Surat Pembaca

Refleksi Kurikulum Merdeka

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Sejak 2021, Kurikulum Merdeka mulai diimplementasikan di sekolah-sekolah penggerak yang tujuannya sebagai gebrakan perubahan pendidikan. Salah satu poin utama dari kurikulum ini adalah peningkatan kualitas belajar melalui pembelajaran berbasis proyek penguatan profil pelajar Pancasila.

Tetapi jika kita amati, perilaku kenakalan remaja terus meningkat. Klithih, bullying, flexing, pelecehan, dan masih banyak kenakalan lain yang belum menemukan solusi tuntas, bahkan cenderung terus berulang.

Padahal pendidikan adalah salah satu tonggak peradaban. Ketika pendidikannya baik, maka peradaban juga baik. Jadi, ada apa sebenarnya dengan pendidikan kita? Inovasi demi inovasi dibuat, tetapi seakan belum menemukan tujuannya.

Maka, kita perlu menggali lebih dalam tentang apa yang menjadi dasar implementasi kurikulum 2024. Apa tujuan akhir dari kurikulum ini? Apakah untuk mencetak profil pemuda yang Pancasilais, ataukah mencetak sumber daya untuk memenuhi kebutuhan industri yang akarnya adalah sekularisme kapitalisme?

Jika kita melakukan survei kecil saja tentang dunia kerja, ternyata tujuan mayoritas pekerja bukanlah untuk beribadah, tetapi untuk menghasilkan uang yang banyak dan bisa mencukupi kebutuhan dan keinginannya sesuai standar kemewahan dunia. Bahkan ada jenis jenis pekerjaan yang dianggap prestise dari yang lain.

Kurikulum Merdeka sejatinya merupakan implementasi dari paradigma pendidikan yang mengacu pada sistem pendidikan Barat yang sekuler kapitalistik. Hal ini terlihat dari napas Kurikulum Merdeka berupa standar mutu kapitalistik, yakni penilaian PISA (Programme for International Student Assessment) yang diimplementasikan melalui Asesmen Nasional. Tujuan PISA adalah menyiapkan sumber daya manusia yang sesuai bagi kebutuhan pasar industri kapitalis. Jadi, sudah jelas bahwa generasi muda hanya diperalat demi kepentingan para kapitalis. Sungguh, tujuan pendidikan yang jauh dari Islam.

Sebagai seorang muslim, semestinya yang menjadi dasar kita hidup, belajar, dan bekerja adalah untuk mencari rida Allah. Oleh karena itu, fondasi dari kurikulum pendidikan Islam adalah akidah Islam. Tujuan pendidikan adalah mencetak generasi muda berkepribadian Islam dan taat syariat.

Oleh karena itu, mencetak generasi cemerlang dalam sistem hari ini adalah hal yang utopis. Perubahan kurikulum tidak akan mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik selama sistem yang diterapkan masih sekuler.

Wahyu Susilo Wati, S.Pd.
(Aktivis Muslimah Pemerhati Generasi,
Depok Sleman, DIY)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 14

Comment here