Syiar IslamTsaqofah Islam

Penyembuhan dengan Kekuatan Pikiran dan Keimanan

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Wacana-edukasi.com — Kekuatan pikiran menempati posisi penting sebagai pemicu kesehatan tubuh atau proses penyembuhan penyakit. Sekilas memang tidak memiliki koneksi namun ternyata keduanya saling berhubungan erat. Ini merupakan pendapat medis modern setelah melakukan berbagai riset.

Pendapat ini bertentangan dengan medis kuno. Medis kuno menganut paham yang dibawa oleh filsuf Prancis Rene Descartes yang menganggap bahwa pikiran dengan tubuh manusia itu berdiri secara independen. Artinya tak ada hubungan antara pikiran dengan tubuh manusia.

Sugesti

Salah satu eksperimen yang membuktikan sejauh mana keterkaitan antara kekuatan pikiran dengan proses penyembuhan penyakit. Pada akhir tahun 1990-an terdapat lonjakan permintaan hormon untuk penyembuhan autis yang bernama secretin. Padahal belum teruji secara klinis. Dilakukanlah percobaan oleh dokter spesialis pediatri bernama Ardian Sandler dengan membagi dua kelompok secara acak tanpa sepengetahuan pasien. Kelompok pertama disuntik secretin, sedangkan kelompok kedua disuntik cairan garam atau saline.

Hasilnya cukup mengejutkan karena ternyata tak ada perbedaan yang cukup signifikan di antara dua kelompok tersebut. Bahkan, dalam beberapa waktu kondisi antara dua kelompok tersebut meningkat lebih baik.

Ternyata otak memiliki kandungan molekul endorfin yang bisa memproduksi obatnya sendiri. Yang patut digaris bawahi adalah kekuatan pikiran bisa membantu proses penyembuhan penyakit namun tidak bisa merubah kondisi fisik. Ibaratnya kekuatan pikiran itu sebagai obat pereda nyeri. Tentu hal ini menularkan efek positif pada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Nyatanya, ribuan tahun yang lalu telah ada seorang ahli kedokteran Islam bernama Ibnu Sina atau Avicena yang membuktikan adanya koneksi kekuatan pikiran dengan tubuh. Ibnu Sina senantiasa berpesan kepada muridnya : “Jangan pernah katakan pada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat diobati. Sesungguhnya sugesti kalian merupakan obat bagi penyakit.”

Lingkungan

Lingkungan juga berperan terhadap pembentukan sugesti yang akan berdampak pada proses penyembuhan penyakit. Lingkungan yang baik akan membentuk sugesti yang positif dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Sebaliknya, lingkungan yang buruk akan membentuk sugesti buruk dan dapat berdampak pada sulitnya proses penyembuhan penyakit.

Pada penjelasan ustadz Pediyanto dalam bedah buku “Cure” karya Jo Marchant diceritakan pada 23 Mei 2012 di sebuah sekolah Afghanistan bernama Bibi Hajerah terjadi serangan gas beracun yang diklaim dari Taliban. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bernapas. Kurang lebih 100 murid dan guru dilarikan ke rumah sakit.

Anehnya, setelah para korban dilakukan serangkaian tes darah, urin, dan air ternyata tak ditemukan adanya senyawa gas beracun. Disimpulkan penyebab dari itu semua adalah penyakit psikogenik massal yang dipicu dari lingkungan yang sering mendapat teror dari Taliban.

Sejak tahun 2008, 1.600 orang dari 22 sekolah di Afghanistan mendapatkan teror serangan gas beracun. Kejadian sadis itulah yang mendorong pikiran merespon negatif. Pikiran negatif mengirimkan sinyal ke tubuh dan diberikan respon buruk. Dalam kasus tersebut respon buruk dari tubuh adalah dengan mengalami kesulitan bernapas.

Sebagai orang yang beriman, efek buruk lingkungan ini semestinya tidak direspon spontan. Sebaliknya, kita yakinkan pada diri bahwa semua akan baik-baik saja. Yang terpenting yakni dengan senatiasa menghadirkan Allah dalam kehidupan. Meyakinkan diri bahwa Allah lah sebaik-baik pelindung dan penolong.

Benarkah Lelah?

Seringkali lelah melanda setelah melakukan berbagai aktivitas yang menguras energi. Munculnya rasa lelah menurut teori karena berkurangnya oksigen dalam darah sehingga otot lelah dan tidak bisa melakukan aktivitas.

Namun, setelah dilakukan penelitian ternyata penyebab timbulnya rasa lelah karena ada bagian otak yang bernama central governor yang memberikan sinyal tubuh untuk berhenti melakukan aktivitas.

Self talk dan teknik visualisasi disinyalir mampu menumbuhkan semangat di kala rasa lelah mulai melanda. Teknik visualisasi ini disesuaikan juga dengan kemampuan tubuh. Jika dikira mampu maka akan menjadi pelecut diri untuk menggapainya. Sebaliknya, jika terlalu sempurna dalam memvisualisasikan maka akan menimbulkan kekecewaan dan down yang mendalam.

Yang benar adalah semampumu. Sebagaimana penjelasan dari Syeikh Abdul Al Azzam bahwa maksud semampumu adalah berusaha semaksimal mungkin sampai Allah menghentikannya.

Keimanan

Menarik di bagian akhir dari bedah buku “Cure” yakni adanya andil spiritual dalam proses penyembuhan penyakit. Terdapat riset yang membuktikan bahwa ternyata penderita migrain memiliki ketahanan sakit setelah melakukan meditasi spiritual.

Dalam Islam meditasi spiritual ini diwujudkan dengan melakukan taqorrub illallah. Mendekatkan diri kepada Allah berharap Allah memberikan pertolongan dan kesembuhan terhadap sakit yang tengah diderita.

“Ya Allah Rabb manusia, hilangkan lah kesusahan dan berilah dia kesembuhan. Engkau Zat yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu. kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Wallahu a’lam bishshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 221

Comment here