Opini

Rusaknya Fungsi Keluarga oleh Sekularisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia merupakan harapan setiap manusia. Seharusnya, keluarga menjadi tempat ternyaman untuk berkumpul bersama anggota keluarga lainnya. Ada kasih sayang yang terpancar dalam setiap individu dalam sebuah keluarga. Ada rasa aman yang dirasakan oleh anak-anak selama di rumah.

Akan tetapi, hadirnya berbagai ujian nampaknya tidak semua keluarga dapat hadapi. Orang tua yang berpisah menjadi salah satu ujian berat bagi pasangan maupun anak-anaknya. Kondisi mental yang tidak lagi kuat dapat menjadikan individu rentan mengalami tekanan. Yang pada akhirnya, mungkin saja ada beberapa individu yang tertekan ini melakukan tindak kekerasan dari emosi yang tidak tertahankan.

Diberitakan oleh regional.kompas.com (8/10/2023), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat, bernama Muhamad Rauf (13) ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu.

Melansir dari tribunnews.com (7/10/2023), korban ditemukan tak bernyawa dengan kondisi tangan terikat dan kepala penuh luka. Ibu kandung korban N (43), paman S (24) serta kakeknya W (70 tahun) diamankan oleh pihak kepolisian.

Mengerikan. Seorang ibu yang seharusnya menjadi pelindung dan penuh kasih sayang, berubah menjadi sangat tidak manusiawi terhadap anak kandungnya sendiri. Bahkan, tindakan kekerasan tersebut dibantu pula oleh kakek korban serta paman korban. (regional.kompas.com, 7/10/2023)

Lantas, mengapa keluarga yang seharusnya memberikan kenyamanan, justru memberikan siksaan hingga kematian?

Sekularisme Merusak Segalanya

Menurut seorang psikolog dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi bernama Miryam Sigarlaki, ada beberapa hal yang diduga menjadi pemicu terjadinya kasus pembunuhan seorang anak oleh ibu kandung. Pertama, hal yang bisa saja menyebabkannya adalah dampak dari perceraian yang bisa saja membuatnya stres. Yang kedua adalah kemungkinan pelaku memiliki gangguan tertentu. Lalu, kemungkinan yang ketiga adalah adanya konflik dalam keluarga yang memengaruhi kestabilan emosi. Kemungkinan selanjutnya adalah adanya masalah ekonomi. Dan menurutnya, faktor penting lainnya ialah pentingnya peran keimanan dalam diri yang bisa mencegah dari hal-hal berbahaya. (jabar.jpnn.com, 6/10/2023)

Selain faktor-faktor tersebut diatas, ada faktor utama yang menjadi sumber segala kerusakan yang ada. Faktor utama tersebut ialah sekularisme. Sekularisme ini menjadi penyebab utama permasalahan yang ada. Mengesampingkan peran agama dalam berkehidupan nyatanya menjadikan manusia bertingkah laku semaunya tanpa aturan. Terpisahnya agama dari kehidupan membuat banyak manusia lupa bahwa ada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mengawasi hamba-Nya.

Karena sekularisme ini, masing-masing pasangan baik suami maupun istri terkadang menjadi tak paham atas perannya masing-masing dalam rumah tangga. Konflik yang ada dalam rumah tangga, tak sedikit yang berujung pada perceraian. Tak sedikit pula dari perceraian tersebut berimbas negatif pada anak.

Dari orang tua yang kurang paham tentang agama, akan sangat mungkin menghasilkan anak yang kurang paham mengenai ajaran agama juga. Karena, jika orang tua kurang memahami agama, bagaimana caranya mereka bisa mendidik anak sesuai dengan tuntunan agama? Alhasil, anak mungkin saja akan melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama, seperti mencuri dan berlaku kasar pada yang lebih tua.

Sekularisme ini pula menjauhkan individu dari agamanya. Individu yang jauh dari agama akan bertindak sesuai hawa nafsunya saja. Dalam bertindak, individu ini tidak mempertimbangkan baik-buruk sesuai syariat, maupun konsekuensi yang akan didapat dari perbuatannya itu kelak. Yang mungkin saja ada dalam pikirannya adalah emosi yang harus diluapkan. Sehingga, dampak sekularisme yang ada dalam diri individu bisa saja mengubah manusia menjadi sosok yang keji. Seperti pada kasus diatas, seorang ibu yang seharusnya melindungi anak, malah menyiksa anaknya dan akhirnya anak tersebut meninggal dunia.

Sekularisme dengan sistem ekonomi kapitalisme nya membuat ketimpangan yang jauh dalam hal kondisi ekonomi antara yang kaya dan yang miskin. Masyarakat yang miskin akan hidup semakin susah. Rakyat menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan ataupun menambah penghasilan demi mencukupi kebutuhan hidup. Tak menutup kemungkinan, hal ini juga yang menyebabkan individu mudah stres karena biaya hidup yang mahal dan harus dipenuhi.

Islam Menjaga Keluarga

Kehidupan dalam Islam tentu berbeda dengan kehidupan dalam sekuler kapitalis. Sekularisme merusak keluarga, sedangkan Islam sebaliknya. Islam menjaga keutuhan keluarga. Islam juga menuntun individu untuk menjadi individu yang beriman dan bertakwa pada Allah Swt.

Dengan begitu, setiap individu dalam keluarga akan bertingkah laku sesuai dengan aturan yang telah Allah Swt. berikan. Di dalam keluarga, individu akan saling membantu dan memahami dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya.

Dalam Islam, negara memiliki peran dan tanggung jawab yang besar kepada rakyatnya. Negara bertanggungjawab untuk memastikan bahwa setiap kebutuhan dasar rakyat dapat terpenuhi. Sehingga, rakyat ataupun keluarga tidak berada dalam kondisi ekonomi yang sulit dan tertekan. Rakyat pun akan mendapatkan fasilitas kesehatan dan sekolah dengan sangat terjangkau dan bisa saja gratis.

Oleh karena itu, untuk mempertahankan keluarga sebagaimana fungsinya, harus menerapkan Islam secara kaffah. Karena, hanya Islam lah yang dapat menjaga keluarga dan juga memberikan solusi atas segala permasalahan hidup. Generasi pun menjadi generasi berkualitas yang berkepribadian Islam. Generasi yang akan mengisi peradaban gemilang. Dan, keluarga menjadi tempat yang hangat, aman, nyaman, dan menentramkan. Wallahu ‘alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here