Surat Pembaca

Wahai Orang Tua, Didiklah Anak dengan Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Balqis (Ibu Pembelajar)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Maraknya kejahatan yang dilakukan oleh anak, khususnya remaja telah menjadikan semua kalangan resah. Banyak remaja telah berani melakukan kejahatan sadis seperti pembunuhan. Seharusnya para remaja menjadi harapan perubahan masa depan, akan tetapi mereka telah dirusak pola pikir dan pola sikapnya.

Kasus penganiyaan terhadap anak pengurus Pimpinan Pusat GP Ansor yang dilakukan oleh anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu Rafael Alun Trisambodo, yaitu Mario Dandi Satriyo (MDS) merupakan salah satu contoh hancurnya akhlak remaja. Karena pada hakekatnya ada ratusan kasus lain yang serupa.

Menko Polhukam Mahfud Md mengaku tak habis pikir ada anak pejabat pajak yang tega menganiaya seseorang hingga koma. Menurut Mahfud, orang tua Mario, yakni Rafael juga harus bertanggungjawab atas tindakan sang anak.(Krjogja.com, 24/02/2023).

Sudah menjadi kekhawatiran semua kalangan terhadap kejahatan remaja. Pelaku kejahatan tak mengenal anak siapa. Bahkan anak pejabat pun bisa saja terjebak dalam kasus ini. Hal ini semakin menunjukkan, orang tua dengan jabatan dan pendidikan yang tinggi tak mampu mencegah anaknya agar tidak berbuat jahat. Kadang kala jabatan tinggi justru dijadikan alat untuk semakin menyombongkan diri.

Kita membutuhkan solusi mendesak untuk menyelesaikan masalah ini. Setiap masalah pasti ada pemicunya. Untuk menyelesaikan masalah, tentu harus mengetahui dimana awal mula masalah itu muncul.

Tentu ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak generasi masa depan menjadi seperti ini. Diantaranya disebabkan oleh faktor penerapan sistem kehidupan sekularisme oleh negara dan dan kesalahan pola asuh orang tua.

Sistem kehidupan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang diterapkan telah menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai agama. Begitupun dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Seharusnya sistem pendidikan mampu melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa, akan tetapi masih jauh panggang dari api. Kurikulum pendidikan berazaskan sekularisme, telah gagal mewujudkan tujuan pendidikan.

Benteng pertahanan terakhir, yaitu orang tua pun telah gagal melindungi anak-anaknya agar tidak berbuat jahat. Banyak orang tua tidak mengajarkan anak-anaknya dengan agama. Agama dianggap tidak menghasilkan materi yang dapat dinikmati. Para orang tua lebih mementingkan pendidikan duniawi dengan harapan kelak sang anak mampu mandiri dengan menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Kekayaan materi dianggap cukup sebagai bekal hidup di masa depan. Padahal sejatinya, ketika seseorang menjadi kaya raya tanpa memahami nilai-nilai agama (islam), sesungguhnya dia telah menjadi orang yang paling rugi di dunia akhirat.

Orang tua harus memahami pentingnya mengajarkan anak tentang Islam. Seorang muslim yang tak paham Islam, ibarat berjalan di kegelapan sehingga dia akan tersesat. Hal ini menuntut orang tua terlebih dahalu paham Islam.

Agar hal ini bisa terwujud, sangat dibutuhkan kerjasama antar semua pihak, yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Negara sebagai pihak yang sangat bertanggung jawab untuk memfasilitasi para orang tua agar benar-benar paham bagaimana cara mendidik anak sesuai dengan yang disyariatkan Allah Swt. Hal ini hanya akan mampu diwujudkan oleh negara yang menjadikan ideologi negaranya adalah ideologi Islam.

Islam telah mewajibkan bagi orang tua untuk mengajarkan anaknya tentang akidah sejak dini. Sebelum usia pra baligh, anak-anak harus sudah ditanamkan akidah yang kuat dan memperkenalkan SyariahNya. Menjelang baligh, anak-anak sdh siap melaksanakan sholat 5 waktu dan siap menjalankan semua syariah yang ditaklifkan kepadanya.

Untuk merealisasikan semua ini, butuh ilmu dan sekaligus contoh praktek dari orang tua. Dengan demikian orang tua wajib mengkaji Islam sebagai bekal dalam mendidik. Dengan mengkaji, kita akan tahu mana halal dan haram, sehingga orang tua akan memperkenalkan kepada anak halal dan haram sejak dini.

Dukungan negara sangat dibutuhkan oleh para orang tua, bukan malah sebaliknya, orang tua yang mengkaji Islam kerap dicurigai, bahkan diremehkan dengan alasan sibuk mengaji menjadikan anak tak terurus. Sungguh memprihatinkan kejadian ini.

Untuk mewujudkan semua ini, butuh kekompakan semua kalangan (orang tua, masyarakat, negara). Maka sudah seharusnya kita menjadikan solusi Islam agar dapat keluar dari masalah ini. Sangat penting hukum Islam diterapkan oleh negara, terlebih lagi negara kita mayoritas penduduknya muslim. Sudah saatnya umat Islam meninggalkan sistem sekularisme karena sistem ini sumber masalah dalam kehidupan. Begitupun dengan para orang tua, mari kita asuh anak-anak Kita dengan Islam. Wallahualam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here