Oleh: Nur Octafian NL. S.Tr Gz.
Wacana-edukasi.com, OPINI– Problem hidup yang dihadapi Generasi Z saat ini cukup kompleks mulai dari kemiskinan, biaya pendidikan yang mahal, pengangguran, kriminalitas, miras dan narkoba yang merajalela, pergaulan bebas hingga berujung aborsi, kecanduan judi online dan masih banyak lagi problem hidup yang membelit. Belum lagi isu global yang menghiasi, seperti konflik palestina yang belum berakhir dan penindasan terhadap minoritas muslim.
Perkembangan teknologi yang pesat, standar hidup yang tinggi, tekanan sosial, lingkungan yang merusak, peran keluarga yang hilang membuat beban hidup makin sulit. Kondisi saat ini berbeda dengan dulu, perubahan-perubahan makin masif terjadi dan generasi menanggung beban perubahan tersebut, sehingga tidak jarang kasus bunuh diri menghiasi media.
Seperti diberitakan Kompas.id, 23/10/24), seorang remaja laki-laki melompat dari gedung parkir sepeda motor Metropolitan Mall, Bekasi. Remaja itu mengenakan kemeja lengan panjang dan celana panjang putih, tidak ada identitas diri, satu-satunya petunjuk hanyalah lambang ikat pinggang yang menunjukkan bahwa ia diduga merupakan siswa SMP.
Peristiwa serupa banyak terjadi bukan satu atau dua kali saja, tapi berulang kali dengan motif berbeda-beda dengan rentan usia remaja hingga dewasa.
/ Gen Z dalam Pusaran Permasalahan Global /
Generasi Z lahir di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat. Hal ini membuat mereka pintar dan cepat mengakses berbagai hal. Namun, perkembangan itu juga membuat otak dan mental mereka lebih lambat matang, mudah emosional, sehingga menempatkan mereka dalam kerentanan kesehatan mental yang berujung bunuh diri.
Hal ini adalah permasalahan cabang akibat penerapan sistem hidup yang rusak. Kapitalisme-Demokrasi telah menjauhkan generasi dari perubahan hakiki dengan penerapan Islam Kaffah.
Disamping itu generasi Z saat ini terjebak dengan gaya hidup serba rusak, mulai dari FOMO (Fear of Missing Out), hedonisme, konsumerisme dan semisalnya. Sayangnya, masih ada anggapan bahwa solusi dari problematika umat saat ini yaitu dengan keikutsertaan kaum muslim dalam politik demokrasi, melalui pintu-pintu pemerintahan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah umat.
Kenyataannya umat tetap ditawari solusi untuk kembali pada sistem demokrasi yang manipulatif. Hal ini jelas, sebab musuh Islam tahu kebangkitan Islam sangat dekat manakala sistem kufur demokrasi telah tumbang.
Oleh sebab itu mereka membuat tipu muslihat dengan mengatakan bahwa umat Islam mampu membuat perubahan dengan berpartisipasi dalam sistem demokrasi. Padahal demokrasi merupakan alat penjajahan bagi kaum Muslim, dengan mengkaburkan ajaran Islam yang sesungguhnya, membuat framing orang-orang yang berjuang untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi sebagai radikalisme yang mengancam kedaulatan negeri.
Selain itu menyebarkan ide-ide kebebasan yang telah merusak akidah umat, seperti yang sedang di gaungkan saat ini yaitu pluralisme dimana semua agama di anggap sama, sehingga gambaran toleransi sangat kebablasan. Walhasil demokrasi telah berhasil menjauhkan generasi dari perubahan hakiki yaitu kebangkitan Islam.
/ Perubahan Dalam Islam /
Islam sendiri memandang generasi sebagai salah satu tonggak peradaban yang mampu menjadi agen perubahan, termasuk dalam membangun sistem kehidupan yang shahih, sebab seorang pemuda memiliki semangat yang hebat. Mengingat fisik mereka yang masih kuat.
Dalam sejarah, usia para pemuda Islam yang pertama mendapatkan pembinaan di Daarul Arqam rata-rata sekitar 20 tahunan. Yang paling muda adalah Ali bin Abi Thalib, saat itu usianya masih 8 tahun sebaya dengan Az-Zubair bin Al ‘Awwam. Kemudian ada Ja’far bin Abi Thalib yang saat itu usianya 18 tahun, Usman bin ‘Affan usia 20 tahun dan masih banyak lagi sahabat yang di bina oleh Rosulullah di usia muda.
Oleh karena itu, generasi Z harus sadar atas potensi yang mereka miliki, dan tidak berharap pada sistem kufur yang rusak seperti saat ini. Sudah saatnya generasi melek perubahan. Kaum Muslim butuh jalan baru menuju pada hadirnya peradaban Islam yang gemilang, yang mampu mengentaskan semua permasalahan umat.
Sebuah peradaban yang kokoh, yang hanya aturan Allah menjadi satu-satunya aturan hidup, dimana Al-Qur’an dan Sunnah Nabi menjadi asas dalam segala bidang. Sebab manusia adalah hamba sebagai mana fitrahnya yang membutuhkan Allah, maka sudah selayaknya aturan hidupnya di kembalikan pada aturan yang bersumber dari sang khaliq.
Hanya saja peradaban itu tidak akan tegak manakala sistem Kapitalisme-Demokrasi masih bercokol di negeri-negeri, menjadi aturan hidup.
Peradaban Islam hanya bisa tegak jika umat memiliki sistem politik Islam yaitu Khilafah. Sistem Islam merupakan warisan Rasulullah, sehingga memperjuangkan penegakannya menjadi salah satu keharusan sebagai solusi atas berbagai problem umat.
Inilah wujud level tertinggi dari aktivitas perjuangan generasi Muslim, dimana mereka melek terhadap perubahan, bercita-cita sebagai khairu ummah yang selalu berfikir tentang umat ini. Walhasil harus ada upaya untuk mengerahkan segala energinya untuk mewujudkan perubahan hakiki melalui penegakkan Islam kaffah.
Wallahu a’lam bishowab[]
Views: 13
Comment here