Bahasa dan SastraCerbung

SIHIR

blank
Bagikan di media sosialmu

By Gayathree

Part 2 

“…Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka…”

Wacana-edukasi.com — Namaku, Mira. Tiba-tiba aku bisa merasakan sesuatu, yang tak bisa aku jelaskan secara detail. Hanya orang-orang yang mengerti saja. Aku terkadang merasakan getaran-getaran aneh di tubuhku jika aku berada di suatu tempat yang aku singgahi. Aku pun bisa merasakan orang yang sakit, bukan sembarang sakit. Itu kurasakan selama dua tahun lebih. Banyak hal yang harus kulalui setelah aku sembuh dari penyakit yang menderaku. Aku pun tak mengerti. Yang jelas aku melaluinya dengan ikhlas.

°°°°°

Setelah aku menampar gadis cantik bernama Indah. Aku terdiam sesaat. Menunggu responnya, apakah dia masih tetap cekikikan.Takutnya, dia balik menyerang. Pikiranku sudah menerawang jauh membayangkan seperti di film-film. Aku harus siaga. Ternyata dia sadar dan melirik ke kiri dan ke kanan.

“Alhamdulilah” Ucapku hampir berbarengan dengan ibunya yang sedari tadi menyaksikan pengobatan anaknya.

Setelah dia sadar, barulah aku bertanya.

“Namanya siapa?”

“Indah” jawabnya singkat.

Bulu kudukku berdiri, kuputar mata ke seluruh penjuru rumah. Kurasakan ada getaran hebat. Tepat saat mataku beradu pandang dengan boneka.

“Bu, bonekanya kalo bisa jangan disimpan di sini!”

“Kenapa Bu?” Ibunya bertanya keheranan.

“Tak apa-apa Bu” kualihkan kembali pandanganku pada gadis cantik di hadapanku.

Kutatap Indah dengan lekatnya. Idungnya mancung, matanya sendu, berkulit putih, dan mempunyai rambut yang panjang sedikit ikal.

‘Anak ini memang cantik.’ gumamku.

“Indah, apakah sudah punya pacar?” tanyaku. Entah mengapa pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulutku.

Akhirnya dia bercerita tentang segala hal. Aku mendengarkan dengan seksama.

“Apakah Indah pernah bermimpi sesuatu?” Lagi-lagi aku bertanya demikian. Tanpa kusengaja.

“Iya Ibu, tapi Indah nggak tahu. Apakah itu mimpi ataukah nyata. Sebab antara sadar dan tak sadar. Indah merasa ada yang mau memeluk, tapi Indah selalu berontak.” Jawabnya lagi, sambil sesekali tangannya memutar-mutar ujung sweater yang dia kenakan.

“Apa lagi yang dirasakan Indah, selama ini?”

“Ketika berjalan itu serasa melayang, pusing juga. Seolah-olah mau jatuh Bu.” Jawabnya dengan suara makin berat.

“Saya sudah bawa dia ke dokter berkali-kali, tapi tak kunjung sembuh. Saya bingung Bu, harus bagaimana lagi?” Ibunya menimpali dengan berderai air mata seolah putus asa.

“Ibu tenang ya, kita berdoa sama Allah semoga Neng Indah sembuh.” Aku berusaha meyakinkan keluarga itu.

Kurang lebih dua jam aku meruqiyahnya dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Tak ada tanda-tanda apapun selain dia tertunduk mendengarkan.

Aku bernapas lega. Ini kali pertamaku meruqiyah orang lain. Biasanya aku hanya meruqiyah diriku sendiri, setelah ada kejadian yang menimpaku dua tahun lalu.

Tak terasa adzan Maghrib berkumandang. Aku pun meminta ijin untuk mengambil air wudlu. Hampir saja jantungku meloncat dari tempatnya. Pas masuk kamar mandi, terasa ada getaran-getaran aneh. Kembali bulu kudukku berdiri. Cepat-cepat aku menyelesaikan wudluku. Aku mellihat kamar mandinya gelap, catnya hitam. ‘Serem banget pikirku.’ Padahal lampu sudah dinyalakan.

Setelah Maghrib, kami pun berbincang. Dengan rasa segan aku memberikan saran kepada keluarga Indah.

“Ibu, tolong cat kamar mandinya diganti sama yang putih. Boneka ini juga jangan disimpan di sini!”

“Baik Bu” jawab ibunya.

Waktu terus bergulir hampir jam 9 malam. Aku segera berpamitan. Namun keluarganya tak tega jika aku harus pulang larut malam sendirian. Mereka pun akhirnya mengantarkan aku sampai rumah. Kakaknya Indah menemaniku, sedangkan sopirnya adalah suaminya.

Kakak Indah bercerita, bahwa dirinya bisa melihat yang aneh-aneh. Tapi sudah biasa. Begitu tuturnya. Aku hanya menyimak dalam diam.

“Bu, kalo saya sudah biasa melihat yang aneh-aneh Bu. Seperti …. “,

“Iya teh, ga usah diteruskan ceritanya” aku menyela.

“Kenapa Bu?” tanyanya keheranan.

“Nggak kenapa-kenapa.” jawabku.

Aku paling tidak suka mendengarkan cerita yang horor-horor. Apalagi nonton filmnya.

“Teteh kenapa nggak di ruqiyah saja? agar Allah menutup penglihatan mata batin Teteh yang bisa menembus batas, sebab sebagai manusia tak semestinya melihat apa yang tak semestinya dilihat. Meskipun mereka melihat manusia.” Aku mencoba bertanya padanya.

Aku masih ingat Firman Allah dalam Al-Qur’an, QS. Al- A’raf: 27, artinya:

“…Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka…”

“Saya sudah biasa Bu. Jadi biasa saja. Paling saya bilang ‘jangan ganggu’, gitu Bu.” Jawabnya lagi.

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala. Tanpa bertanya lagi.

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku angkat pelan-pelan.

“Ibu, aku menemukan keris!”

“Apa?”

Bersambung 😍😍😍

 

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 10

Comment here