Syiar IslamTabligul Islam

Surga yang Kurindukan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Khurotul Aeni

“Mondok ya Mas,” pintaku pada Mas Ezi, putra pertamaku.

“Nggak mau ah, Ezi ingin masuk jurusan otomotif saja, biar bisa kerja di Astra. Gajinya gede lho Umm.” Jawabnya saat itu.

Menurut putraku jika esok bekerja dengan gaji besar, maka segala masalah finansial akan beres. Ingin apa pun juga gampang.

Anak-anak memang belum paham betul bahwa rezeki itu, bukan hanya diukur dari materi berupa uang, harta dan bentuk materi lainnya. Rezeki itu jika dilihat dari sudut pandang Islam sangatlah luas. Salah satunya memiliki anak-anak yang sholeh, nurut dan berbakti sama orang tua itu merupakan rezeki yang sangat besar.

Itulah sebabnya, besar harapan saya ingin memiliki anak-anak yang sholeh, berakhlak dan beriman. Anak-anak yang suatu saat bisa memberi syafa’at kepada ke dua orang tuanya di akhirat kelak.

Sayangnya di zaman milenial saat ini, sistem kapitalis membuat orang tua menjadi begitu berat bebannya dalam membentuk anak-anaknya menjadi insan yang beriman dan bertakwa. Karena di era millenial ini, informasi bebas apa pun, sangat mudah diakses oleh anak-anak lewat benda pipih yang setiap saat menemani mereka. Hanya dengan telunjuk jari, semua informasi dapat menjejali bebas otak bersih anak kita hingga mereka dapat menelan mentah-mentah ma’lumat tersebut hingga mempengaruhi pola pikir dan sikap mereka dalam kehidupan.

Di satu sisi, kehidupan ekonomi yang semakin sempit mau tidak mau menyeret seorang perempuan yang seharusnya berperan sebagai ibu yang mendidik putra-putrinya. Namun, malah ikut berjibaku membantu ekonomi keluarga. Sehingga waktu yang seharusnya membersamai anak dalam belajar, mendidik tereduksi oleh aktivitas di luar dan malah akhirnya berujung pada aktivitas kelalaian.

Karena itu, untuk mengatasi keterbatasan waktu dan juga ketidakmampuan dari sisi ilmu, maka sebagai orang tua tidak sedikit yang mengambil jalan menyerahkan anaknya pada pondok pesantren atau yayasan pendidikan Islam guna belajar Islam. Paling tidak, mereka akan berada di lingkungan yang lebih terjaga dengan visi dan misi kemajuan Islam. Suasana kondusif pondok akan membina mereka menjadi santri yang selalu haus ilmu. Mereka belajar agama, mencakup ilmu tauhid, fiqih, akhlaq, sejarah, bahasa Arab dan ilmu umum lainnya.

Memang tidak dimungkiri, bahwa dengan memondokkan mereka kita tidak melepas diri dari segala urusan tentangnya terutama melepas kewajiban mendidiknya. Sebab peran orang tua tetaplah utama yaitu beban kewajiban mendidik masih berada di pundak orang tua. Hanya saja, dengan menempatkan mereka pada lingkungan yang tepat setidaknya mengarahkan mereka menjadi lebih baik. Mereka belajar membedakan mana yang dilarang oleh agama dan mana yang perintahkan oleh Allah SWT. Dengan demikian, mereka akan tumbuh menjadi pribadi sholeh yang bertangggung jawab terhadap dirinya dan keadaan umat dalam lingkungan yang tepat.

Sebagai orang tua ada sebuah kekhawatiran, ketika memiliki anak yang sudah remaja malah cenderung lebih terbuka dengan orang lain yang membuat dia nyaman. Dan sayangnya kebanyakan tempat nyaman mereka adalah teman-temannya yang selalu mengajaknya mencari kesenangan. Seperti nonton konser musik, traveling, teman main nongkrong, trek-trekan motor atau lain sebagainya. Lingkungan seperti itulah yang sangat rentan dan sarat dengan kemaksiatan, seperti minum-minuman keras, narkoba dan merokok bahkan sampai melukis tubuh dengan tato.

Maka tidak heran ketika salah dalam pergaulan, dapat menjerumuskan anak pada pergaulan bebas hingga mereka mengalami krisis moral, tentunya semua berakar dari lemahnya pembinaan aqidah dan pendidikan agama terhadap mereka dan minimnya keteladanan dari orang tua.

Sementara di dalam Al Qur’an diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga keluarga kita dari perbuatan yang dapat mengakibatkan kita terjerumus ke dalam neraka.

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At Tahrim : 6)

Ayat tersebut menjadi pengingat bagi kita , bahwa ukuran kesuksesan dan kebahagiaan manusia di akhirat adalah ketika dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga.

Dan kita punya kewajiban untuk memelihara keluarga kita, terutama anak-anak kita agar bisa terhindar dari segala perbuatan yang kelak bisa membawa mereka terjerumus ke neraka.

Untuk itu, terdapat beberapa cara antara yang bisa ditempuh orang tua. Pertama, membekali anak-anak kita dengan ilmu agama. Kedua, membimbing anak-anak kita agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Ketiga, mengajak agar anak-anak kita selalu taat kepada Allah SWT. Keempat, Menjauhkan anak-anak kita dari berbuat maksiat dengan memberi keteladanan. Kelima, mengenalkan mereka pada perjuangan Islam menjadi pembela Islam, sehingga hati mereka selalu terpaut pada Islam.

Tentunya mewujudkan mereka menjadi anak sholeh, diperlukan kerja yang sinergi antar elemen. Tidak cukup pada keluarga saja, namun juga mewujudkan masyarakat dan lingkungan negara yang kondusif untuk ketakwaan mereka. Seban tanpa itu semua bagai ikan cantik yang hidup dalam kolam keruh, kotor namun penuh bahaya yang dapat membuat ikan sewaktu waktu terancam kehidupannya.

Oleh karena itu, jika semua individu keluarga menyadari hal ini maka mudah saja jika esok kelak bersama-sama di surga, insyaAllah. Asal hidup mulia dengan Islam dan semua itu akan dicapai dengan perjuangan yang hebat dari para seluruh elemen umat yaitu keluarga, masyarakat dan negara. Itulah bahagia saat kondisi keluarga bervisi sama sehidup sesurga.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 20

Comment here