeksi yang terus naik grafiknya saat ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera membenahi dan mempersiapkan system kesehatan nasional sebagai langkah antisipasi terjadinya lonjakan kasus. Negara tidak boleh menganggap remeh hal ini supaya tidak terulang kembali waktu-waktu kelam pada awal pandemi yang mana banyak nyawa masyarakat yang melayang begitupun para tenaga kesehatan yang berjuang di garda terdepan turut menjadi korban. System kesehatan pada saat itu seperti collapse karena tidak siap dengan terjangan wabah dan banyaknya orang yang terinfeksi.

Pemerintah juga harus sigap dan berani dalam mengambil keputusan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia,varian Arcturus ini memiliki sifat yang lebih mudah menular dan lebih dapat meningkatkan keparahan infeksi. Oleh karena itu langkah utama yang perlu dilakukan oleh Pemerintah, selain himbauan dan peringatan kewaspadaan, adalah dengan membatasi mobilitas masyarakat. Juga menjaga ketat akses perbatasan negara sehingga tidak sembarangan orang bisa masuk dan keluar dari Indonesia sebagai upaya untuk menutup keran penyebaran infeksi. Negara mempunyai kekuatan untuk melakukan hal itu melalui kebijakan dan regulasi. Pertanyaannya, siapkah negara melakukannya? Karena membatasi mobilitas masyarakat dan penutupan akses dari dan keluar negeri pasti akan berdampak besar pada Negara ini, terutama pada bidang ekonomi. Karena akan membatasi pergerakan uang dan disisi lain negara harus mengucurkan dana untuk menjamin kehidupan rakyat selama pembatasan mobilitas. Tapi bukankah memang tugas negara untuk menjamin kehidupan dan keselamatan rakyatnya?

Kapitalisme yang diusung oleh Negara saat ini memang menjadikan kepentingan ekonomi diatas segala-galanya, bahkan nyawa sekalipun. Hal ini membuat negara menjadi abai bahkan terkesan tidak peduli dalam menangani penyebaran infeksi. Himbauan dan peringatan kewaspadaan hanya menjadi lip service untuk menenangkan masyarakat tanpa benar-benar menyentuh solusi yang hakiki. Pada system kapitalis yang berlaku adalah asas manfaat, jika dirasa satu keputusan atau kebijakan itu tidak memberikan manfaat besar maka tidak akan dilirik, apalagi jika dirasa kebijakan tersebut merugikan, maka bisa dipastikan kebijakan itu akan ditinggalkan. Maka karena itu tidak heran jika pemerintah bahkan pemimpin dunia menggunakan konsep herd immunity sebagai solusi menghadapi pandemi yang pada akhirnya malah memfasilitasi mobilitas masyarakat demi menyelamatkan ekonomi negara.

Padahal Pemerintah selaku penguasa di negara ini mempunyai kewajiban untuk menjaga rakyatnya. Islam sebagai system kehidupan melihat rakyat sebagai amanah yang harus dijaga. Rasulullah bersabda : “Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka” (HR. abu Dawud). Islam begitu menghargai nyawa manusia karena nyawa itu adalah anugerah dari Allah yang harus dilindungi dan dijaga. Dari sini dapat terlihat bagaimana system islam akan menangani penyebaran Covid-19. Islam akan mendudukkan keselamatan masyarakat sebagai prioritas utama. Maka negara islam atau khilafah akan berusaha untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan melakukan karantina sesuai dengan sabda Rasulullah, “Jika kamu mendengar wabah disuatu wilayah maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah ditempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mobilitas masyarakat akan dibatasi, karena itulah yang dibutuhkan untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Dan Khilafah tidak akan memusingkan masalah ekonomi karena keuangan negara tidak bergantung kepada negara lain. Khilafah mempunyai banyak pos pendapatan independent yang berasal dari jizyah, ghanimah, fai, kharaj, dan pengelolaan sumber daya alam. Khilafah akan mengulurkan tangan memberi bantuan untuk menjamin kebutuhan dasar dari masyarakat yang berada didaerah karantina agar senantiasa tercukupi. Begitupun dengan system kesehatannya, maka Khilafah akan berusaha memberikan pelayanan dan pengobatan yang terbaik melalui para ahli di bidangnya. Dan pelayanan kesehatan ini dapat diakses dengan mudah bagi seluruh warganya, tanpa terkecuali.Dengan system dan konsep seperti ini negara Khilafah dan rakyatnya akan bisa bertahan dalam menghadapi pandemi. Begitulah cara Islam dalam menghadapi penyebaran infeksi Covid-19 yang menular ini. System yang berasal dari Tuhan Semesta Alam yang Maha Sempurna tidak akan gagal dalam menyelesaikan masalah, jika diterapkan secara kaffah. Wallahua’alam.

Referensi
1. Kumparan.com, 17 April 2023, https://kumparan.com/kumparannews/arcturus-bikin-kasus-covid-19-di-india-naik-30-kali-lipat-kematian-naik-20-kali-20EFjxMsklH/full. Diakses pada 3 Mei 2023.
2. Alam, Sarah Oktaviani, 23 April 2023. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6687127/varian-arcturus-naik-kelas-jadi-variant-of-interest-seberapa-bahaya-kata-who. Diakses pada 3 Mei 2023.
3. Annur, Cindy Mutia. 14 April 2023. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/04/14/kasus-meningkat-positivity-rate-covid-19-ri-naik-lagi-jelang-lebaran. Diakses pada 4 Mei 2023.
4. Pramita, Dini. 14 April 2023. https://katadata.co.id/dinipramita/ekonopedia/643923d7e568b/mengenal-arcturus-varian-baru-covid-19-yang-terdeteksi-di-indonesia. Diakses pada 3 Mei 2023.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 14

Comment here