Surat Pembaca

Lonjakan Covid Cukupkah hanya dengan Doa?

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com — Covid terus melonjak, untuk mengatasinya ada himbaun dari Mendes agar mengadakan doa. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama.

Dalam surat resmi tersebut, Halim menghimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka COVID-19 di Indonesia.

“Doa bersama dilakukan bersama keluarga di rumah masing-masing,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/7/2021). Detiknews.

Manusia makhluk lemah seharusnya selalu meminta perlindungan dan kekuatan dengan berdoa dalam setiap kondisi. Apalagi disaat wabah yang semakin meninggi saat ini, sudah selayaknya meminta pada Sang Pencipta agar semua segera teratasi. Namun cukupkah mengatasi wabah hanya dengan doa?

Doa adalah ibadah tertinggi dalam Islam, namun tidak cukup hanya doa yang dilakukan. Harus ada upaya nyata agar covid segera sirna. Doa adalah satu aktivitas dan usaha adalah aktivitas yang lain, doa dan usaha harus beriringan.
Berdoa tanpa upaya adalah mustahil, berusaha tanpa doa adalah kesombongan.

Awal covid masuk ke negeri ini awal tahun 2020 tidak mendapat respon yang cepat, justru banyak pejabat yang membuat lelucon terkait hal tersebut. Kebijakan yang dilakukan terkesan lambat bahkan asal saja, tak menyentuh akar persoalan.

Akibatnya wabah mengalami lonjakan yang mengkhawatirkan. Terdapat penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 34.379 kasus pada laporan harian, Rabu (7/7/2021).

Angka tersebut menjadi rekor baru tambahan harian terbanyak sepanjang pandemi Covid-19 di Indonesia. Dikutip dari Twitter Kementerian Kesehatan RI, dengan tambahan tersebut, total kasus infeksi corona di Indonesia 2.379.397.

Sementara itu, kasus sembuh bertambah 14.835, sehingga totalnya menjadi 1.973.388 kasus.
Adapun kasus kematian harian bertambah 1.040. Angka tambahan kematian tersebut juga mencatatkan rekor tertinggi. Sehingga, total kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 62.908. Tribunnews.

Inilah fakta diterapkannya sistem kapitalisme dengan asasnya sekulerisme, bukan menjadi pelindung justru menjerumuskan rakyat. Mall, tempat wisata, Pilkada dll yang jelas terdapat kerumunan massa dibiarkan. Dari situlah terciptanya kluster baru melonjaknya wabah, kesehatan dan nyawa menjadi tumbal kesalahan kebijakan. Himbauan semua pihak untuk segera lockdown tidak mendapat perhatian, padahal cara inilah yang terbukti efektif mengatasi wabah.

Sejenak kita tengok 13 abaď silam saat lslam menjadi Peradaban dunia, telah terjadi thaun/wabah menular. Maka Rosulullah sebagai kepala negara Madinah bertindak cepat, dengan memisahkan yang sakit dari yang sehat. Dibuatkan hijab tembok agar wabah tidak menular.

Terbukti cara tersebut efektif untuk menekan lonjakan wabah bahkan tidak sampai setahun semua bisa diatasi. Di samping doa memohon kepada Sang Pemberi sehat agar wabah segera tuntas.

Demikian juga Amirul Mu’minin Umar bin Khathab ketika ada wabah di Syam, mengkarantina/lockdown penduduk setempat agar tidak keluar dan masyarakat yang diluar tidak boleh masuk. Saat karantina kewajiban negara mencukupi semua kebutuhan rakyat serta hewan ternak mereka. Umar bin Khathab juga memimpin doa sebagai pertaubatan yang dilakukan manusia hingga menyebabkan Allah menegur dan menguji mereka dengan wabah.

Begitulah Islam sebagai panduan hidup telah terbukti berhasil mengatasi wabah dengan cepat dan efektif. Berdoa dan usaha adalah dua hal yang selalu mengiringi langkah, tidak boleh diambil satu dan ditinggalkan yang lain.

Sistem Kapitalisme terbukti gagal mengatasi wabah bahkan menciptakan masalah baru tanpa ada solusi tuntas. Sudah saatnya menerapkan lslam kaffah sebagai sistem kehidupan. Sistem baik dari Sang Maha Baik tentu membawa  kebaikan bagi seluruh alam.

Umi Hanifah S.Ag (Komunitas Aktif Menulis).

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 4

Comment here