Surat Pembaca

Kebutuhan Gizi Sulit Terpenuhi, dalam Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA--Makan merupakan kebutuhan pokok seluruh makhluk hidup demi menunjang kehidupan, terpenuhinya kebutuhan gizi mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup yang baik mampu membentuk individu yang baik hingga peradaban yang gemilang, namun apa jadinya jika negara abai terhadap pemenuhan gizi rakyatnya. Mungkinkah kegemilangan peradaban akan menghampirinya?

Selama periode tahun 2025 hingga kini telah dilaporkan di 10 provinsi republik Indonesia terdapat 17 kejadian keracunan. Taruna Ikrar, selaku Kepala Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM) menyampaikan temuan kejadian luar biasa keracunan pangan pada makan bergizi gratis (MBG). (detik.com, 16/5/2025)

Upaya pemerintah mengatasi masalah pertumbuhan anak dengan fokus memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah demi mendukung tumbuh kembang yang optimal, sehingga mampu menguatkan kualitas sumber daya manusia yang ada malah mendatangkan keberbahayaan, sebab program yang dilaksanakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena ditemukan KLB pada MBG yang akhirnya meracuni para anak didik yang menerima program ini.

Program yang dicanangkan untuk menyolusikan permasalahan yang berkembang ditengah masyarakat pada faktanya tak mampu menyelesaikan masalah yang ada, malah menambah masalah baru. Ini potret dari abainya negara terhadap kebutuhan dasar rakyat nya, dimana seharusnya rakyat merasa aman dan terjamin atas kinerja negara, namun fakta nya tidak.

Keracunan yang tercatat sebagai KLB bisa terjadi karena kapitalisasi industri dalam negeri ini yang lebih mengedepankan keuntungan daripada keselamatan dan kesehatan rakyatnya. Dana yang ada dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyediakan MBG dengan modal yang kecil untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari anggaran yang telah ditetapkan. Seharusnya para anak didik bisa mendapatkan gizi yang optimal dari dana yang diberikan, namun tidak bisa karena sejatinya kapitalis akan memanfaatkan setiap momen demi mendapatkan keuntungan.

Atas kasus yang telah terjadi, tindakan yang diambil oleh negara salah satunya adalah mengusulkan asuransi MBG yang menunjukkan komersialisasi risiko bukan solusi preventif. Negara yang menerapkan sistem kapitalisme akan gagal memenuhi kebutuhan gizi generasi, sebab pasar bebas membiarkan seluruh produk masuk dan beredar luas di tengah masyarakat walau pun produk tersebut berbahaya. Alhasil anak didik lebih tertarik mengonsumsi makanan yang tidak memiliki nilai gizi dibandingkan mengonsumsi makanan yang sehat.

Ditambah dengan keadaan rakyatnya yang memiliki pendapatan minim dan tidak sedikit pengangguran dialami tulang punggung keluarga di tengah kondisi badai pemberhentian hubungan kerja (PHK) semakin masif dilakukan. MBG yang didapatkan saat makan siang saja tidak menjadi solusi kebutuhan gizi harian anak, tetap saja pemberian makan dari orang tua pagi dan malam yang lebih menunjang pemenuhan kebutuhan gizi anak.

Jadi, tidak tercukupinya kebutuhan gizi anak merupakan masalah yang cukup kompleks, dan tidak selesai masalahnya apa bila solusi yang diberikan hanya MBG satu kali dalam sehari dengan porsi atau sajian makanan yang apa adanya.

Islam Solusi Tuntas Persoalan Umat

Islam mampu memberikan solusi mendasar bagi kebutuhan setiap individu umatnya. Negara memiliki tugas sebagai pengurus yang wajib mengurus umatnya termasuk memenuhi kebutuhan hidup umat dan kesejahteraan umat. Rasulullah Saw bersabda: Imam atau kepala negara adalah pengurus rakyat, dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya (HR Bukhari dan Muslim).

Kebutuhan pemenuhan gizi demi tumbuh kembang anak tidak bisa dianggap sepele, sebab anak yang tidak memiliki gizi yang cukup tidak akan bisa bertumbuh secara optimal baik dari segi fisik mau pun intelektual. Jika intelektual anak tidak menjadi perhatian dan banyak anak yang intelektualnya di bawah rata-rata maka tidak akan terwujud generasi cemerlang pencetak peradaban yang mulia.

Islam menawarkan solusi pemenuhan kebutuhan gizi dari akar permasalahannya yaitu penyediaan lapangan kerja bagi pria dewasa sebagai tulang punggung, sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan orang yang menjadi tanggung jawabnya. Negara akan mengelola sumber daya alam (SDA) yang ada di dalam negeri tanpa intervensi asing, aseng dan pihak swasta lainnya. Sehingga lapangan pekerjaan dari pengolahan SDA akan terbuka bagi umat yang hidup di bawah naungan Khilafah. Keuntungan pengolahan SDA yang sejatinya hak milik umum, akan dikembalikan kepada umat.

Untuk orang yang lemah dan tidak mampu, negara akan memberikan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi dan tidak ada orang yang tidak bisa makan dan memenuhi kebutuhan gizi hariannya. Islam mampu mencetak generasi cemerlang pencetak peradaban yang mulia. [WE/IK]

Sindi Laras Wari, S.K.M.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here