Oleh : Ummu Rifazi, M.Si
Wacana-edukasi.com, OPINI– Kasus tawuran di kalangan pemuda meningkat tajam di berbagai daerah Indonesia dan semakin mengkhawatirkan masyarakat. Dalam Focus Group Discussion daring pada Jumat, 20 September 2024 dari Lobi Mapolrestabes Semarang yang dihadiri TNI, Polri, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang hingga para Ketua RT dan RW, terungkap bahwa sejak Januari hingga September 2024 terjadi 21 kasus tawuran di Semarang yang berujung pada penangkapan 117 orang pelaku.
Belum lama ini pun, puluhan anggota kelompok berandalan (gangster) dari lima kejadian yang berbeda diamankan oleh Polrestabes Semarang. Tak sekedar unjuk kekuatan antar kelompok, namun perkelahian ini sudah mengarah kepada kriminalitas dan memakan banyak korban (detik.com, 20-09-2024).
Kasus tawuran lainnya juga terjadi antar geng motor di Cidaun Cianjur, Jawa Barat dan Kecamatan Medan Marelan, Medan-Sumatera Utara. Kegiatan mereka telah meresahkan warga setempat (rri.co.id, 22-09-2024).
Pemuda Krisis Identitas, Generasi Bentukan Sistem Batil
Pada saat mendengar istilah ‘pemuda’, maka yang ada dalam benak kita adalah sosok laki-laki ‘usia remaja menuju dewasa’ sebagaimana yang selama ini diaruskan oleh World Health Organization (WHO) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN).Mereka berada di rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah, yang dikelompokkan menjadi tiga fase usia yaitu : Remaja awal (10-13 tahun), Remaja Pertengahan (14-17 tahun) dan Remaja Akhir (18-24 tahun).
Karakteristik remaja yang diadopsi oleh negara kita adalah menurut teori Elizabeth B. Hurlock yang merupakan seorang psikolog terkenal yang lahir pada tahun 1908 di Amerika Serikat. Diantara beberapa ciri remaja yang dirumuskan oleh Hurlock : usia bermasalah, usia mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistis, masa ambang dewasa (belum matang) (gramedia.com. 2021. Klasifikasi Remaja : Remaja Awal, Pertengahan dan Akhir).
Persis seperti itulah perilaku yang ditunjukkan oleh para remaja atau pemuda kita saat ini. Dari pemikiran yang berasal dari Barat ini, pemuda atau remaja Indonesia diframing menjadi sosok manusia muda yang identik dengan kekacauan, keguncangan dan kenakalan.
Seorang pakar pendidikan dari Universitas King Abdul Aziz, Jeddah menjelaskan bahwa istilah remaja (murohaqoh) yang berasal dari pemikiran Barat tersebut dalam bahasa Arab bermakna : kedunguan, kebodohan, kejahatan,, kezaliman, dan gemar melakukan kesalahan. Beliau menjelaskan hal tersebut pada pasal Syabab Bukan Murohaqoh di tulisannya yang berjudul Tarbiyah Asy Syabab Al Muslim lil Aba’ wad Du’at.
Dalam bukunya tersebut, dengan tegas Beliau mengatakan bahwa sudah waktunya negeri – negeri kaum muslimin meninggalkan teori Barat yang batil tersebut. Dan menurutnya, Nabi kita yang mulia Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam telah memilihkan sebutan terbaik bagi para pemuda yaitu Syabab, yang dalam Bahasa Arab mempunyai akar makna : kekuatan, baru, indah, tumbuh, awal segala sesuatu. Maasyaa Allah, sebuah makna penuh optimisme dan segala hal yang positif.
Secara senada, Dr. Majid ‘Irsan al Kailani, seorang pakar pendidikan dari Yordania, dalam Falsafah At Tarbiyah Al Islamiyah mengatakan bahwa Al Murohaqoh (remaja) bukanlah suatu fenomena yang harus terjadi pada perkembangan usia manusia. Hal ini merupakan penyakit dari berbagai penyakit masyarakat kapitalis.
Jelaslah sudah, bahwa ketika kehidupan ini diatur dengan sistem batil yang berasal dari pemikiran manusia yang serba terbatas hanya akan melahirkan berbagai kekacauan dan kemaksiatan.
Allah ta’alaa telah memperingatkan konsekuensi berhukum pada sistem batil tersebut pada QS Al Maidah ayat 49 “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”.
Pemuda Kuat Nan Gemilang, Lahir dari Sistem Sahih
Sudah waktunya kita mengganti cara pandang kita yang berkiblat kepada Barat nan batil ke sudut pandang yang sahih dan mulia yaitu Islam. Kita adalah umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam yang telah semestinya merujuk segala sesuatunya dari panduan utama muslim yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah ta’alaa telah menjelaskan fase kehidupan manusia dengan sangat jelas dan indah pada QS Ar Rum ayat 54 “ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”
Dari ayat tersebut jelas bahwa fase kehidupan manusia hanya ada tiga : Usia kanak-kanak, Usia muda dan Usia tua. Karakter yang Allah berikan pada usia muda (pemuda) adalah kekuatan di antara dua usia dengan ciri lemah yaitu usia kanak-kanak dan usia dewasa.
Jika mempelajari sejarah dengan benar maka kita akan mendapati bahwa sebagian besar generasi terbaik yaitu para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, ketika memutuskan dirinya mengikuti ajaran mulia Islam adalah di usia muda yaitu 10-17 tahun alias kurang dari 20 tahun.
Sosok pemuda gemilang yang kita kenal dari kelompok usia tersebut antara lain : Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqash, dan Said bin Zaid. Para pemuda yang mulia ini terkenal dengan kecerdasan, prestasi dan kegemilangannya. Dan mereka adalah generasi paling awal masuk Islam (asabiqunal awwalun) yang dijamin masuk Surga oleh Nabi dalam salah satu hadisnya. Maasyaa Allah, allahumma akrimna bil Islam.
Sementara para pemuda kita di usia tersebut dalam cengkeraman sistem batil, mayoritas adalah sosok yang lemah, kacau dan krisis identitas. Kehidupan mereka lekat dengan banyak hal yang penuh kesia-siaan jauh dari produktif bahkan merupakan kemaksiatan semisal tawuran, kecanduan game online, pacaran, menghadiri konser para selebritis barat dan tradisi hedonis lainnya. Na’udzubillahi min dzalik. Subhanallah, jadi masih akankah kita terus mempertahankan sistem batil dan membiarkan kondisi bangsa ini semakin parah terpuruk dalam kerusakan dan kehinaan? Laa hawlaa walaa quwwata illaa billaah.
Views: 0
Comment here