Opini

Layangan Putus, Potret Buram Rumah Tangga dalam Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eti Ummu Nadia

wacana-edukasi.com—- Viralnya tayangan Film Layangan Putus menjadi perbincangan ramai dikalangan masyarakat, terutama di media sosial. Film tersebut telah berhasil menyedot perhatian penonton. Selain dibuat baper dengan tayangan film yang dibintangi oleh Reza Rahadian, Putri Marino dan Anya Geraldine, film tersebut pun membuat warganet kesal geram.

Salah satu warganet curhat melalui akunnya @DedehMawan17. Dalam unggahannya yang di posting di aplikasi Tik-Tok pada Jumat 31 Desember 2021 lalu, ia menuturkan bahwa film tersebut menurutnya telah berhasil membuat para penonton dibuat emosi. Khususnya bagi para wanita, terlebih lagi bagi yang sudah bersuami.

Dari unggahan tersebut, laki-laki itu menuturkan bahwa dengan adanya film Layangan Putus membuat seorang istri tidak percaya lagi kepada suaminya, kemudian suami dicurigai oleh istrinya. Tak ayal hal tersebut menimbulkan pertengkaran diantara pasangan suami istri tersebut. Menurutnya, film Layangan Putus akan berdampak pada keretakan rumahtangga. Dan bapak tersebut pun meminta agar film ini dihentikan (Portalsulut.com 3 Januari 2021).

Tidak bisa dipungkiri adanya film Layangan Putus yang menceritakan seorang suami yang sukses, kemudian berselingkuh dengan wanita lain menjadi topik hangat dan viral. Akan tetapi film tersebut dalam pandangan publik berdampak negatif. Pro kontra pun bermunculan dari kacamata publik. Ada yang menilai film tersebut akan berdampak negatif pada keharmonisan antara pasangan suami istri. Ada juga yang berpendapat bahwa film tersebut hanya sebuah akting semata.

Jika dilihat, dampak dari sebuah tayangan atau tontonan jelas sangat berpengaruh kepada publik, khususnya bagi kaum wanita yang mudah terbawa perasaan (baper). Bagaimana tayangan tersebut bisa menghipnotis warganet sehingga dibuat nangis, setelah melihat tayangan tersebut. Sehingga berdampak negatif bagi yang sudah menikah kemudian timbul ketidakpercayaan, muncul curiga kepada suami. Bahkan untuk yang belum menikah, mereka takut untuk menikah dan negatif thingking akut seperti yang di ungkapkan dari salah satu pengguna akun Twitter Dewi Leba. Dampak dari #layanganputus yang belum nikah jadi takut menikah dan negatif thinking akut sama pasangan”. Ujar seorang pengguna akun dengan nama Twitter Dewi Leba.

Jika kita amati dari tontonan tersebut, apakah ada nilai baiknya yang bisa diambil? Apa justru malah sebaliknya? Karena jika dilihat dari isi tayangannya pun banyak adegan vulgar yang tak pantas untuk dilihat. Apa lagi jika dilihat oleh anak-anak, itu sama saja dengan merusak akal pikiran mereka yang akan menjadi generasi dimasa depan.

Sungguh disayangkan dengan adanya konten atau tontonan yang tidak mendidik yang disuguhkan saat ini, akan menjauhkan umat dari pemahaman dan pemikiran Islam yang benar. Adanya tontonan tersebut akan menjadi maklumat tsabiqoh (informasi awal), seperti yang berawal dari melihat tontonan, membaca atau juga mendengar. Penting sekali di sini kita memiliki maklumat tsabiqoh yang benar, seperti dari konten-konten atau tayangan yang baik dan mendidik supaya benar sesuai dengan syari’at Islam.

Tapi sayang, semua itu sulit terjadi dalam sistem sekuler kapitalis, di mana konten-konten merusak malah lebih viral dan ramai diperbincangkan, dibandingkan dengan konten atau tayangan yang mendidik. Mereka tidak peduli dampak positif ataupun negatif, merusak atau mendidik. Para kapitalis hanya memikirkan keuntungan semata dari sebuah tayangan.

Sungguh miris hidup dilingkungan yang menjauhkan agama dari kehidupan atau yang dikenal dengan sekularisme. Saking jauhnya umat dari pemahaman agama, tontonan yang disuguhkan pun bukannya lagi untuk mendidik dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah, malah sebaliknya, hanya memunculkan tontonan yang rusak dan merusak pemikiran dan pemahaman umat Islam.

Seperti yang terjadi saat ini, penonton tayangan Layangan Putus, didominasi oleh kaum wanita yang berdampak tidak percaya dan mencurigai pasangannya. Kemudian menganggap laki-laki itu tidak setia. Hal tersebut wajar muncul karena rasa cinta dan cemburu pada pasangan suami istri. Namun, hal tersebut haruslah sesuai kadarnya, jangan berlebihan sampai menumbuhkan kecurigaan yang berlebihan, yang mengakibatkan keretakan antara pasangan suami istri.

Dari Anas bin Malik r.a, beliau menceritakan bahwa Rasulullah pernah berada disisi salah satu istrinya, kemudian seorang dari mereka mengirim satu mangkuk makanan. Lalu istri Rasulullah yang berada dirumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga piring tersebut jatuh dan pecah. Maka Rasulullah pun mengambil dan mengumpulkan makanan dari piring yang pecah itu, lalu beliau berkata kepada anaknya, “Ibumu cemburu, makanlah.” (HR. Bukhari, Ahmad, Nasa’I dan Ibnu Majah).

Cemburu merupakan fitrah manusia, karena cemburu muncul dari rasa sayang dan cinta kita terhadap suami. Asal cemburu harus sesuai kadarnya tidak berlebihan. Islam mengajarkan, bahwa pasang suami istri harus saling percaya, saling menyayangi dan menjaga. Sehingga rumah tangga akan harmonis.

Selain dampak negatif bagi yang sudah menikah, bagi yang belum menikah akan timbul rasa takut yang berlebihan atau fobia terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya, tetapi membuatnya cemas. Kasus tersebut adalah gamfobia takut dengan komitmen pernikahan. Padahal pernikahan merupakan ibadah yang paling mulia. Karena dengan menikah kita akan memiliki pendamping hidup yang akan menjaga dan melindungi kita. Dan tentunya, ketika kita mengambil Islam sebagai aturan hidup kita untuk memilih pasangan, tentunya kita akan mendapatkan pasangan yang baik yang jauh dari perilaku seperti Aris dalam film Layangan Putus.

Pahamilah, bahwa setiap tontonan yang disuguhkan saat ini merupakan serangan dari musuh-musuh Islam untuk menggiring umat menerima sekularisme paham yang mengadopsi dari barat yang ingin merusak pemikiran dan pemahaman umat Islam yang benar. Maka dari itu, kita harus menjauhkan dari tontonan yang merusak keimanan kita. Karena sistem sekuler kapitalis sekarang, tidak akan menjamin untuk tidak menayangkan konten atau tayangan yang akan merusak umat.

Berbeda dengan sistem Islam yang dikenal dengan Khilafah. Masyarakat akan diatur dengan aturan Islam, sehingga tidak akan ada tempat bagi konten-konten atau tayangan yang akan merusak generasi umat. Khilafah akan melarang penyiaran berita bohong, fitnah, propaganda negatif, penghinaan, konten-konten porno, merusak moral, dan sebagainya. Karena negara Islam hanya akan menyuguhkan tontonan yang mendidik umat, sehingga akan berdampak pada individu yang memiliki akhlak dan perilaku yang baik.

Wallahu’alam Bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 49

Comment here