Surat Pembaca

Tawuran Marak, Bukti Sekularisme Rusak

blank
Bagikan di media sosialmu

Tawuran dapat terjadi karena banyak faktor, seperti kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak, kurangnya peran sekolah dalam memahamkan siswanya untuk saling menghargai dan menyayangi sesama, serta kurangnya peran negara dalam menjatuhkan sanksi kepada pelaku tawuran, sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelaku.

Oleh: Hestiya Latifah (Mahasiswi, Aktivis Dakwah)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Dikutip dari Beritasatu.com, 23/7/2023. Sebanyak 20 anak Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bogor terlibat tawuran yang berlokasi di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat dan sudah diamankan polisi berikut para orang tua dari 15 anak yang dipanggil oleh pihak kepolisian.

Isak tangis para pelajar di Balaraja, Kabupaten Tangerang pun pecah saat dipertemukan dengan orang tua mereka di Polresta Tangerang. Di mana para pelajar tersebut telah membuat rencana untuk melakukan tawuran antar sekolah.

Kepala Bagian Operasi (Kabag OPS) Polresta Tangerang, Kompol Kosasih menjelaskan bahwa para pelajar tersebut terpantau patroli siber tengah melakukan perjanjian antar siswa di media sosial. Tim patroli bergegas mencegah rencana tersebut hingga akhirnya aksi tawuran dapat dihindari. Sambil terisak, mereka meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan serupa. Bahkan tak sedikit orang tua yang terkejut mengetahui anak mereka terlibat dalam rencana tawuran tersebut.

Sekularisme Buah Kerusakan

Tawuran antar sekolah yang baru saja memasuki tahun ajaran baru, menjadi momen paling miris. Mengapa ini bisa terjadi?

Sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan adalah faktor utama permasalahan pelajar. Para pelajar tidak mampu memecahkan masalah pribadinya. Mereka malah membuat permasalahan baru yang dipicu rasa ingin diakui dan terlihat keren. Tak jarang mereka melakukan hal yang melampaui batas, bahkan di luar kontrolnya, seperti tawuran yang melanggar syariat.

Tawuran dapat terjadi karena banyak faktor, seperti kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak, kurangnya peran sekolah dalam memahamkan siswanya untuk saling menghargai dan menyayangi sesama, serta kurangnya peran negara dalam menjatuhkan sanksi kepada pelaku tawuran, sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelaku.

Inilah realitas pelajar saat ini, kurang pembinaan. Gaya hidup bebas telah menjadi asas kehidupannya. Kebebasan berperilaku diagungkan, tidak peduli terhadap halal haram. Standar kebahagiaan mereka adalah kesenangan yang dicapai untuk memuaskan hawa nafsu saja. Kehidupan ini hanyalah untuk berpuas diri.

Akhirnya, hedonisme menjadi budaya, perilaku maksiat seperti, tawuran, seks bebas, minum-minuman, narkoba, dan lain-lain, menjadi hal biasa. Padahal sejatinya perilaku ini akan membawa pelajar kepada kerusakan kepribadian dan menjauhkan mereka dari Islam. Miris, namun inilah faktanya.

Sekularisme-liberalisme membawa arus buruk, menjadikan generasi hilang akal, nafsu bejat, kehidupan sengsara, sehingga tidak tahu lagi tujuan hidupnya.

Islam Membawa Hidup Tenteram

Dalam Islam, mengetahui tujuan hidup adalah hal utama, agar tidak mudah terbawa arus liberalisme. Pelajar/remaja dalam Islam yaitu orang yang sudah aqil balig (mukalaf), artinya ia mempunyai tanggung jawab dan kewajiban mengikuti syariat Allah. Belajar adalah salah satu bentuk tanggung jawab, kewajiban, dan hak pada diri seorang pelajar. Oleh karenanya, hal ini harus dipenuhi oleh negara kepada seluruh umat, terutama para pelajar. Tujuan terselenggaranya pendidikan agar umat terdidik, mengetahui tujuan hidup,mampu menjadi muslim taat, dan mempunyai kepribadian Islam. Ini merupakan kewajiban negara sebagai bagian dalam pengurusan umat.

Sudah saatnya umat kembali kepada Islam. Islam akan mendidik umat melalui pemikiran dengan menggali dan mengkaji ilmu Islam. Kurikulum pendidikan akan dibuat berkelindan dengan syariat. Tidak kalah penting, adanya pengawasan negara (daulah) secara keseluruhan hingga memberi sanksi bagi orang-orang yang tidak taat.

Sebab taat membawa kepada kehidupan yang tenang, tenteram, dan damai. Sedangkan maksiat atau melanggar syariat akan membawa kepada kerusakan. Allah telah memerintahkan setiap muslim untuk taat, jangan menjadi orang-orang yang fasik dan juga jangan menjadi musuh Allah. Allah Swt. berfirman,

مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

“Siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah: 98)

Wallahu’alam bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 1

Comment here