Syiar IslamTabligul Islam

Mikir Dulu, Bertindak Kemudian

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ikhtiyatoh, S.Sos. (Pejuang Pena)

Wacana-edukasi.com — Jika kita memperhatikan peristiwa yang terjadi pada kehidupan kita, akan kita temui peristiwa yang berada di luar kuasa kita dan peristiwa yang berada dalam kuasa kita. Peristiwa yang berada di luar kuasa kita yaitu peristiwa dimana kita tidak ada andil/peran di dalamnya. Seperti hari kelahiran, warna kulit, warna mata, bentuk rambut atau hidung pesek. Dalam wilayah ini, kita tidak ada kebebasan memilih untuk menjadi seperti apa. Wilayah inilah yang disebut qada (keputusan) Allah Swt. Terjadinya kecelakaan ataupun musibah juga termasuk qada Allah Swt.

Sementara peristiwa yang berada dalam kuasa kita yaitu peristiwa dimana kita ada peran di dalamnya. Kita memiliki kebebasan menentukan pilihan untuk melakukan sesuatu ataukah tidak melakukan sesuatu. Dengan kata lain, kita memiliki kekuasaan dalam bersikap dan bertindak. Dalam wilayah ini, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihanya di kemudian hari.

Namun tak jarang, manusia terbalik dalam bertindak merespon kedua wilayah ini. Sebagian manusia ribut memikirkan hari lahir anaknya biar cocok dengan tanggal cantik. Kelahiran yang harusnya bisa normal dipaksa caecar demi memenuhi tanggal cantiknya. Idung pesek dimancungin, rambut kribo dilurusin, rambut lurus dikriboin, kulit hitam diputihin, kulit putih dihitamin, kulit zebra dimulusin, kulit mulus ditatoin, warna mata pun ikut ditatoin.

Manusia mengerahkan tenaga, pikiran, uang, waktu untuk memusingkan sesuatu yang tidak seharusnya dipusingin. Dalam keadaan seperti ini, seorang muslim seharusnya tidak perlu repot memikirkannya karena Allah tidak akan meminta pertanggung jawaban kelak. Sebaliknya, pada wilayah yang kita kuasai, sebagian manusia bersikap masa bodoh, apatis, pasrah, menyerah hingga bunuh diri.

Berkesempatan masuk kelas One Week One Book bersama ustadz Yudha Pedyanto, membedah buku “The Subtle Art Of Not Giving A Fuck” karangan Mark Manson. Mark menjelaskan bagaimana seharusnya kita merespon terhadap kejadian/peristiwa dalam wilayah yang kita kuasai. Kita memilih menjadi Reactive ataukah menjadi Proactive. Perbedaan keduanya terletak pada apakah seseorang melakukan respon langsung atas kejadian yang terjadi. Ataukah memiliki jeda untuk berpikir kemudian bertindak.

Misalkan, ada seseorang sedang berjalan kemudian buah manga mengenai kepalanya. Sementara disampingnya nampak seorang memegang sekeranjang mangga. Bagaimana respon orang tersebut? Apakah langsung mengambil mangga, kemudian melemparkannya ke kepala orang yang diduga pelempar mangga? Yaitu orang yang memegang keranjang. Atau langsung marah-marah, memaki-maki orang yang memegang sekeranjang mangga. Atau diam sejenak, melihat kanan-kiri, melihat ke atas, mungkin ada orang yang sedang memetik mangga di atas kepala.

Menjadi Reactive atau Proactive disini yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. Menjadi Proactive berarti bertindak dengan melihat fakta untuk kemudian dilakukan proses berfikir. Proses berfikir ini pun sesuai dengan apa yang dipahami. Seberapa jeli seseorang melihat fakta, seberapa banyak pemahaman yang ia miliki. Kemudian mengaitkan fakta dengan pemahaman yang dimiliki melahirkan sebuah tindakan.

Seorang muslim seharusnya senantiasa menyadari dalam setiap aktifitasnya ada yang memantau. Baik malaikat Raqib/Atid maupun Zat Yang Maha Melihat, Allah Swt. Ada pula imbalan berupa pahala atau dosa. Sehingga wajib bagi seorang muslim mengikatkan diri terhadap hukum syara’ dalam setiap perbuatannya. Ketepatan melihat fakta kemudian dikaitkan dengan pemahaman yang sohih (tsaqofah Islam) menjadi penting bagi seorang muslim. Di sinilah utamanya menuntut ilmu, demi memiliki traqofah Islam yang cukup.

Wallahu ‘alam bish showab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here