Opini

SDA Berlimpah di Papua, Tak Semua Rakyatnya Sejahtera

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI– Makan adalah salah satu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi. Tubuh manusia amat memerlukan asupan setiap harinya, seperti dari aktivitas makan dan minum. Dari aktivitas makan dan minum ini, manusia akan memperoleh energi untuk bekerja dan bertahan hidup, serta untuk beribadah. Akan lebih baik lagi jika asupan atau makanan yang di konsumsi manusia adalah makanan yang bergizi baik. Tak hanya bergizi baik, pertimbangan halal-haram pun menjadi patokan dalam mengonsumsi apapun, baik itu makanan ataupun minuman. Serta, apakah makanan atau minuman tersebut baik untuk tubuh, dalam artian tidak memicu penyakit atau menimbulkan penyakit baru dalam tubuh?

Bagi beberapa orang di beberapa wilayah mungkin masih bisa mempertimbangkan soal nutrisi. Mereka dapat memilih makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi. Namun, bagaimana jika ada daerah yang ternyata warganya tidak mampu hanya untuk sekedar makan, atau mereka rela memakan apapun asal ada buat dimakan. Tak peduli baik bagi tubuh atau malah sebaliknya, menyedihkan. Nyatanya, ada saja warga atau rakyat yang menderita kelaparan. Dan, yang lebih menyedihkan lagi adalah warga sampai meninggal dunia karena kelaparan, seperti yang ada dalam berita online baru-baru ini.

Mengutip dari kompas.id (27/7/2023), kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, memakan korban jiwa enam warga dan berdampak pada sedikitnya 7.500 orang. Kejadian ini dipicu kekeringan di daerah itu selama dua bulan terakhir.

Sebanyak enam orang warga dilaporkan meninggal dunia karena kelaparan di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. (viva.co.id, 30/7/2023)

Mengapa hal ini bisa terjadi di dalam wilayah yang kaya akan sumber daya alam?

*Penerapan Sistem yang Salah*

Sungguh miris, kelaparan yang terjadi sampai berujung kematian. Ironinya, kelaparan yang berujung kematian ini terjadi di wilayah provinsi Papua yang kaya akan sumber daya alamnya. Kasus ini membeberkan bahwa adanya disparitas dalam hal ekonomi maupun pembangunan di wilayah Papua yang sebenarnya memiliki kekayaan alam yang begitu banyak.

Ketidaktepatan dalam memilih sistem ekonomi dan politik dapat membuat hidup rakyat berada dalam bahaya, yaitu sistem ekonomi kapitalisme. Kapitalisme ini menginginkan negara tidak ikut campur dalam hal kepemilikan. Negara dalam kapitalisme hanya sebagai pembuat kebijakan yang melancarkan para pengusaha untuk menguasai sumber daya alam, yang sebetulnya sumber daya alam tersebut adalah milik rakyat.

Swastanisasi ini dapat melahirkan kemiskinan dan membuat warga Papua makin tak berdaya. Padahal, Papua memiliki banyak cadangan alam yang bisa menjadi sumber pendapatan negara. Dengan wilayah yang luas dan juga jumlah penduduk yang masih sedikit, sedangkan alamnya yang sangat kaya, seharusnya jika dikelola dengan baik tidak akan ada kasus yang meninggal karena kelaparan. Namun kenyataannya, kekayaan alam ini tidak mampu memajukan dan menyejahterakan rakyatnya. Malah, terlihat sekali adanya ketimpangan antara rakyat dan pemilik modal.

Kapitalisme lah yang menyebabkan terjadinya kondisi menjadi seperti ini. Sumber daya alam dikuasai oleh segelintir individu ataupun korporasi. Ironis sekali, wilayah yang memiliki kekayaan alam berlimpah, masih berurusan dengan kemiskinan dan kelaparan.

*Solusi dari Persoalan*

Masalah Papua ini akan selesai jika kepemimpinan tegak di atas akidah Islam. Dengan akidah Islam ini, para penguasa akan menempatkan diri sebagai pengurus rakyat. Dengan kepemimpinan atas dasar akidah ini pula, penguasa tidak akan menjadi antek asing yang menggadaikan kekayaan alam demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Dalam naungan syariat Islam, Papua akan mendapatkan keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan, tidak hanya untuk kaum muslim saja, tetapi juga untuk non-muslim. Dengan Islam, kebutuhan dasar akan terpenuhi, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan.

Jika pengaturan urusan rakyat dikembalikan pada Islam, kesejahteraan akan terwujud di Papua. Kekayaan alam di Papua merupakan harta milik umum. Dan dalam Islam, harta milik umum ini harus dikelola oleh negara sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan oleh rakyat. Negara akan mendistribusikan hasil pengelolaan kekayaan milik rakyat ini ke semua wilayah. Harta milik umum ini tidak boleh di kapitalisasi.

Dengan banyaknya kekayaan alam tersebut, bukan hanya dapat menyejahterakan rakyat Papua saja, bahkan bisa berguna untuk seluruh rakyat Indonesia. Ini pun hanya sumber daya alam dari Papua saja, belum lagi sumber daya alam yang terdapat di wilayah lain.

Negara akan sangat memperhatikan sektor pertanian dan menghitung kebutuhan pangan nasional. Daerah yang potensial untuk pertanian akan dipetakan, menunjang kebutuhan pertanian, mengoptimalkan industrinya seperti industri pupuk, alat pertanian dan sejenisnya. Pendistribusian hasil pangan ini akan dilakukan sesuai kebutuhan per wilayah.

Dengan penerapan syariat Islam secara kaffah, akan membuat Papua dan penduduk Indonesia di wilayah lainnya juga hidup dengan sejahtera dan aman. Karena dalam Islam, kesejahteraan dan keamanan rakyat adalah tanggung jawab negara. Wallahu ‘alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 14

Comment here