Opini

Tingginya Kasus Baby Blues, Negara Harus Serius

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI– Menikah merupakan bersatunya dua insan yang Allah halalkan. Pasangan halal ini tentunya memiliki karakter, sikap, cara komunikasi atau mungkin kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Tidak mudah menyatukan dua hal yang berbeda menjadi kesatuan yang selaras dalam satu rumah. Hal tersebut bahkan dapat menyebabkan tekanan bagi pasangan, ditambah pula dengan masalah lain dalam hidup yang juga harus diterima. Tekanan ini bisa menyebabkan baby blues.

Mengutip dari health.detik.com (26/5/2023), Ketua Komunitas Wanita Indonesia Keren dan psikolog Dra. Maria Ekowati mengatakan bahwa dalam penelitian nasional 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal dan gejala sedang baby blues. Ini tertinggi ketiga di Asia.

Dalam ameera.republika.co.id (28/5/2023) pun menyebutkan bahwa dalam penelitian skala nasional, 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka ini tertinggi ketiga di Asia.

Kabar berita yang mungkin mencengangkan, bahwa Indonesia menempati tempat tertinggi ketiga di Asia atas gejala baby blues syndrome. Ternyata, banyak ibu yang mengalami gejala syndrome tersebut di Indonesia. Apa itu baby blues syndrome? Dan, apa yang menyebabkan seorang ibu terkena gejala baby blues syndrome? Serta, bagaimana cara mengatasinya?

*Pengertian dan Penyebab*

Baby blues syndrome adalah gangguan kesehatan mental yang dialami oleh wanita setelah ia melahirkan. Baby blues syndrome ini biasanya ditandai dengan gundah, sedih berlebihan atau menangis tanpa alasan jelas, mudah merasa lelah, dan mood swings.

Banyak hal yang menyebabkan seseorang mengalami baby blues syndrome. Beberapa diantaranya yaitu kurangnya istirahat, perubahan hormon, memiliki gangguan mental, dan sulit beradaptasi.

Namun, ada hal yang paling mempengaruhi seorang ibu mengalami baby blues syndrome. Hal tersebut adalah kehidupan sekuler kapitalis yang terjadi saat ini. Kehidupan yang sekuler kapitalis ini membuat banyak calon ibu belum atau tidak siap menjadi seorang ibu.

Menyiapkan wanita yang akan menjadi seorang ibu merupakan hal yang tidak bisa dilakukan dengan cepat. Butuh proses untuk membiasakan diri dengan aktivitas ibu rumah tangga. Maka, jika tidak dilatih sejak sebelum menikah, seorang wanita kemungkinan akan merasa kaget dengan banyaknya hal yang harus ia lakukan, apalagi jika sudah memiliki bayi.

Dalam kehidupan yang sekuler sekarang ini, banyak anak perempuan yang belum atau malah tidak dikenalkan dengan bagaimana menjadi seorang perempuan yang nantinya akan menjadi ibu, dalam aturan Islam. Banyak anak perempuan yang mungkin dimanja dan malah terlalu dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Anak perempuan tidak dibiasakan dengan kegiatan rumah tangga. Bisa jadi karena ada asisten rumah tangga atau orang tua kurang tegas dalam mendidik anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Dampaknya, setelah menikah nanti, anak perempuannya tidak terbiasa dengan aktivitas mengurus rumah. Dan lagi, nantinya akan mengurus bayi. Yang mungkin tanpa ada asisten rumah tangga yang membantu. Kondisi baru dalam hidup seperti inilah yang jika tidak memiliki kesiapan mental dan juga fisik, akan membuat ibu merasa depresi.

Hal ini pula terjadi pada laki-laki. Laki-laki yang kurang atau tidak dipahami ataupun dididik sesuai tuntunan Islam sedari dini mengenai perannya atau tanggung jawabnya sebagai suami dan orang tua nanti, dirinya akan mungkin kurang bahkan tidak memiliki kesiapan mental maupun pemahaman untuk berumah tangga, sebenarnya. Sehingga, tak jarang ibu yang mengalami gejala baby blues, diperparah oleh peran suami yang bukannya membantu tapi justru memperburuk.

Dalam kondisi sekuler kapitalis ini, hidup dalam aturan yang jauh dari agama membuat ekonomi keluarga menjadi sulit. Pemenuhan kebutuhan dasar hidup menjadi beban masing-masing keluarga. Faktor kondisi ekonomi yang serba susah pun menjadi salah satu penyebab seorang ibu mengalami sindrom baby blues. Karena memang, kesulitan ekonomi menjadi beban yang dipikirkan oleh setiap individu yang mengalaminya, termasuk oleh ibu pasca melahirkan.

*Cara Islam Mengatasinya*

Pencegahan sejak dini atas sindrom baby blues sebenarnya bisa dilakukan. Pencegahan itu ialah dengan cara menyiapkan sistem pendidikan dan supporting system, negara yang membuat kebijakan. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang sesuai dengan fitrah manusia. Sehingga, pendidikan seperti ini mampu membuat setiap individu siap untuk menjalankan perannya sebagai orang tua, yang juga sebagai madrasah pertama bagi anaknya nanti.

Dengan pendidikan yang berasaskan akidah Islam, kepribadian Islam pun akan terbentuk. Individu dengan kepribadian Islam ini pun dibekali dengan pemahaman ataupun wawasan Islam. Sehingga, setiap individu mempunyai dasar akidah Islam yang kuat untuk menjalani hidup.

Pendidikan Islam untuk menjadi pasangan dan orang tua pun tak hanya dikhususkan pada wanita saja, laki-laki juga harus memiliki pemahaman akan perannya dalam rumah tangga sebelum dirinya berumahtangga. Karena, orang yang sangat berpengaruh buat seorang wanita ketika ia sudah menikah adalah suaminya. Maka, jika suami tidak dapat memahami kondisi istrinya, tidak paham bagaimana memperlakukan istri yang sesuai ajaran Islam, suami akan memperburuk kondisi mental istri.

Dari pendidikan Islam ini, individu tidak akan mudah stress atau depresi saat ada ujian datang dalam hidup. Para calon ibu dan ayah ini memahami peran mereka yang mulia sebagai orang tua. Mereka akan berusaha menjadi orang tua terbaik yang Allah ridhoi. Karena mereka paham, anak adalah titipan dan amanah yang Allah Swt. berikan.

Lalu, negara dalam Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan agar menghilangkan stress dan beratnya beban hidup. Seorang ayah dapat menghidupi keluarganya dengan baik jika ia mudah dalam mencari nafkah. Para ibu juga bisa fokus dalam mendidik dan mengasuh anak mereka karena mereka tidak perlu bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Pendidikan dan kesehatan dalam Islam dijamin oleh negara agar dapat diakses dan dinikmati rakyat secara gratis. Media pun diawasi dan dikontrol oleh negara supaya tidak menyebarkan tayangan atau konten yang bersifat kekerasan, konten dewasa, dan konten-konten lainnya yang dapat merusak kepribadian generasi.

Selanjutnya, ada supporting system, yaitu berupa lingkungan masyarakat yang islami. Dalam Islam, lingkungan masyarakat ini terbiasa melakukan amar makruf nahi mungkar, saling menyayangi, dan saling menolong.

Dan, semua ini akan terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah atau menyeluruh di semua aspek kehidupan. Penerapan Islam ini terbukti telah banyak melahirkan perempuan sebagai ibu yang tangguh, cerdas, dan pencetak generasi yang saleh atau salihah. Wallahu ‘alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 3

Comment here