Oleh: Nuril Ma’rifatur Rohmah (Muslimah Peduli Generasi)
Wacana-edukasi.com, OPINI–Kasus yang menimpa seorang anak balita yang meninggal akibat penyakit cacingan akut kembali meramaikan publik. Di tengah-tengah kemajuan teknologi kesehatan modern dan ramainya kampanye untuk hidup sehat, masih saja ada anak-anak yang harus meninggal dunia karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan pola hidup bersih dan akses kesehatan yang terpenuhi.
Seorang balita berusia 4 tahun bernama Raya, warga Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan. Tubuhnya dipenuhi cacing yang bahkan telah menyebar hingga ke organ vital seperti otak. Saat dirawat di ICU RSUD R. cacing-cacing itu keluar melalui mulut dan hidungnya.
Raya hidup di lingkungan sangat tidak layak bersama kedua orang tuanya yang diduga mengalami gangguan jiwa (ODGJ). Rumah yang menjadi tempat tinggal mereka berbentuk panggung dengan bagian bawah dijadikan kandang ayam, yang diduga menjadi sumber utama infeksi cacing. Selama menjalani perawatan, tim medis berulang kali mengeluarkan cacing dari tubuhnya, termasuk cacing gelang sepanjang 15 cm yang keluar dari hidung, sebagian lagi ditemukan di area kemaluan dan anusnya.
Kini Raya telah tiada. Namun, kisah tragisnya seharusnya menjadi bahan renungan sekaligus momentum bagi para pengambil kebijakan, penyedia layanan kesehatan, maupun masyarakat luas untuk melakukan perubahan nyata agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.
(Tribunnews.com, 21/8/25)
*Rapuhnya Sistem Kesehatan*
Peristiwa ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi cermin betapa rapuhnya sistem kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya pencegahan penyakit menular yang dianggap sepele. Lebih dari itu, masalah kesehatan anak bukanlah persoalan individu semata, melainkan tanggung jawab bersama negara, masyarakat, dan keluarga.
Maka, kejadian ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi sistem kesehatan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan dasar belum diberikan secara layak bagi seluruh rakyat. Khususnya anak-anak yang merupakan kelompok paling rentan. Meskipun pemerintah telah menggulirkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan BPJS Kesehatan, faktanya masih banyak masyarakat kecil yang kesulitan mendapatkan pelayanan yang cepat, murah, dan berkualitas.
Selain itu juga, terlihat bahwa akses pengobatan dan pencegahan penyakit seperti cacingan, masih menjadi masalah serius. Padahal cacingan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan edukasi hidup bersih, pemberian obat cacing secara berkala, serta pemenuhan gizi yang memadai. Namun, lemahnya empati negara menyebabkan penyakit ini menjadi ancaman yang mematikan, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Penyakit cacingan erat kaitannya dengan kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat, serta keterbatasan akses pangan bergizi. Sekaligus berhubungan erat antara ketidakmerataan ekonomi dengan kesehatan. Kasus Raya pun bukan sekadar masalah medis, melainkan juga buah dari kebijakan ekonomi dan sosial yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Jika penyakit cacingan yang tergolong kategori ringan saja bisa merenggut nyawa seorang anak, bagaimana dengan penyakit berat lainnya? Kasus ini menjadi peringatan bahwa sistem kesehatan nasional masih rapuh, dan tidak mampu menjamin kebutuhan kesehatan rakyat.
Gagalnya Sistem Kapitalisme
Dalam Sistem Kapitalisme, layanan kesehatan diposisikan sebagai komoditas yang bisa diperjualbelikan. Rumah sakit, obat-obatan, hingga tenaga medis diarahkan untuk mengejar keuntungan, bukan semata-mata memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat. Akibatnya, hanya mereka yang punya uang, jabatan, dan koneksi yang bisa mengakses layanan kesehatan dengan layak. Sedangkan rakyat kecil menjadi korban yang terabaikan.
Sistem Kapitalisme ini menjadikan negara hanya sebagai regulator, bukan penjamin kebutuhan rakyat. Program kesehatan yang ada sering kali hanya bersifat administratif, tidak menyentuh kebutuhan mendasar. Kasus ini menunjukkan bagaimana rakyat kecil dibiarkan menghadapi masalah kesehatan seorang diri, tanpa ada kepedulian nyata dari negara.
Parahnya lagi, Kapitalisme telah melahirkan kesenjangan sosial ekonomi yang memperburuk keadaan. Kaya semakin kaya, miskin semakin miskin. Alhasil, keluarga miskin bukan hanya sulit mengakses layanan medis, tetapi juga tidak mampu memenuhi standar hidup sehat yang bisa mencegah penyakit.
Kasus Raya juga menjadi bukti bahwa kapitalisme gagal dalam menjamin kebutuhan pokok rakyat. Alih-alih menghadirkan sistem kesehatan yang menyeluruh, justru menjerumuskan masyarakat dalam lingkaran penderitaan, pengobatan mahal, pelayanan yang kurang memadai, sehingga hak rakyat terabaikan.
Selama Sistem Kapitalisme masih diterapkan, tragedi serupa akan terus berulang. Anak-anak dari keluarga miskin akan menjadi korban dan tetap rentan meninggal karena penyakit sepele yang seharusnya bisa dicegah. Sementara itu, mereka yang kaya bisa hidup nyaman dengan layanan kesehatan terbaik.
*Kesehatan dalam Islam*
Kesehatan dalam islam merupakan hak mendasar rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara. Negara tidak boleh melepaskan urusan ini kepada individu, apalagi menjadikannya komoditas yang diperjualbelikan.
Rasulullah saw bersabda :
“Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam sistem Islam, negara tidak membiarkan rakyat kecil mencari jalan sendiri, tetapi aktif memastikan setiap individu mendapat layanan kesehatan gratis dan bermutu.
Dalam sejarah, Khilafah Islam pernah mendirikan banyak rumah sakit megah di Baghdad, Damaskus, hingga Kairo yang memberikan pelayanan gratis tanpa diskriminasi. Semua orang kaya maupun miskin, muslim maupun non muslim, mendapatkan hak sama. Sistem ini berjalan karena pembiayaan negara diambil dari Baitul Mal, bukan dari pungutan atau iuran dari rakyat. Dan di dalam Islam tidak hanya menekankan perkara pengobatan, tetapi juga pencegahan. Negara berkewajiban menyediakan air bersih, dan lingkungan seha. Negara menjamin kecukupan pangan bergizi dan mengedukasi kesehatan kepada masyarakat.
Dengan sistem ini, penyakit ringan seperti cacingan tidak akan menjadi penyebab kematian anak-anak. Islam memandang kesehatan tidak bisa dipisahkan dari aspek kesejahteraan lainnya, seperti pangan, perumahan, dan pendidikan. Negara harus hadir secara komprehensif.
Dengan demikian, kasus seperti Raya tidak akan terjadi karena rakyat mendapatkan jaminan hidup yang layak sejak awal. Islam tidak cukup hanya menekankan tanggung jawab negara, tetapi membangun kepedulian sosial di tengah masyarakat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dengan begitu, kaum Muslim tidak akan membiarkan tetangga atau saudaranya dalam kesulitan. Jika ada anak yang sakit atau keluarga yang kesulitan, masyarakat akan segera menolong, baik dengan harta maupun tenaga. Maka melalui solidaritas sosial ini, mustahil ada anak yang dibiarkan sakit parah tanpa pertolongan. Negara pun menjamin kesehatan rakyat secara gratis, merata, dan bermutu.
Khatimah
Dengan demikian, sudah saatnya umat menyadari bahwa perubahan mendasar hanya bisa diwujudkan dengan kembali pada aturan Islam secara kaffah. Hanya dengan sistem Islamlah hak rakyat akan terpenuhi, dan nyawa anak-anak bangsa terselamatkan.
Wallahu a’lam bishowab
Views: 18
Comment here