Opini

Pemuda Hilang Arah Tanpa Islam Kaffah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Karisah

(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Pemuda adalah harapan bangsa, pemuda juga tumpuan bangsa, serta menjadi tonggak kehidupan masa depan. Seringkali kita mendengar kalimat di atas yang menjelaskan peran pemuda menjadi harapan sebuah bangsa. Menjadi doa dan penyemangat dalam mengarungi kehidupan ini.

Di balik negeri yang kuat, ada peran pemuda di dalamnya yang semangat, kuat dan tangguh dalam bersikap. Memiliki rasa berani menjunjung tinggi harkat martabat jiwa bangsa, negara dan agamanya.

Mengutip ucapan Presiden pertama Indonesia, Bapak Ir. Sukarno, “Kau beri seribu orang tua niscaya akan terangkat nya gunung Semeru,
dan kau beri satu pemuda niscaya akan tergoncang lah dunia.” Masyaa Allah begitu besarnya peran dan kekuatan pemuda dalam membangun peradaban dan berbangsa.

Baru ini acara RATU (Risalah Akhir Tahun) digelar, sosok Ustadzah Ratu Erna Rahmayanti, seorang aktivis dakwah yang menyampaikan pendapatnya dalam acara yang dihadiri oleh beberapa pakar pendidikan, dan para tokoh lainnya, beliau menyampaikan tentang generasi pemuda, “Generasi adalah kekuatan, delapan puluh persen adalah detak jantung peradaban. Jangan tinggalkan mereka dalam kondisi lemah”.

Allah Ta’ala berfirman dalam Qs. An Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

Begitulah cara pandang dalam Islam yang mengajarkan umat Islam untuk mempersiapkan generasi pemuda yang kuat dan tangguh.

Namun dibalik harapan dan angan-angan terhadap peran pemuda, realita yang terjadi saat ini generasi pemuda begitu mudah rapuh, mudah terkena mental illness, mudah tersulut hawa nafsu, minim moral, hedonis, dan cenderung menyukai hal yang receh.

Seperti yang belum lama ini terjadi di tahun 2022 lalu, perkumpulan para pemuda citayem fashion week. Menggambarkan pemuda yang krisis identitas. Disayangkan institusi yang berwenang menutup mata, kurang merangkul dan memberikan apa yang seharusnya mereka dapatkan, seperti pendidikan layak dan terjangkau, ruang berkreasi yang tetap pada jalur edukasi kebaikan.

Di sisi lain maraknya aksi tawuran antar pelajar masih terjadi. Kaum LGBT yang semakin berani mengekspos diri demi eksistensi ingin diakui. Bagaimana masa depan generasi?

Mirisnya, peran negara kurang memberikan perhatian khusus terhadap kondisi rapuhnya generasi hari ini. Dalam aspek pendidikan generasi diajarkan keterampilan namun minim pendidikan agama. Pendidikan ini menghasilkan generasi yang hanya memandang materi.

Tak dimungkiri pendidikan ini dipengaruhi oleh sistem yang tak memakai aturan agama dalam aspek politik dan aspek lainnya. Inilah yang disebut sebagai sekularisme.

Kehidupan yang memakai sistem sekuler, memberikan solusi problematika hanya berdasarkan pengetahuan manusia. Padahal pengetahuan manusia sangat terbatas. Tanpa sadar, generasi pemuda hari ini hanya jadi objek trial dan error. Menyelesaikan masalah dengan masalah lain.

Pendidikan ala sekular membuat generasi minim moral, mudah rapuh dan hanya berorientasi pada materi. Apakah ini generasi yang kelak ke depan mampu memperbaiki dan memajukan peradaban bangsa?

Selayaknya pemuda hari ini mendapatkan pendidikan agama yang menjadikan generasi pemuda memiliki aqidah/keyakinan kuat, tak mudah rapuh terkena mental illness, memiliki adab dan moral yang baik, menempatkan ilmu dan keterampilan sebagai alat memajukan bangsa. Fasilitas pendidikan pun seharusnya mudah terjangkau untuk seluruh generasi pemuda di berbagai pelosok negeri.

Islam hadir sebagai solusi yang menawarkan sebuah sistem yang pernah dicontohkan manusia terbaik, pemimpin terbaik, akhlaknya terbaik, memimpin sebuah peradaban, yaitu Rasulullah Saw.

Termasuk diantaranya dalam aspek pendidikan, Islam memberikan solusi, pendidikan diberikan secara gratis bagi seluruh warga tanpa terkecuali. Generasi Islam khususnya diajarkan agar menjadi pemuda yang taat pada Rabb Nya. Menjadi pemuda yang takut kepada Allah Swt., serta mencintai dan meneladani Rasulullah Saw. dalam seluruh aspek kehidupan.

Dengan kehidupan berlandaskan Islam, negara berperan penuh meriayah setiap warganya dengan aturan yang bersumber dari Maha Pencipta Kehidupan. Sebab Islam bukan sekedar agama ritual. Dalam kitab Nizhomul Islam karya Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani, menjelaskan Islam pernah diterapkan dalam sebuah negara. Mengatur bidang sosial, bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang politik dalam dan luar negeri, juga dalam seluruh aspek pemerintahan.

Peran Umat Dalam Berbagai Lingkup

Sebagai individu muslim, diwajibkan seorang muslim disebutkan dalam hadist : “Menuntut ilmu itu wajib bagi kaum muslim.” Dengan mencari ilmu dunia dan akhirat, diharapkan individu muslim punya aqidah yang kuat, ilmu yang tinggi, hingga bisa memaksimalkan perannya dalam membangun bangsa dan peradaban.

Lingkup keluarga, menjadi pendidik pertama generasi di rumah. Dididik dengan aqidah agar menjadi insan yang mulia. Peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter generasi agar kuat dan berakhlakul karimah. Kerjasama antara peran ayah yang mencari nafkah keluarganya dengan harta/ penghasilan yang halalan dan toyyiban juga peran ibu mendidik dan mengurus anak dan rumahnya.

Sebagaimana dalam Qs. At Tahrim: 6,
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat- malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Lingkup masyarakat saling amar ma’ruf nahi mungkar agar tersuasanakan kondisi yang aman.

Lingkup negara dengan institusinya memberikan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan dan merata ke berbagai pelosok daerah.

Tentu hal ini mampu terwujud jika Islam yang menjadi aturan kehidupan dan bernegara. Harapan menjadikan generasi pemuda agar tangguh dan memiliki semangat berjuang membangun peradaban mulia dan bangsanya bisa tercapai.

Wallahu a’ lam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 64

Comment here