Opini

Mewujudkan Zero Stunting dengan Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Stunting tidak boleh dianggap remeh. Karena di masa depan generasi muda lah yang akan memimpin dan mengelola bangsa ini. Generasi muda harus dan bisa diupayakan agar terlahir prima. Sehat jasmaninya juga kemampuan berpikirnya tidak terganggu.

Oleh : Tita Rahayu

wacana-edukasi.com, OPINI– Kelurahan Panjunan Bandung berhasil keluar dari zona terbanyak kasus stunting. Lurah Panjunan Iya Sunarya membagikan tips menurunkan angka stunting di wilayahnya dengan program Sigahdisiting (sinergitas pencegahan deteksi dini stunting). Ia bersama tim bergerak memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat khususnya kepada calon pengantin, ibu hamil dan yang memiliki balita. Ia terus mengedukasi warganya agar berperilaku hidup sehat dan makan makanan bergizi agar pertumbuhan anak normal. Angka stunting kini hanya 2,6 % dari awalnya 39,9% (25/07/2023 jabar.tribunnews.com)

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak (kemenkes.go.id)

Tidak Cukup Edukasi

Masalah stunting sangat erat kaitanya dengan pola makan masyarakat. Masyarakat ada yang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan makannya. Namun pola makannya belum tentu merupakan pola makan yang bergizi. Kehidupan saat ini, masyarakat disajikan beragam jenis makanan yang hanya memanjakan lidah, namun minim kandungan gizi. Pada masyarakat golongan ini, diperlukan edukasi untuk menerapkan pola makan sehat dan bergizi terutama pada ibu hamil dan menyusui. Kesehatan bayinya sangat tergantung dari apa yang dikonsumsi ibunya.

Angka prevalensi stunting mengalami penurunan di Bandung maupun Jawa Barat dengan beragam upaya yang telah dilakukan. Dari 31,5 persen pada 2018, angka stunting Jabar pada tahun 2022 berada di angka 24,5 persen (republika.co.id 11/03/2022)

Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pengentasan stunting diantaranya mengedukasi masyarakat dengan pola makan yang bergizi. Sayangnya, kasus stunting ini akan terus ada jika upaya yang dilakukan sebatas edukasi. Sebagian masyarakat ada yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok makan. Golongan masyarakat ini tidaklah cukup dengan edukasi untuk menerapkan pola makan yang bergizi. Makanan bergizi masih sulit dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah. Mengkonsumsi protein hewani menjadi hal yang mewah bagi mereka. Mereka membutuhkan akses yang lebar untuk menjangkau makanan bergizi. Perlu adanya distribusi kekayaan di masyarakat agar golongan masyarakat tidak mampu bisa tetap mengakses makanan bergizi. Perlu adanya distribusi kekayaan dari golongan kaya ke golongan masyarakat tidak mampu, agar masyarakat dari golongan tidak mampu tetap bisa mengakses makanan bergizi.

Kapitalisme telah melahirkan permasalahan kesehatan, termasuk masalah stunting. Dalam kapitalisme negara tidak berperan penuh dalam mengurusi rakyatnya. Menjamin keberadaan makanan bergizi semestinya dilakukan oleh negara. Namun saat ini, pasokan makanan bergizi lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta yang menjualnya kepada rakyat untuk mendapatkan keuntungan. Negara tidak hadir sebagai penyedia utama kebutuhan pokok pangan rakyatnya. Untuk kebutuhan-kebutuhan pokok saja, harganya bisa melambung tinggi. Semakin sulit masyarakat miskin untuk makan makanan sehat bergizi.

Tidak hanya dalam hal penyediaan makanan, peran negara juga dibutuhkan dalam penyediaan lapangan kerja. Banyaknya masyarakat miskin saat ini bukanlah semata-mata karena mereka malas bekerja. Namun karena memang akses terhadap lapangan kerja tidak ada. Anak-anak yang lahir dari keluarga miskin, dengan orang tua yang bahkan tidak memiliki pekerjaan, sangat mungkin terkena stunting. Sistem kapitalisme seperti saat ini tidak akan mampu mewujudkan zero stunting.

Islam Mengatasi Stunting

Stunting tidak boleh dianggap remeh. Karena di masa depan generasi muda lah yang akan memimpin dan mengelola bangsa ini. Generasi muda harus dan bisa diupayakan agar terlahir prima. Sehat jasmaninya juga kemampuan berpikirnya tidak terganggu.

Stunting merupakan bagian dari masalah kemiskinan yang akar permasalahannya adalah sekularisme, yaitu menjauhkan agama dari kehidupan. Islam memiliki seperangkat peraturan dalam kehidupan yang mampu mengentaskan kemiskinan, sehingga masalah stunting tidak akan muncul.

Pada level individu, Islam mengajarkan untuk memakan makanan yang halal dan thoyib (baik). Hal ini dipahami setiap individu dan ada dorongan untuk melaksanakannya karena kesadaran. Menjadikan Islam sebagai gaya hidupnya, bukan hanya Islam dalam hal beribadah ritual saja.

Pada level masyarakat, kepedulian dipupuk terhadap lingkungan sekitar. Sehingga ada semangat untuk berbagi, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Jika ada tetangga yang berkekurangan, maka tetangga muslim yang lainnya akan membantu, karena seperti itulah Islam mengajarkan.

Negara paling berperan penting disini. Dalam pandangan Islam, negara bertanggung jawab penuh atas kepentingan rakyatnya.

Nabi SAW bersabda,
“Pemimpin adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus.” (HR. Bukhari)

Negara wajib memastikan kebutuhan pokok pangan bagi rakyat. Negara Islam menjadi pemasok utama kebutuhan pangan bagi rakyatnya. Dengan segala sumber daya yang dimiliki negara, maka negara akan mampu mewujudkan kedaulatan pangan sehingga kebutuhan pangan rakyat terjamin ketersediaannya dan murah harganya. Sehingga rakyat dari kalangan ekonomi lemah maupun dari kalangan kaya memiliki akses yang sama terhadap makanan pokok bergizi.

Kas negara bersumber dari pengelolaan Sumber Daya Alam, pembayaran jizyah, fai, kharaj, ganimah. Selain itu, kas negara juga bersumber dari para muzakki (orang yang menunaikan zakat) zakat maal maupun zakat fitrah. Kas negara inilah yang alokasi wajibnya salah satunya adalah untuk disalurkan pada rakyat yang tergolong fakir dan miskin.

Negara juga akan mendorong setiap individu untuk melaksanakan kewajiban mencari nafkah dengan membuka lapangan pekerjaan. Setiap warga diperhatikan kebutuhannya apakah butuh dibekali kemampuan atau bahkan modal untuk mengembangkan kemampuannya. Modal diberikan bisa berupa pinjaman tanpa bunga maupun hibah. Islam juga mengatur kepemilikan tanah, bila sudah melebihi dua tahun tanah terbengkalai maka akan menjadi milik negara. Negara bisa memberikan lahan terbengkalai tersebut kepada rakyat lainnya yang memiliki kemampuan dan memiliki mata pencaharian dan penghasilan secara mandiri.

Dengan mengentaskan kemiskinan, maka permasalahan stunting pun akan lenyap. Zero stunting hanya akan terwujud dengan menerapkan Islam secara menyeluruh dalam aspek kehidupan oleh masyarakat dan negara. Saatnya umat kembali hanya pada hukum-hukum yang telah Allah SWT tetapkan bagi makhlukNya.

Wallahu’alam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 40

Comment here