Opini

Lahan untuk Ketahanan Pangan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Rasyidah (Mahasiswa STAI YPIQ Baubau)

Pangan adalah salah satu unsur kebutuhan utama dan pertama bagi manusia dan perlu diperhatikan disetiap wilayah indonesia, tak terkecuali di wilayah Buton Tengah. Lantas Benarkah PemKab Buton Tengah ini memenuhi kebutuhan pangan.

Dilansir oleh Telisik.id pada Senin (18/07/2022), Muh Yusup selaku Pj Bupati Buton tengah menyatakan akan fokus meningkatkan ketahanan pangan melalui program-program ungguln seperti menyiapkan lahan untuk ditanamai berbagai jenis tanaman yang bernilai jual tinggi. Dari program tersebut bekerja sama dengan Inspektur Jenderal (Irjen) Kementrian Pertanian (Kementan) Republik Indoensia.

Muh Yusup menjelaskan lagi bahwa Pemerintah Kabupaten telah menyiapkan dua hektar lahan untuk di olah mengasilkan tanaman yang bernilai tinggi guna untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah Buton Tengah. Ada dua hektar lahan yang tersedia dengan tujuan bagaimana membuat daerah tersebut menjadi lumbung pangan di SulawesiTenggara khususnya di Kabupaten Buton Tengah.Hal itu pula merupakan upaya pemerintah daerah dalam pemulihan ekonomi Nasional, prioritas yang akan ditanam dilahan dua hektar tersebut adalah jagung, salak dan alpukat.

Jan Samuel Maringka, Irjen Kementan mengingatkan bahwa krisis pangan sedang dihadapi, bukan hanya Indonesia tetapi di seluruh dunia menghadapi persoalan itu. Indonesia dan segenap masyarakat Indonesia bersyukur dengan kondisi Indonesia karena kita mampu mewujudkan ketahanan pangan.

Jan Samuel Maringka melihat dengan kejadian-kejadian belakangan ini yang menggangu persoalan-persoalan ketahan pangan kita, nah hal inilah bentuk membangkitkan kesadaran bersama bahwa memalui kesadaran menjaga ketahan pangan adalah harus dimiliki setiap orang. program-program pertanian saat ini bekerja sama bersama pemerintah pusat, daerah, juga dengan aparat penegak hukum agar program-program pertanian berjalan tepat waktu, tepat mutu dan tepat sasaran.

Dalam kunjungan kerjanya di Buton Tengah, Jan Samuel Maringka turut melihat secara on the spood persiapan apa saja yang telah disiapkan oleh kelompok tani agar semua kelompok tani dapat bekerja secara berjenjang. Ketahanan pangan dalam mengatasi krisis pangan bagi suatu wilayah sudah menjadi program yang di canangkan oleh pemerintah melalui Kementrian Pertanian (Kementan) Republik Indoensia. Dari program semula dengan sebutan SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani, berubah menjadi program Optimalisasi Lahan menjadikan SulawesiTenggara khususnya di wilayah Buton Tenggah menjadi sasaran.

Jika di telaah dengan serius kebijakan tersebut lebih baik di tiadakan, sebab menambah masalah baru seperti biaya yang mahal, serta dana dalam membuka lahan tidak muncul begitu saja melainkan dari pemerintah juga yang akan membantu mendanai pelaksanan kebijakan tersebut, selain itu butuh waktu yang lama dalam mengerjakan lahan. Alasan pemerintah menyiapkan dua hektar lahan untuk di olah menghasilkan tanaman yang bernilai tinggi guna untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah Buton Tengah, adalah kebijakan yang tidak efektif dalam pemulihan ekonomi Nasional.

Karena sebenarnya krisis pangan saat ini dipicu oleh rantai pasokan yang terganggu, terutama pada negara-negara eksportir. Padahal produksi pangan, baik biji-bijian (gandum, jagung, kedelai, beras), maupun buah-sayur, stabil, tidak ada laporan gagal panen.Namun, Potensi krisis pangan justru berasal dari guncangan pasokan pada logistik pangan. Ini menyangkut aktivitas rumit yang menghubungkan mulai dari produsen di lahan, aktivitas pemrosesan, logistik, pergudangan, hingga jasa penjualan atau retail di hilir.

Jika pemerintah serius untuk menangani masalah krisis pangan yang terjadi saat ini, pemerintah harus melihat titik dasar yang menjadi permasalahan bukan hanya sekadar membuka lahan dengan dalih sebagai pemulihan ekonomi. Sebenarnya pemerintah bisa mengoptimalisasikan hasil panen dengan memanfaatkan lahan yang jelas-jelas subur dan tidak perlu penanganan khusus dengan biaya yang dikeluarkan pun murah, dan bisa menghemat anggaran agar dapat di alokasikan kepada permasalahan yang lain, misal menuntaskan kemiskinan yang kian menjamur dan lapangan pekerjaan bagi pengangguran.

Selain itu, pemerintah memperhatikan dengan teliti proses rantai pasokan dari negara-negara eksportir secara keseluruhan dari awal produksi pangan hingga sampai ke konsumen agar tidak terganggu oleh orang-orang yang memiliki siasat busuk untuk mempersalahgunakan rantai pasokan pangan tersebut sebagai ajang pemperkaya diri pibadi atau kelompok.

Dalam sistem kapitalisme, pangan adalah komoditas yang dibisniskan sehingga yang berlaku adalah mekanisme pasar bebas, hanya yang punya pendapatan yang bisa mendapatkannya. Olehnya itu tidak diherankan jika masalah pangan ini sering terjadi kesalahan dalam pengelolaan dan kelalaian dalam mengontol, karena Negeri ini mengadopsi perputaran pangan berdasarkan sistem kapitalisme.

Harus ada kebijakan serius dari pemerintah untuk memperhatikan masalah krisis pangan. Islam mengatur bahwa pangan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi bagi setiap individu warga negara. Itulah salah satu indikator kesejahteraan rakyat dalam Islam. Islam sangat memperhatikan masalah pangan tentu disektor pertanian. Pertanian adalah salah satu penopang pemenuhan kebutuhan masyarakat, karenanya merupakan sumber ketahanan pangan yang pertama dan utama.

Dalam sistem islam, negara (Khalifah) akan menjamin seluruh kebutuhan hidup masyarakatnya secara totalitas dan menjadi tanggungan, seperti menjamin ketersedian pangan, mencukupi dan mendistribusikan pangan secara merata keseluruh rakyatnya.

Program-program untuk melestarikan sektor pertanian akan di dukung penuh dalam negara khilafah serta memberikan kemudahan bagi petani menjangkau lahan, pupuk dan modalnya. Khilafah kan memberikan fasilitas pendidikan untuk melakukan riset pelatihan dan pengembangan terkait pangan, dan menjamin semua tanah dikelola secara maksimal. Khilafah juga memberikan sarana dan prasarana untuk sektor pertanian.

Prof. Ing Fahmi Amhar seorang ilmuan pertanian dalam sejarah islam menuliskan dalam satu buku prinsip ketahanan pangan yang dapat dilakukan yaitu,

Pertama, optimalisasi produksi, yaitu mengoptimalkan seluruh potensi lahan untuk melakukan usaha pertanian berkelanjutan yang dapat menghasilkan bahan pangan pokok. peran berbagai aplikasi sains dan teknologi, mulai dari mencari lahan yang optimal lahan yang subur,untuk benih tanaman yang sehat, teknik irigasi, pemupukan, penanganan hama hingga pemanenan dan pengolahan pasca panen.

Kedua, adaptasi gaya hidup, agar masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam konsumsi pangan. Konsumsi berlebihan justru berpotensi merusak kesehatan (wabah obesitas) dan juga meningkatan persoalan limbah. Nabi juga mengajarkan agar seorang mukmin baru “makan tatkala lapar, dan berhenti sebelum kekenyangan”.

Ketiga, manajemen logistik, dimana masalah pangan beserta yang menyertainya (irigasi, pupuk, anti hama) sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat ketersediaan mulai berkurang. Di sini teknologi pasca panen menjadi penting.

Keempat, prediksi iklim, yaitu analisis kemungkinan terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrim dengan mempelajari fenomena alam seperti curah hujan, kelembaban udara, penguapan air permukaan serta intesitas sinar matahari yang diterima bumi.

Kelima, mitigasi bencana kerawanan pangan, yaitu antisipasi terhadap kemungkinan kondisi rawan pangan yang disebabkan oleh perubahan drastis kondisi alam dan lingkungan. Mitigasi ini berikut tuntunan saling berbagi di masyarakat dalam kondisi sulit seperti itu.

Terpampang jelas, Sistem Islam benar-benar akan menunaikan tanggung jawabnya sehingga ketahanan pangan akan terjaga dengan baik, dan pengelolaannya di tangani dengan maksimal. Berbeda dengan negara yang mengadobsi sistem ekonomi kapitalisme, solusi tidak solutif yang diberikan hanya menguntungkan segelintir orang yakni para kapitalis dan menyengsarakan rakyat. Di saat sistem kapitalis berorientasi pada materi, tidak demikian dalam sistem Islam. Dalam Islam, materi bukanlah tujuan yang hendak diraih, namun keridhaan Allah dan pelayanan rakyat yang menjadi prioritas.

Wallahu A’alam Bissawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here