Surat Pembaca

Waspada Narasi Terorisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Marsya (Pontianak)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Nyanyian terorisme kembali mengumandang. Seakan masalah utama di negeri ini cuma radikalisme. Irjen pol Pipit Rismanto mengatakan saat ini terorisme telah memanfaatkan media social dalam mengembangkan dan menjalankan aksinya. Terorisme tidak lekat lagi dengan senjata, bom rakitan dan lain sebagainya sebagaimana sering disaksikan di sejumlah siaran televisi.

Aksi para teroris, melalui media social berupa provokasi dan hoaks serta lain-lain. Seperti yang baru beberapa waktu lalu kita tangkap di Sambas, ujar Pipit Rismanto. Jadi kita memang harus mengantisipasi hal-hal ini sehingga terorisme tidak tumbuh subur di masyarakat. Kapolda juga mengingatkan untuk mengantisipasi berkembangnya bibit-bibit radikalisme dan terorisme di masyarakat. Apalagi kemajuan teknologi sudah sangat pesat dan semua ruang dapat dimanfaatkan untuk kejahatan. (https://www.google.com/amp/s/pontianakpost.jawapos.com/sanggau/amp/1463264015/kapolda-kalbar-teroris-telah-manfaatkan-media-sosial-dalam-aksinya)

Lantas, bagaimana dengan berbagai konten yang mengandung paham sekularisme, liberalisme, hedonisme, dan produk pemikiran Barat lainnya? Apa hal itu tidak dianggap berbahaya bagi anak-anak dan remaja?

Penguasa negeri ini juga terkesan lebih rela generasi berkepribadian sekuler, berpikir liberal, dan bergaya hidup hedonistic ketimbang berkepribadian Islam yang taat pada syariat Islam. Tatkala ada anak, remaja, dan generasi muda yang taat beragama, malah mendapat tuduhan yang tidak berdasar, dicurigai dengan label radikal. Seolah memberi pesan, “Kamu boleh taat agama, tetapi jangan terlalu fanatik.

Perlu kita ketahui, Barat berupaya memecah belah umat dengan politik adu domba. RAND Corporation mengklasifikasi umat Islam menjadi empat bagian, yakni kaum fundamentalis, tradisionalis, modernis, dan sekularis. Hal ini tertuang pada laporan berjudul “Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies” yang ditulis oleh Cheryl Benard pada 2003 silam.

Islam tidak membenarkan terorisme dalam bentuk apapun. Namun, umat juga tidak boleh terjebak dengan narasi terorisme atau radikalisme yang diusung Barat. Apalagi Indonesia yang dikenal sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, harusnya memandang narasi terorisme atau radikalisme berdasarkan kacamata Islam.

Pertama, musuh bersama umat Islam hari ini adalah ideology kapitalisme beserta akidah sekularismenya. Kedua, terorisme atau radikalisme adalah propaganda Barat untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam. Ketiga, moderasi dan deradikalisasi adalah proyek ciptaan Barat yang harus diwaspadai, bukan malah diaruskan. Keempat, media sosial ibarat pisau bermata dua. Jika digunakan untuk keburukan, akan menghasilkan konten-konten yang merusak. Jika digunakan untuk kebaikan Islam, inilah wujud dakwah amar makruf nahi mungkar, yakni berlomba-lomba menyajikan konten dan opini Islam yang mencerahkan dan mengedukasi masyarakat agar berislam secara kaffah.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 10

Comment here