Surat Pembaca

Genosida Gaza, dan Jalan Solusi Hakiki

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nurma (Pegiat Literasi)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Pasukan Zionis Israel terus melakukan gempuran di pinggiran kota bagian utara selama beberapa pekan terakhir, selepas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkomando pasukan militer untuk menduduki kota tersebut (Republika.co.id, 06/09/2025).

Sementara itu, terdapat armada sipil internasional sedang membelah Laut Mediterania, mengusung misi kemanusiaan sekaligus petuah politik. Inisiatif ini dinamakan Global Sumud Flotilla (GSF), yang dalam bahasa Arab memiliki makna keteguhan. Flotilla ini disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah gerakan serupa. Lebih dari 50 kapal dan ratusan relawan dari 44 negara bergabung, mereka terdiri dari aktivis, jurnalis, tenaga medis, hingga politisi dan figur publik. Tujuan mereka yaitu menembus blokade Gaza yang selama hampir dua dekade mengekang arus barang dan manusia (RRI.co.id, 02/09/2025).

Dengan adanya fakta tersebut seharusnya sudah mampu membuka mata kita bahwa penderitaan rakyat Gaza kian hari kian meningkat. Serangan militer Israel tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga menambah jumlah korban sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Selain daripada itu, blokade yang terjadi kurang lebih 2 dekade telah merubah Gaza menjadi sebuah penjara terbesar di dunia, karena keterbatasan segala akses kebutuhan hidup, mulai dari makanan, obat-obatan, air bersih, hingga listrik.

Usaha yang dilakukan oleh Global Sumud Flotilla menjadi tanda bahwa masyarakat sipil dunia masih memiliki hati nurani, sekalipun negara-negara besar dan lembaga internasional gagal menegakkan keadilan. Namun, harus diakui bahwa gerakan kemanusiaan ini hanya mampu menyentuh permukaan masalah saja. Keberhasilan memasok sedikit bantuan, tidak menghentikan kebrutalan Zionis.

Kegagalan Sistem

Sungguh ironis, negara-negara besar yang selama ini gencar menggaungkan demokrasi, HAM, dan kebebasan pers justru diam, bahkan sebagian memberikan dukungan politik dan militer kepada Israel. Dewan Keamanan PBB, yang digadang-gadang sebagai penjamin perdamaian dunia, lumpuh oleh hak veto negara-negara adidaya.

Lalu bagaimana dengan dunia Muslim? Faktanya, negara-negara mayoritas Muslim pun belum mampu memberikan solusi nyata. Mereka sebatas mengutuk, mengirim bantuan kemanusiaan, atau mendorong diplomasi. Padahal, jika umat Islam benar-benar bersatu, kekuatan politik, ekonomi, dan militernya lebih dari cukup untuk menghentikan kebrutalan Zionis.

Sayangnya, politik kebangsaan yang diwariskan dari kolonialisme telah memecah belah umat Islam ke dalam lebih dari 50 negara dengan kepentingan masing-masing. Alih-alih bersatu membela Gaza, mereka justru sibuk menjaga kekuasaan, berkompromi dengan negara-negara besar, dan tunduk pada sistem kapitalisme global.

Jalan Keluar yang Hakiki

Kenyataan ini menunjukkan bahwa solusi parsial seperti konvoi bantuan, diplomasi, atau resolusi PBB tidak akan mampu menuntaskan penderitaan Gaza. Umat Islam harus kembali menyadari bahwa solusi hakiki hanya bisa diwujudkan dengan kembali pada Islam secara kaffah, yaitu menjadikan syariat Islam sebagai aturan hidup yang mengatur seluruh aspek, termasuk politik luar negeri dan jihad.

Dalam sejarah Islam, umat tidak pernah membiarkan darah kaum Muslim ditumpahkan begitu saja tanpa perlindungan. Rasulullah SAW. dan para khalifah setelah beliau menjadikan hifzh ad-din (penjagaan agama) dan hifzh an-nafs (penjagaan jiwa) sebagai kewajiban utama negara. Jika ada wilayah Muslim diserang, maka seluruh kekuatan militer negara Islam digerakkan untuk membela mereka.

Khilafah Islamiyyah, sebagai institusi politik umat Islam, adalah satu-satunya entitas yang mampu menggabungkan potensi umat menjadi kekuatan nyata. Dengan kepemimpinan yang satu, tentara kaum Muslim bisa dikerahkan untuk menghentikan agresi Zionis. Adapun dengan menggunakan ekonomi berbasis syariah, maka kekayaan umat mampu digunakan sebaik mungkin untuk kebutuhan jihad, bukan hanya ditumpahkan ke dalam kantong asing. Dengan adanya diplomasi Islam pula maka dunia akan melihat umat yang berdaulat, bukan umat yang selalu menjadi korban.

Tentunya, jalan menuju Khilafah tidaklah mudah, namun tugas umat Islam hari ini bukan hanya sekedar mengutuk ataupun bersedih hati, melainkan harus menguatkan kesadaran terkait perlunya solusi hakiki. Kesadaran itu tentu harus selalu digaungkan dalam mimbar-mimbar dakwah, media sosial, majelis ilmu, bahkan forum internasional.

Para ulama dan intelektual wajib menjelaskan bahwa penderitaan Gaza bukan hanya isu kemanusiaan, melainkan konsekuensi dari absennya institusi pelindung umat. Para aktivis dakwah harus konsisten menyerukan tegaknya syariah dan Khilafah. Sementara masyarakat umum harus mendukung dengan doa, opini, dan keterlibatan aktif dalam perjuangan dakwah.

Global Sumud Flotilla menunjukkan bahwa hati nurani manusia masih hidup. Namun, nurani tanpa kekuatan politik tidak akan mampu membebaskan Gaza dari penderitaan. Fakta hari ini seharusnya menjadi pemantik kesadaran bahwa solusi parsial tidak cukup.

Hanya dengan kembali pada Islam kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyyah, umat Islam dapat menghentikan penjajahan Zionis, membebaskan Gaza, dan melindungi kehormatan kaum Muslim di seluruh dunia.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here