Opini

Gaza Dibom Retorika, Dunia Dibungkam Nafsu Kekuasaan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sarie Rahman

Wacana-edukasi.com, OPINI--Hamas mengecam keras pernyataan anggota Kongres AS Randy Fine yang menyerukan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza, menyebutnya sebagai hasutan genosida terhadap lebih dari dua juta warga sipil Palestina. Kelompok ini menilai pernyataan tersebut sebagai kejahatan besar yang mencerminkan mentalitas fasis dan rasis di kalangan politisi Amerika, serta pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa. Hamas menegaskan bahwa ancaman semacam itu tidak akan melemahkan perjuangan Palestina, melainkan semakin mengungkap wajah asli Israel dan para pendukungnya (TEMPO.co, 24/05/2025).

Pernyataan anggota Kongres AS Randy Fine yang menyerukan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza adalah sebuah retorika yang memalukan, berbahaya, dan sepenuhnya tidak manusiawi. Ini bukan hanya sebuah seruan yang tidak etis, tetapi juga merupakan bentuk kebiadaban yang secara terang-terangan menentang hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa yang secara tegas melarang penggunaan senjata pemusnah massal yang berdampak tak terbayangkan terhadap warga sipil. Seruan semacam itu bertentangan dengan norma-norma dasar yang menjamin perlindungan terhadap kehidupan manusia serta prinsip-prinsip semua agama yang menjunjung tinggi nilai kasih sayang, keadilan, dan penghormatan terhadap martabat setiap individu.

Seolah membenarkan genosida modern dengan dalih kepentingan politik, padahal justru menambah bara kebencian, memperpanjang siklus kekerasan, dan membuka pintu bagi kekejaman yang tidak berujung. Hal ini merupakan cerminan dari dekadensi moral yang parah, yang memicu keprihatinan mendalam dari seluruh komunitas internasional yang cinta damai dan menolak keras segala bentuk kekerasan ekstrem yang mengorbankan rakyat sipil yang tidak berdosa.

Duka Gaza: Diam yang Mengkhianati

Pernyataan ini menjadi bukti betapa umat Islam diperlakukan dengan penghinaan yang amat menyakitkan, sementara para pemimpin Muslim justru memilih bungkam demi menjaga singgasana kekuasaan mereka. Ironisnya, seruan keji untuk mengebom Gaza dengan senjata nuklir yang seharusnya memicu solidaritas dan pembelaan habis-habisan, malah disambut dengan keheningan memalukan.

Gaza, yang sudah hancur oleh serangan brutal, kini juga menanggung pengkhianatan moral dari saudara seiman yang menukar kehormatan agama dengan kepentingan politik. Ini potret suram pengkhianatan, ketika kekuasaan melumpuhkan suara hati dan nyawa Gaza hanya angka tak berarti di meja negosiasi. Sikap diam para pemimpin ini bukan sekadar tanda kelemahan, tetapi merupakan bentuk pengkhianatan yang nyata dan tak bisa disembunyikan. Sudah saatnya kita menolak tunduk pada kelicikan seperti ini, karena harga diri dan kemanusiaan tak pernah layak diperjualbelikan di hadapan kebengisan dunia.

Di Gaza, Bayi-Bayi Membayar Harga Kekuasaan

Kerusakan dan kekejaman yang terjadi di Gaza bukan sekadar gambaran konflik biasa, melainkan cermin nyata dari runtuhnya nilai kemanusiaan dalam sistem hidup buatan manusia yang kita jalani saat ini. Sistem yang seharusnya melindungi dan memuliakan manusia sebagai ciptaan terbaik Allah, justru berubah menjadi kejam dengan membiarkan bayi-bayi tak berdosa dibantai, bahkan sebelum mereka sempat merasakan kehidupan di dunia. Di mana letak keadilan, kasih sayang, dan nilai kemanusiaan ketika darah anak-anak justru menjadi harga yang dibayar dalam permainan kotor politik dan perebutan kekuasaan?

Kapitalisme sistem yang tega melakukan hal tersebut jelas tidak layak menjadi pemimpin dunia, apalagi mengatur hidup manusia. Ini adalah panggilan keras bagi kita semua untuk merefleksikan dan menuntut perubahan, sebuah revolusi moral yang mengembalikan martabat manusia sebagai pusat segala kebijakan dan peradaban. Bila tidak, berarti kita telah gagal sebagai umat manusiai, membiarkan kegelapan merajalela didunia yang seharusnya bersinar dalam cahaya kemuliaan.

Islam dan Nilai Kemanusiaan, Menjaga Nyawa di Tengah Peperangan

Islam mengajarkan penghormatan yang tinggi terhadap nyawa manusia, bahkan di tengah peperangan sekalipun. Dalam ajaran Islam, tidak hanya dilarang membunuh tanpa alasan yang jelas, tetapi juga diwajibkan untuk memperlakukan penduduk sipil dengan penuh kebaikan dan menjaga fasilitas umum agar tidak rusak. Allah berfirman:

“Barang siapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.”(QS. Al-Ma’idah: 32)

Aturan perang dalam Islam sangat luar biasa dan penuh dengan nilai kemanusiaan yang mendalam, menjaga keseimbangan antara mempertahankan diri dan menghormati hak hidup sesama. Penerapan prinsip-prinsip ini bukan hanya melindungi kemuliaan manusia, tetapi juga menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, membawa kedamaian dan keadilan di tengah kekacauan. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, kita bisa melihat bahwa Islam tidak hanya agama ritual, tapi juga sistem hidup yang penuh kasih dan keadilan, yang mampu menjaga martabat manusia dalam segala situasi.

Umat Islam memiliki tugas mulia untuk menegakkan syariat Islam secara kaffah, menyinari seluruh penjuru muka bumi dengan cahaya ajaran yang suci dan benar. Perjuangan ini bukan sekadar cita-cita, melainkan panggilan jiwa yang menuntut kesungguhan dan keteguhan hati. Dibutuhkan upaya besar, kerja keras yang tak kenal lelah, serta semangat yang menyala-nyala dari setiap insan Muslim. Namun, kekuatan sesungguhnya terletak pada persatuan umat ketika umat bergerak bersama dalam satu barisan dibawah komando satu kepemimpinan, saling mendukung dan memperkuat, maka tidak ada rintangan yang terlalu berat, tidak ada tantangan yang terlalu sulit. Bersatu, umat Islam mampu mengukir sejarah, membangun peradaban yang berlandaskan nilai-nilai ilahi, dan menghadirkan kedamaian serta keadilan bagi seluruh alam. Inilah panggilan agung yang menanti setiap hati yang beriman, untuk berjuang dengan penuh cinta dan kesungguhan, demi peradaban yang gemilang.

Islam Kaffah, Kunci Mewujudkan Keadilan dan Keberkahan

Umat Islam sangat membutuhkan kepemimpinan jamaah dakwah yang tulus, yang berpegang teguh pada metode dakwah Rasulullah SAW yaitu dakwah yang penuh kasih, hikmah, dan keteladanan. Kepemimpinan seperti ini menjadi tonggak penting untuk membimbing umat menuju kebaikan dan kemuliaan agama. Oleh karena itu, setiap Muslim harus menyambut seruan jamaah dakwah dengan hati terbuka dan semangat yang tinggi, karena hanya dengan persatuan umat dan kataatan pada syariat yang benar, kita dapat mewujudkan kemuliaan Islam di tengah masyarakat. Inilah langkah nyata untuk membangun peradaban yang kokoh dan membawa keberkahan bagi semua makhluk.

Kemuliaan sejati hanya dapat terwujud melalui Islam, sebuah agama yang membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam. Namun, kemuliaan itu tidak akan dapat tegak dengan sempurna kecuali Islam diterapkan secara kaffah, menyeluruh dan menyelamatkan, dengan hadirnya kepemimpinan yang adil dan bijaksana, yakni Khilafah Rasyidah. Khilafah Rasyidah bukan sekadar sistem pemerintahan, melainkan wadah yang menjaga dan menegakkan syariat Islam secara menyeluruh, menjamin keadilan, keamanan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Dengan kepemimpinan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, umat Islam akan mampu membangun peradaban yang kokoh, penuh berkah, dan menjadi contoh bagi dunia.

Oleh sebab itu, mari kita tanamkan kesadaran dan semangat untuk mendukung terwujudnya Khilafah Rasyidah sebagai jalan untuk mewujudkan kemuliaan Islam secara kaffah. Karena hanya dengan kepemimpinan yang benar dan penerapan syariat yang utuh, kita dapat mengangkat derajat umat dan menyinari dunia dengan cahaya keadilan dan kasih sayang Islam. Inilah harapan dan amanah besar yang harus kita perjuangkan bersama, demi masa peradaban yang lebih mulia dan penuh keberkahan. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here