Opini

Sistem Pendidikan Islam Mencetak Generasi Gemilang

Bagikan di media sosialmu

Oleh : Ratih Ramadani, S.P. (Praktisi Pendidikan)

Wacana-edukasi com, OPINI--Perkataan Bung Karno yang paling terkenal tentang pemuda adalah, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,”

Makna dari kalimat ini adalah menekankan kekuatan, potensi, dan kemampuan pemuda untuk mengubah dunia.

Seperti Rangkaian kegiatan Youth Red Cross Competition (YRCC) 2025 yang digelar Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) resmi berakhir, Minggu (5/10/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Kukar, Sunggono, yang turut hadir menutup kegiatan secara resmi, menekankan pentingnya menanamkan nilai kemanusiaan sejak dini di kalangan pelajar. Menurutnya, YRCC bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan sarana pendidikan karakter dan empati bagi generasi muda.

Kegiatan YRCC ini diharapkan mampu meningkatkan softskill di kalangan pelajar. Namun, pada faktanya jika dilihat kondisi dan karakter serta moral remaja saat ini amat jauh dari kata pemuda pemilik perubahan, sebab masih banyak remaja ya g terjerumus dalam kubangan kriminalitas,narkoba, asusila, gaul bebas dan lain sebagainya yang benar-benar menjatuhkan potensi remaja sebagai agen perubahan dunia. Lalu mengapa hal ini masih terjadi?

Akar Masalah

Kehidupan pemuda atau remaja saat ini tidak lepas dari sebuah sistem kehidupan yang mengikat ditambah memiliki kebebasan dalam hal apapun, bahkan kehidupan sehari – hari saja terkadang tidak menaati aturan, baik di sekolah ataupun diluar sekolah, apalagi diatur oleh agamanya sendiri sangat merasa asing. Wajar, jika berbagai macam lembaga berusaha untuk mengembalikan jati diri dan potensi yang dimiliki oleh pelajar sekolah bahkan kaum Pemuda, agar semakin gemilang prestasi yang dimiliki.

Tuntutan dunia pekerjaan juga menjadi masalah didalam dunia remaja atau pemuda saat ini. Tenaga, waktu, harta dan pikiran mereka diperas. Bahkan, remaja sekolah pun ada yang mencari penghasilan sampingan sebagai influencer yang membuat mereka tidak fokus saat disekolah dan mengganggu aktivitas belajarnya.

Ketika menggunakan standar kemanusiaan untuk membuat kurikulum pendidikan dan bukan hukum Syara’ yang menjadi landasan dalam membuat kurikulum maka akan membentuk kepribadian generasi yang jauh kehidupannya dari nilai-nilai islam
Harusnya untuk mengasah softskill atau membentuk karakter pelajar juga didukung dengan kurikulum yang berbasis syariat Islam agar pelajar menyadari bahwasanya kehidupannya tidak terlepas dari pertanggung jawaban, sehingga ketika ia menjalani kehidupan baik di sekolah maupun luar sekolah ia akan mentaati Allah dan Rasul Nya.

Kita tidak bisa berharap pada sistem kapitalisme sekuler saat ini yang memisahkan kehidupan sehari-hari dengan aturan agama. karna justru akan menjauhkan generasi dari nilai-nilai islam.

Adanya kegiatan ekstrakurikuler di luar sekolah atau kebijakan istem pendidikan dalam membentuk karakter menandakan lemahnya sistem pendidikan saat ini yang gagal dalam visi misinya. Penambahan ekskul misalnya PMR, Pramuka, dan sebagainya justru menambah beban pelajar di luar sekolah sehingga mereka pun hanya mengejar dunia jauh dari tsaqofah Islam.

Islam Membentuk Karakter Pemuda

Karakter dalam Islam biasa disebut sebagai kepribadian (syakhshiyah islamiyah). Islam sejatinya memiliki dasar-dasar pembinaan kepribadian (syakhshiyah) anak. Di dalamnya memuat konsep pembinaan pola pikir (aqliyah) islamiah dan pola jiwa (nafsiyah) islamiah pada anak.
Mengarahkan dan membentuk pola pikir anak dilakukan dengan cara menempatkan Islam sebagai pemimpin dalam berpikir dan menentukan standar baik-buruk suatu perbuatan. Adapun membentuk pola jiwa anak dengan pendidikan Islam dimaksudkan agar rasa cinta dan bencinya terhadap segala sesuatu disandarkan pada hukum syariat Islam. Dengan kata lain, anak menerima syariat Allah Swt. dengan kerelaan hati.

Untuk mencapai hal itu, pendidikan Islam akan mengkolaborasikan pemikiran dan perasaan manusia. Islam menuntun manusia untuk menempatkan halal-haram dalam setiap perbuatannya. Keimanan anak harus ditingkatkan dan kedekatannya dengan Allah Swt. (Muraqabatullah) harus dibentuk. Dengan demikian, kepribadian anak akan menjadi baik. Oleh karenanya, pendidikan Islam harus diselenggarakan untuk menguatkan karakter anak.

Islam Menjadikan Generasi Gemilang

Berbagai kasus dan kerusakan moral generasi muda kini terjadi karena jauhnya mereka dari pemahaman agama yang benar. Yang perlu orang tua lakukan adalah lebih menderaskan nilai-nilai kepribadian Islam ke dalam diri mereka, baik di keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan Islam harus diterapkan secara kaffah (menyeluruh), bukan setengah-setengah.

Kerusakan moral yang terjadi saat ini bukan karena ada pelajaran agama (Islam). Akan tetapi, justru karena menerapkan sistem selain Islam, serta meninggalkan Islam dan syariat-Nya. Fakta-fakta dekadensi moral anak didik, mulai dari pergaulan bebas, zina, aborsi, bahkan sampai kasus bunuh diri marak terjadi. Ini karena anak didik kita jauh dari pemahaman Islam yang benar.

Secara sadar atau karena kebodohannya, mereka masuk ke dalam lingkaran setan pergaulan bebas. Mereka tidak mau diatur oleh aturan Islam. Saat masalah datang, mereka lari menuju lingkungan yang rusak. Mereka juga tidak menerima nasihat dari orang-orang saleh dan tidak mau keluar dari kemaksiatan alias bertobat.

Allah Swt. berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum: 41).

Sekularisasi pendidikan dengan minimnya jam pelajaran agama justru memperparah kerusakan moral generasi muda. Jika ingin memperbaiki kondisi pelajar dan kehidupan masyarakat, pelajaran agama seharusnya ditambah waktunya. Dapat disajikan sebagai jam pelajaran khusus, juga dalam berbagai pelajaran lainnya.

Dengan begitu, anak dapat melakukan internalisasi sehingga kebaikan Islam terwujud dalam perilaku mereka.
Pada intinya, syariat Islam harus diterapkan secara kaffah. Dengan demikian, berbagai masalah dapat diselesaikan dan kehidupan masyarakat juga dapat diperbaiki. Inilah sesungguhnya yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab umat Islam. Penerapan syariat Islam secara kaffah harus segera diwujudkan di tengah kehidupan.
Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 208).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Swt. berfirman, menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya, serta membenarkan Rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syariat, melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan sesuai kemampuan mereka.” (Tafsir Ibn Katsir, 1/335). Wallahualam Bisshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here