Surat Pembaca

Riya adalah Musuh Segala Amal

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sunaini, S.Pd

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Salah satu fitrahnya manusia adalah dikaruniakannya naluri ingin mempertahankan eksistensi diri atau disebut juga dengan ghorizah baqo. Seperti senang mendapat pujian, marah saat harapan tidak sesuai kenyataan, ingin dibanggakan, ingin dilihat dan diakui keberadaannya dan hal lain yang senada.

Tapi, sebagai manusia yang tidak hanya dikaruniakan naluri, juga dikaruniakan akal. Akal ini hanya dianugerahi untuk manusia, berbeda dengan makhluk ciptaan Allah Ta’ala yang lainnya. Akal inilah yang senantiasa menuntun seseorang pada perbuatan yang baik. Sedangkan apabila seseorang memiliki kecendrungan untuk berbuat keburukan, sejatinya akal sehatnya tidak berfungsi. Akan tetapi, nafsulah yang dikedepankannya.

Sungguh hal harus disadari sejak ini, bahwasanya saat perbuatan dipimpin oleh akal maka pasti akan membawa kebaikan. Akal yang dimaksud adalah akal yang bersandarkan pada wahyu dari Allah Ta’ala dan Sunnatullah.

Akal yang dipimpin oleh Wahyu dari Allah Ta’ala sangat berbeda dengan Intelektual Question (IQ) yang tinggi. Tidak semua orang yang memiliki IQ yang tinggi dapat meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. Tetapi orang yang berAkal pada bahasan ini adalah orang yang senantiasa melakukan segala amal selalu bersandarkan kepada hukum syariat (aturan Allah).

Nah, agar segala amal yang dilakukan dapat dipetik di hari keabadian akhirat nan pasti, maka sudah saat nya kita harus senantiasa berhati-hati agar amal itu tidak bocor atau habis karena perbuatan lain, salah satunya adalah riya.

Riya adalah menginginkan keridhaan manusia ketika bertaqarub. Riya adalah aktivitas hati bukan aktivitas lisan dan anggota badan lainnya. Sehingga ada pengalihan tujuan dari perkataan atau perbuatan (Min Muqowwimat an Nafsiyatil Islamiyyati, hal.331).

Sebagai contoh perbuatan riya adalah bisa melamakan sujud karena ingin dilihat sebagai orang yang ahli ibadah, bersedekah dihadapan kebanyakan orang agar dipandang sebagai orang yang dermawan dan pemurah, membaca alqur’an dengan irama yang bervariasi agar dipandang punya suara yang indah atau Qori yang handal, semuanya adalah riya.

Sungguh riya adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasullah karena riya dapat menghabiskan pahala bahkan murka Allah Ta’ala dan bisa diseret dan dilemparkan ke dalam neraka.

Sebagaimana Hadist Abu Hurairah diriwayatkan oleh muslim dan an Nasai,ia berkata aku mendengar Rasulullah bersabda:

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

Wallahu ‘alam bisshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 18

Comment here