Surat Pembaca

Kemiskinan Ekstrem, Akibat Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Wiji Lestari

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Kemiskinan satu masalah dalam sistem ini yang tak kunjung usai. Tak hanya lingkup kecil saja, bahkan secara global pun mencapai titik ekstrim. Asia-Pasifik misalnya kini dilanda kasus kemiskinan ekstrem.

Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan 155,2 juta orang di negara berkembang yang berada di Asia Pasifik, atau 3,9 persen populasi kawasan tersebut hidup dalam kemiskinan yang ekstrem. Hal itu dipicu meningkatnya krisis biaya hidup imbas lonjakan inflasi yang terjadi tahun lalu. Masalah juga dipicu penyebaran pandemi covid dalam 3 tahun belakangan ini.

Kepala Ekonom ADB Albert Park mengatakan jumlah kemiskinan ekstrim itu 67,8 juta lebih tingi jika dibandingkan tidak ada pandemi dan lonjakan inflasi.

Ia menambahkan lonjakan inflasi telah membuat masyarakat miskin menjadi pihak yang paling dirugikan. Pasalnya, karena lonjakan itu mereka kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar karena harganya makin mahal. Tak hanya itu. Kenaikan harga barang juga membuat banyak masyarakat miskin kehilangan kemampuan untuk menabung, membayar layanan kesehatan, atau berinvestasi di bidang pendidikan. Alhasil, mereka semakin kesulitan untuk keluar dari kemiskinan. Yang terjadi malah mereka semakin terjungkal ke jurang kemiskinan ekstrem. (https://www.cnnindonesia)

Menanggapi kasus ini seharusnya masyarakat harus berpikir bahwa hasil dari kasus kemiskinan ekstrim sejatinya buah diterapkannya sistem yang salah. Yakni sistem ekonomi kapitalisme yang mengakibatkan muncul persoalan baru . Mengapa demikian? Sebab landasan dasar dalam sistem ekonomi kapitalisme yakni memprioritaskan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan berbagai cara yang dihalalkan. Akibatnya negara dengan kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya dengan mudah dijarah oleh para korporasi baik pihak swasta sendiri maupun asing.
Tak heran jika kondisi ini mengakibatkan adanya kemiskinan yang ekstrim secara global.

Kemiskinan ini dapat dikatakan sebuah kasus yang sistemik, sebab tidak tersedianya lapangan pekerjaan dengan gaji yang layak. Negara ini saja misalnya, hampir seluruh aset SDA yang ada menjadi milik swasta maupun asing. Bahkan penyedia kebutuhan pokok saja menjadi ladang subur monopoli dan oligopoli oleh pihak swasta maupun asing, hal ini berimbas pada pola kenaikan harga yang sering berubah-ubah menjadikan masyarakat sulit untuk menjangkaunya.
Lebih parahnya lagi fasilitas umum menjadi lahan subur untuk dikomersialkan oleh para kapitalis. Alhasil timbul masalah baru yakni diskriminasi pelayanan terhadap rakyat miskin. Hal ini jelas terlihat manakala masyarakat dengan pendapatan menengah kebawah sulit untuk mengakses layanan kesehatan yang memadahi dan masih banyak lagi.

Kembali lagi tak ada istilah kemiskinan hakiki sebab semua orang berhak memperoleh kesejahteraan hidup, kemakmuran hidup. Kemiskinan yang ada saat ini merupakan kemiskinan yang sistemik. Sebab adanya sistem ini menjadikan kesenjangan sosial itu nyata. Asia-Pasifik saja dikelilingi oleh para pengusaha yang kaya sebab siapa yang kuat maka dia yang berkuasa. Alhasil tak heran jika Asia-Pasifik Dilanda Kemiskinan Ekstrim sebab pengusahanya bukan untuk berbagai dengan mereka yang membutuhkan namun berjaya untuk dirinya sendiri.

Sudah saatnya pula mengentaskan kemiskinan dengan sistem yang sahih. Benar adanya ketimpangan berbagai masalah berasal dari aturan yang dibuat manusia bukan aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta yakni Allah SWT. Islam sebagai agama rahmatan Lil Al-Amin memiliki solusi yang dapat menuntaskan, tentunya dengan penerapan syariat secara menyeluruh. Khilafah ala Minhajin Nubuwwah merupakan sebuah institusi negara yang menerapkan Islam secara sempurna. Dalam hal ini negara akan mengentaskan kemiskinan melalui 3 langkah yakni:

Pertama, memenuhi kebutuhan dasar pokok seperti sandang, pangan, dan papan.
Kedua, memenuhi kebutuhan dasar publik, seperti menyediakan sarana dan prasarana yang disertai dengan berbagai fasilitas yang memadahi dalam berbagai bidang.
Ketiga, mengharamkan segala bentuk kepemilikan umum untuk dikuasai oleh korporasi.

Begitulah gambaran bagaimana Islam memberikan solusi dalam mengentaskan kemiskinan. Negara ini saja sejatinya mampu mengentaskan kemiskinan apabila seluruh aset SDA dikelola dengan baik oleh negara tanpa adanya campur tangan pihak manapun.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 6

Comment here