Surat Pembaca

Fantasi Sedarah, Runtuhnya Sistem Keluarga dalam Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis : Maya (Aktivis Dakwah)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Masyarakat dibuat gempar dengan keberadaan sebuah grup di platform media sosial Facebook. Secara eksplisit, nama grup tersebut “Fantasi Sedarah”. Total pengikutnya 40 ribuan. Isinya sungguh sangat tidak bermoral, diluar akal manusia. Anak-anak dijadikan sebagai objek fantasi seksual dan menormalisasi hubungan sedarah (inses). Sangat mengerikan berita terkait fenomena inses di platform media sosial Facebook yang sempat viral tengah masyarakat. Sangat miris, jauh dari klaim sebagai negara religius.

Hal ini menunjukkan indikator adanya pengabaian terhadap aturan agama maupun masyarakat. Kebebasan masyarakat hidup tanpa aturan hanya demi kepuasan individu, atau bahkan laksana binatang. Rusaknya tatanan keluarga dalam masyarakat. Bahkan sistem keluarga muslim runtuh seiring banyaknya informasi tanpa filter aturan agama.

Meskipun akun “Fantasi Sedarah” telah dihapus oleh pihak Meta, menurut Direktur Siber Polda Metro Jaya, Kombes Pol Roberto Pasaribu, karena melanggar ketentuan platform. Keberadaannya yang sempat viral akan sangat berdampak serius bagi masyarakat jika tidak ditangani dengan serius.

Hal ini akan menambah rentetan panjang kasus kekerasan pada anak dan perempuan, di mana pelakunya merupakan keluarga dekat dari si korban. Seperti kasus-kasus sebelumnya: ibu dengan anaknya, anak dengan bapaknya, kakak dan adiknya silih berganti dari waktu ke waktu tanpa penanganan serius dari pemerintah. Hukum yang dijalani pelaku terkesan ringan dan tidak ada efek jera bagi masyarakat yang melihat.

Ini salah satu buah dari penerapan sistem sekuler kapitalisme, yang sejatinya rusak sejak lahir. Menghilangkan aturan agama berarti melegalkan hawa nafsu berkuasa atas akal manusia. Hingga sangat mungkin berita serupa akan terulang lagi, dan mungkin semakin tak terkendali.

Jika kita mengambil pelajaran dari ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS. Ar-Rum: 41)

Sejatinya manusia merupakan makhluk yang lemah dan menyesatkan, butuh dengan adanya aturan dari Yang Maha Sempurna. Manusia juga makhluk yang rusak dan merusak, hingga butuh adanya pembatasan atas pemenuhan naluri manusia melalui aturan agama.

Bagaimana kehidupan generasi saat ini yang berkiblat pada negeri Barat yang menganut sistem kapitalisme. Kapitalisme merupakan ideologi yang berlandaskan pada pemisahan agama dari kehidupan. Bahkan, hidup dalam sistem kapitalisme dengan liberalisasinya akan menjadikan rusaknya sendi-sendi kemuliaan manusia.

Negara justru yang berperan besar meruntuhkan dan merusak keluarga melalui sistem kapitalisme. Dalam ayat ini, Allah juga memberikan petunjuk ajakan khususnya umat Islam “…untuk kembali ke jalan yang benar…” yaitu aturan agama. Pedoman kita umat Islam adalah Al-Qur’an, dengan aturan yang sempurna yang bersumber dari Al-Khaliq dan Al-Mudabbir.

Tidak ada jalan lain yang shahih kecuali Islam. Islam mengatur semua urusan manusia tak terkecuali, selama berada dalam sistem Islam. Tidak hanya umat Islam, nonmuslim pun sejahtera dalam sistem Islam. Hingga menjadikan rakyatnya dengan senang hati sebagai pelaksana hukum syara’. Beda halnya jika berkaitan dengan akidah, akan diserahkan pada masing-masing individu.

Di dalam sistem Islam wajib bagi negara untuk meriayah rakyatnya dalam semua aspek. Negara juga wajib menjaga keutuhan keluarga dan norma-norma keluarga dalam sistem sosial sesuai dengan ajaran Islam.

Islam sangat menjaga rakyatnya dalam berperilaku. Jauh sebelum berita ini viral, Islam sudah menetapkan hubungan inses sebagai salah satu keharaman yang wajib dijauhi. Negara tidak hanya mengharamkan tapi juga menyiapkan berbagai langkah pencegahan. Salah satunya, Islam telah mengatur batasan-batasan dalam pergaulan, termasuk membangun kekuatan iman dan takwa masing-masing individu rakyatnya, dan menutup semua celah terjadinya keburukan ini.

Adanya amar makruf nahi munkar diwajibkan bagi umat Islam, menjadi lapisan kedua dalam menjaga kemuliaan manusia.

Tidak hanya dalam diri setiap rakyatnya, sistem sanksi dalam Islam yang tegas akan membuat efek jera bagi pelakunya dan yang lain. Sanksi tidak hanya dirasakan di dunia, di akhirat menjadi penebus bagi pelakunya. Kesucian keluarga akan senantiasa terjaga jika sistem Islam diterapkan.

Peran media juga diperhitungkan oleh negara sebagai penyampai informasi kepada rakyat. Negara akan mengatur tayangan apa saja yang boleh dan yang tidak boleh disiarkan media, serta memberi sanksi tegas yang melanggar hal itu.

Begitulah negara dengan penerapan sistem Islam akan melarang dan memberantas bibit-bibit perilaku buruk agar umat jauh dari pelanggaran hukum syara’. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here