Surat Pembaca

Khilafah, Mimpi Buruk Zionis yang Tak Pernah Mati

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Lely Novitasari (Aktivis Dakwah Generasi Peradaban Islam)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA–“Kami tidak akan pernah menerima Khilafah di Mediterania!” seru Netanyahu, suaranya gemetar penuh ancaman. Bukan hanya Yaman, Lebanon pun ia bidik. Zionis itu bahkan berkoar hendak “mengubah warna Timur Tengah”. Tapi di balik retorika garangnya, ada ketakutan yang tersembunyi, Khilafah. Bukan PBB, bukan Amerika, bukan boikot, tapi sebuah sistem yang pernah membuat dunia gemetar.

Mengapa Khilafah Menjadi Ancaman?

Bayangkan, sebuah institusi yang menyatukan 2 miliar Muslim di bawah satu komando. Pasukannya seperti badai gurun, persenjataannya mengadopsi teknologi Persia-Romawi, dan semangat juangnya: “Hidup Mulia atau Mati Syahid!”. Inilah Khilafah di masa keemasannya.

Sejarah membuktikan, hanya dalam 25 tahun, negeri gurun yang dulu diremehkan itu menjelma menjadi raksasa. Dua adidaya, Persia dan Romawi, tumbang. Pasukan Janissari Utsmani menjadi legenda. Bahkan Baitul Maqdis, yang kini dijajah Zionis selama puluhan tahun, pernah dibebaskan ‘hanya dalam satu malam’ oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Satu komando, satu kesatuan, satu tujuan. Khilafah bukan sekadar mimpi, tapi fakta sejarah.

Zionis vs Khilafah: Perang Narasi dan Propaganda

Netanyahu tahu, Khilafah adalah duri yang tak bisa dicabut dengan bom atau uang. Maka Zionis bermain kotor. Nasionalisme dikobarkan agar umat terpecah. Donasi dan boikot dijadikan obat tidur, seolah itu cukup untuk membebaskan Palestina. Khilafah dihitamkan sebagai “usang”, sementara seruan jihad dikriminalisasi.

Tapi lihatlah! Sultan Abdul Hamid II dulu menolak mentah-mentah tawaran Yahudi: “Palestina adalah tanah wakaf, tak seinci pun akan kuberikan!”. Kini, Zionis gemetar karena Khilafah adalah sistem yang tak bisa mereka korupsi. Dua miliar Muslim bersatu? Itulah mimpi buruk mereka.

Kebangkitan Dimulai dari Pemikiran

Netanyahu belajar dari sejarah. Tapi bagaimana kita? Salahuddin tidak lahir tiba-tiba. Ia dibentuk oleh sistem Khilafah yang melahirkan pemimpin berhati singa. Nabi Muhammad SAW pun memulai dari kelompok kecil, tapi dengan keyakinan sebesar gunung.

Kini, tugas kita jelas: Bangunkan umat dari hipnotis kapitalisme-sekuler. Tak perlu mengemis ke PBB atau Amerika. Allah telah berjanji: “Kemenangan itu datang dari-Nya!”. Tapi syaratnya: kita harus bersatu, bukan dalam nasionalisme sempit, tapi dalam naungan Khilafah.

Saatnya Menjemput Nasrullah

Sejarah telah berbisik, Khilafah bukan nostalgia. Ia adalah senjata pamungkas. Zionis boleh menghujat, tapi mereka tahu, hanya Khilafah yang mampu mengubah peta kekuatan. Maka, seperti Nabi yang tak pernah lelah mendakwahkan Islam, kita pun harus bergerak. Dari pemikiran, lahir keyakinan. Dari keyakinan, lahir perjuangan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 10

Comment here